Hidup itu aneh dan tiba-tiba, itu yang kini sedang Tenggara rasakan. Sejak dirinya bertemu dengan Uma Fara saat jalan-jalan tadi siang dan kemudian dirinya pulang setelah merasa capek, Tenggara merasa ada yang aneh dengan dirinya. Entah apa yang terjadi pada dirinya, Tenggara terus-terusan memikirkan perkataan Uma Fara dan sosok Utara. Kenapa dirinya ini?
"Gue ini kenapa sih. Astaghfirullah.", gerutu Tenggara sambil beristighfar dan mengusap wajahnya kasar.
"Araaa.", Tenggara yang sedang anteng melamun terusik oleh panggilan dari orang favoritnya, rupanya mamahnya lah yang memanggilnya.
"Iya mahh, kenapa?", jawab Tenggara sambil beranjak dari duduknya untuk menghampiri mamahnya di dapur.
"Kenapa mah?", lanjut Tenggara sesaat sudah sampai di hadapan sang mamah.
"Tadi siang kamu abis dari mana sih? Mamah nyariin kamu tau. Mamah kira anak mamah satu-satunya ini diculik sama om-om.", apa-apaan mamahnya ini, ngelantur, masa iya seorang Tenggara diculik om-om, ngawur.
"Apaan sih mah, ngawur. Tadi siang Ara abis jalan-jalan keliling komplek, gabut soalnya. Mamah nyariin Ara mau ngapain emang?", jawab Tenggara dengan wajah yang sedikit ditekuk, merasa agak kesal karena dirinya dikira diculik om-om oleh mamahnya.
"Gak ada perlu apa-apa sih, mamah nyariin doang. Tumben-tumbenan kamu mau ke luar rumah, biasanya juga diem di rumah. Terus ngapain tuh?", Tenggara aneh dengan mamahnya. Di saat dirinya diam terus di rumah mamahnya bilang ansos, di saat dirinya main ke luar untuk jalan-jalan malah disangka diculik om-om. Lantas dirinya harus bagaimana? Iya sih, dirinya salah tadi gak bilang-bilang sama mamahnya, tapi kan mamahnya lagi gak ada.
"Gak ngapa-ngapain, jalan-jalan doang.", Tenggara yang merasa obrolan antara dirinya dengan mamahnya akan panjang, dia pun mendaratkan bokongnya ke kursi meja makan.
"Terus dapat gosip gak? Mamah denger katanya anak Ustadz Ramdan udah lulus ya, siapa sih tuh namanya, Utari apa siapa ya.", Tenggara yang sedang santai-santainya duduk di meja makan sambil memainkan kakinya mendadak berhenti memainkan kakinya, bukan cuma perasaannya yang mendadak aneh, tapi juga dirinya ngakak dengan sebutan Utari yang disebut oleh mamahnya. Utari siapa coba.
"Utari konon. Utara mah, masa cowok Utari. Mamah mah sembarangan ganti nama orang.", Tenggara dengan sewot menjawab pertanyaan mamahnya yang salah menyebut nama Utara.
"Nah iya itu si Utara tuh, tadinya mamah juga mau bilang Utara tapi lidahnya keseleo.", Tenggara geleng-geleng kepala mendengar alasan klasik dari mamahnya.
"Iyaa, kak Uta udah lulus katanya dua bulan lalu. Tadi juga ibu-ibu komplek pas lagi belanja sayur lagi ngurusin itu sama Bu Fara.", sambung Tenggara menjawab pertanyaan mamahnya. Bisa-bisa dia dicoret dari kartu keluarga kalau dia menghiraukan pertanyaan mamahnya.
"Dia pasti makin ganteng ya Ra, mamah ikhlas ridha lahir bathin kalau mantu mamah Uta.", Mamah Senja dengan santai nyeletuk. Sebenarnya sih mungkin mamahnya hanya bercanda, tapi kenapa hati Tenggara meresponnya aneh.
"Euu mah, Ara ke kamar dulu, kebelet nih gak kuat.", Tenggara tak merespon obrolan mamahnya. Sebenarnya dia tidak benar-benar kebelet, kalaupun kebelet dia cukup ke wc dapur saja. Tenggara beralasan saja untuk menghindari perbincangan yang semakin membuat hatinya aneh tak karuan. Sial, kenapa dirinya jadi begini.
"Lah, kenapa tu anak, di sini juga kan ada wc, dasar anak gadis.", gerutu mamah Senja sambil geleng-geleng kepala dan mesem-mesem.
______________________________________"Mah, Ara berangkat ngaji dulu.", Tenggara dengan terburu-buru menuruni anak tangga sambil sedikit memperbaiki kerudungnya yang meleyot akibat dirinya yang lari-lari. Sial memang, kalau dirinya tak mendengarkan musik sambil rebahan, dia tidak akan ketiduran dan bangun-bangun jam 05.20 sore.
"Astaghfirullah Ara, jangan lari-lari, udah gede juga kelakuan masih kayak bocil.", Mamah Senja tak henti-hentinya beristighfar menghadapi kelakuan Tenggara yang masih seperti bocil walaupun sudah remaja. Padahal jika di luar, Tenggara sangat cool dan cuek, tapi kenapa pas di rumah berubah 180°.
"Hehe, maaf kanjeng. Gapapa dong Ara kek gini, kan sama keluarga doang, kalau di luar mah Ara kan jadi cool girl.", meski sudah telat, masih sempat-sempatnya Tenggara dengan pedenya membanggakan dirinya sambil bergaya melipat tangan di dada, so iye.
"Cool girl cool girl, kuleuheu nu aya.", Mamah Senja yang sudah tidak habis fikir dengan kelakuan anaknya dengan terang-terangan mengatai Tenggara dengan menggunakan logat bahasa Sundanya. Fyi, keluarga Tenggara memang asli keturunan Sunda.
"Udah ah, mamah mah malah ngajak ngobrol Ara. Ini Ara udah kesorean. Ara berangkat dulu, assalamu'alaikum.", Tenggara yang tak ingin memperpanjang obrolan dengan mamahnya karena hari yang semakin sore pun lantas segera saja berpamitan dan tak lupa mencium tangan sang mamah.
"Wa'alaikumsalam, dasar remaja bocil.", Mamah Senja menjawab salam Tenggara sambil geleng-geleng kepala, heran dengan kelakuan Tenggara.
Apa yang dikatakan oleh mamah Senja mengenai kepribadian Tenggara memang benar. Kalau di rumah Tenggara akan manja, bar-bar, dan hiperaktif. Tetapi kepribadian Tenggara akan berubah 180° jika di luar, Tenggara akan berubah menjadi sosok yang cuek dan cool, dia kurang bisa berbaur dan mengobrol dengan orang lain. Selain karena mati topik, dia juga lebih suka ketenangan. Tapi, bukan berarti Tenggara tak memiliki teman, dia cukup banyak memiliki teman, hanya saja temannya itu sering dirinya cueki. Tapi ya namanya juga temen ya kan, walaupun dicuekin tetep aja nyeloteh. Orang cuek memang cocok dipasangin sama temen yang bar-bar, biar rame dan ga sama-sama diem. Kayak Tenggara sama Ayi misalnya. Mereka sudah berteman sejak kecil, mereka terbilang cukup dekat, bahkan banyak orang-orang yang mengatakan kalau mereka mirip dan banyak juga yang menyebut mereka seperti Upin dan Ipin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenggara & Utara
Подростковая литератураApa jadinya jika Tenggara, si cewek introvert dan anti dengan yang namanya jatuh cinta berubah 180° menjadi jatuh cinta sedalam-dalamnya pada sosok Utara yang merupakan anak guru ngajinya. Sayangnya, Tenggara hanya bisa mencintai dalam diam sosok Ut...