Jam dinding sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi dan Tenggara masih bergulung dengan selimut tebalnya. Mengabaikan nyanyian burung di ranting pohon pucuk merah yang ada di dekat kamarnya. Biasanya, jam segini Tenggara sudah siap dan sudah terlihat rapih walaupun di hari Minggu, namun sepertinya hari ini pengecualian karena Tenggara jujur saja sangat amat lelah.
Urusan di kota sang om sudah selesai sejak kemarin. Ternyata omnya ini memberikan sebagian saham kepemilikan perusahaannya kepada Tenggara dan sebagian lagi kepada Reyvan. Entahlah, omnya itu sangat ingin sekali jika Tenggara dan Reyvan berdampingan memimpin perusahaan miliknya saat nanti dirinya sudah berhenti menjadi direktur.
Untuk kebanyakan orang memang hal itu terkesan gila. Bayangkan saja, saham perusahaan dengan sangat mudah diberikan kepada Tenggara yang notabenenya hanya terikat hubungan keponakan saja, bukan anak kandung. Jika menggunakan akal, lebih logis jika Adi memberikan sebagian sahamnya lagi kepada Rizan yang merupakan anak sulungnya bukan justru memberikan cuma-cuma kepada Tenggara.
Jawaban dari Adi saat Tenggara bertanya polos saking shock dan tak percayanya sukses membuat Tenggara berdecak heran sekaligus kagum dengan omnya yang baru saja taubat itu.
"Kenapa om ngasih saham itu ke Ara?", tanya Tenggara di sesi tanya jawab kala dirinya mengikuti rapat dengan para pemegang saham "TR Company".
"Karena kamu pantas mendapatkannya.", jawaban itu ke luar dari mulut Adi dengan santai dan tanpa beban.Tenggara baru kembali ke Ciamis pada hari Sabtu sekitar pukul 15.00 dengan diantar Reyvan. Sebenarnya Tenggara sudah meminta kepada Reyvan untuk tak perlu mengantarkannya, namun Reyvan tetap bersikukuh ingin mengantarkan Tenggara dengan alasan,
"Kan berangkatnya sama kakak, pulangnya juga harus sama kakak!", yang mau tak mau membuat Tenggara hanya bisa pasrah dan menurut saja.Di sepanjang perjalanan pulang kemarin, Tenggara terus-terusan mengoceh karena merasa tak enak dengan Rizan. Padahal, Rizan sendiri tak keberatan sama sekali, justru Rizan merasa bersyukur karena hubungan orang tuanya dan Tenggara jauh lebih baik. Namun, yang namanya Tenggara, dirinya tetap saja tidak enakan. Dirinya terus mengoceh merasa tak enak dan baru berhenti di saat Reyvan mengancamnya akan menurunkan Tenggara di jalan jika Tenggara terus merasa tak enak, alhasil Tenggara langsung merapatkan mulutnya karena takut jikalau ancaman Reyvan benar-benar lelaki itu lakukan. Reyvan ini kan lebih nekat daripada Tenggara.
Karena kelelahan, sehabis shalat Subuh tadi, Tenggara kembali bergulung dengan selimutnya dan baru bangun di saat jarum pendek di jam dinding menunjuk tepat di angka delapan.
Sadar jika dirinya kesiangan, Tenggara segera melompat dari atas tempat tidur dan langsung melakukan ritual di kamar mandinya. Selesai dengan kegiatan paginya di kamar, Tenggara segera ke luar kamar dan menuruni anak tangga satu persatu menuju ke lantai bawah."Mamah kok gak bangunin Ara sih.", ucapnya di sela-sela memakan roti yang diolesi selai cokelat.
"Kasian, kamu kayaknya capek banget, lagian hari libur juga.", jawab Mamah Senja sambil tetap fokus pada pekerjaan yang tengah dirinya lakukan yaitu mencuci piring."Ara jogging dulu kalau gitu.", ucap Tenggara pamit sambil mencium tangan mamahnya.
"Lho lho, istirahat aja Ra, kamu baru balik dari Bogor lho.", jawab Mamah Senja merasa kurang setuju dengan yang akan dilakukan oleh putri tunggalnya."Ara udah agak mendingan kok. Gak ada males-malesan, walau libur tetep harus produktif kan? Udah ah, Ara berangkat, assalamu'alaikum.", pamit Tenggara sambil mencium kedua pipi wanita kesayangannya dan segera menuju ke luar setengah berlari.
________________________________________________
Hampir setengah jam Tenggara berkeliling memutari alun-alun. Peluh sudah membasahi pelipisnya dan berulang kali Tenggara selalu menyekanya dengan handuk kecil yang dia bawa. Tadi, dirinya berangkat ke alun-alun bersama dengan si Tity yang tak lain adalah sepeda gunungnya. Entahlah, Tenggara pun tak ingat kenapa dirinya bisa memberi nama sepeda gagah itu dengan nama Tity yang terkesan slay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenggara & Utara
Teen FictionApa jadinya jika Tenggara, si cewek introvert dan anti dengan yang namanya jatuh cinta berubah 180° menjadi jatuh cinta sedalam-dalamnya pada sosok Utara yang merupakan anak guru ngajinya. Sayangnya, Tenggara hanya bisa mencintai dalam diam sosok Ut...