Part 09»Olimpiade Matematika

28 2 0
                                    

Alarm belum berbunyi untuk membangunkan sosok anak gadis yang kini sudah bangun dengan mata yang tak ada tanda-tanda masih mengantuk, dia adalah Tenggara. Walaupun alarm belum berdering, tapi Tenggara sudah bangun sejak pukul 03.00 dini hari. Sejak kemarin malam, dirinya tidak bisa tidur hanya karena terus kepikiran akan olimpiade matematika yang akan dia laksanakan di hari ini. Tenggara bergerak gelisah, dirinya sangat gugup, padahal dirinya masih ada di rumah, belum sampai di tempat perlombaan. Masih di rumah saja sudah segugup ini apalagi kalau sudah sampai di tempat perlombaan. Jangan sampai Tenggara mengecewakan dan merusak apa yang sudah dipersiapkan olehnya dari jauh hari hanya karena kegugupannya.

Menurut info yang dia dapat dari grup olimpiade, peserta olimpiade baik itu olimpiade matematika, fisika, kimia, ataupun biologi, harus sampai di tempat atau di lokasi perlombaan jam 07.30. Jam dinding kala itu sudah menunjukkan pukul 03.15, Tenggara terlalu lama menenangkan dirinya sendiri yang gugup, sampai-sampai dirinya tak segera pergi ke wc untuk memulai ritual paginya. Tenggara menghela nafas pasrah, meyakinkan dirinya sendiri kalau dirinya pasti akan bisa mengerjakan soal-soal matematika di olimpiade nanti. Tenggara beranjak dari duduknya, membereskan tempat tidur dan menggantikan cahaya lampu tidur dengan lampu kamar. Setelah selesai dengan urusan tempat tidurnya, Tenggara segera melenggang pergi menuju wc untuk cuci muka, gosok gigi, dan mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat sunnah tahajud, dirinya akan berdo'a meminta kelancaran dan kemudahan dalam pelaksanaan olimpiade matematika hari ini

Pukul 05.00, Tenggara sudah siap dengan seragam putih birunya. Kini dirinya sedang berdiri di hadapan cermin full bodynya, menatap pantulan dirinya di cermin. Lagi-lagi, Tenggara menghela nafasnya sambil mengalungkan name tage yang bertuliskan Peserta Olimpiade Matematika 2020. Setelah dirasa dirinya sudah rapih, segera saja Tenggara menggendong tas yang sudah berisi banyak buku tebal dan segera ke luar kamar. Sepertinya akan banyak hal yang dia lalui hari ini.

Sebelum berangkat menuju sekolah sebagai titik kumpul peserta olimpiade, Tenggara menyempatkan terlebih dahulu untuk bersarapan, mengisi perut kosongnya dengan asupan tenaga agar dirinya bisa fokus ketika pelaksanaan lomba nanti. Setelah selesai dengan aktivitas sarapannya, Tenggara pamit kepada kedua orang tuanya yang terlihat ikut sarapan bersama Tenggara.

"Mah, yah, Ara berangkat dulu ya. Do'ain olimpiadenya lancar dan Ara bisa bawa pulang pialanya, bisa banggain mamah sama ayah, guru-guru, teman-teman, dan mengharumkan nama sekolah.", ucap Tenggara meminta do'a restu sambil mencium tangan kedua orang tuanya.

"Iya sayang, pasti dan selalu mamah dan ayah do'ain. Semangat sayangg.", jawab Mamah Senja menyemangati Tenggara. "Iya nak, apa yang mamah bilang bener. Tanpa kamu minta, kami selalu do'ain yang terbaik buat kamu. Buat kami bangga ya sayang. Semangat princessnya ayah.", lanjut Ayah Fajar ikut menyemangati putri tunggalnya. Tenggara yang mendengar dukungan dan harapan dari kedua orang tuanya sambil tersenyum tentu tak bisa untuk tak ikut tersenyum bahagia. Tenggara yakin pada dirinya sendiri kalau dirinya bisa mengerjakan soal-soal olimpiade dan membawa pulang piala.

"Makasih banyak mamah dan ayahku, Ara sayang banget sama kalian. Ya udah, Ara berangkat ya, takut kesiangan. Assalamu'alaikum.", ucap Tenggara kembali pamit kepada kedua orang tuanya.

"Wa'alaikumsalam, hati-hati sayang. Emang Utaranya udah ada?", jawab Mamah Senja sambil bertanya. "Kayaknya udah ada, babay, muach.", jawab Tenggara sambil mencium pipi kedua orang tuanya lalu bergegas meninggalkan mereka menuju ke luar sambil melambaikan kedua tangannya.

Tenggara sedikit berlari ke luar gerbang rumahnya. Terlihat Utara sudah ada di depan rumahnya, tengah santai duduk di atas motor biru kebanggaannya sambil memainkan kunci motornya. "Maaf lama ya kak, ayo.", ucap Tenggara merasa tak enak setelah berlari menghampiri Utara. "Iya gapapa. Yaudah ayo, nanti telat, harus kumpul di sekolah jam berapa?", jawab Utara sambil menyerahkan helm kepada Tenggara dan bertanya. Tenggara menerima helm pemberian dari Utara, lantai memasangkannya dan segera naik ke atas motor Utara. "Katanya jam 07.00 kumpul di sekolah, jam 07.30 udah harus ada di lokasi olimpiade.", jawab Tenggara terhadap pertanyaan yang diajukan Utara kepadanya setelah dirinya duduk nyaman di jok belakang motor Utara. Utara tak menanggapi kembali jawaban Tenggara, dirinya lantas langsung saja menancap gas motornya, melajukan motornya menuju sekolah Tenggara dengan kecepatan sedang, dirinya tidak boleh membawa anak orang dengan ngebut, dirinya diberi tanggungjawab, lagipula untuk apa ngebut, yang penting sampai ke tempat tujuan dengan tepat waktu dan selamat.

Tenggara & UtaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang