Tenggara menggeliat kecil di balik selimut tebalnya. Matanya mulai terbuka dan menyipit karena cahaya yang masuk lewat ventilasi sedikit menyilaukan matanya yang terasa perih. Tenggara sama sekali tak ingat apa yang terjadi padanya tadi malam, terakhir yang dia ingat hanyalah dirinya yang bergerak gelisah di tempat tidur karena bermimpi ada orang yang sangat besar. Pokoknya mimpi tadi malam adalah mimpi yang menurut Tenggara aneh sekaligus sedikit menakutkan.
Rupanya, tadi malam dirinya demam, terbukti dengan adanya kompresan di atas keningnya yang sudah mengering. Tenggara meraba kompresan yang tertempel di keningnya lalu meletakkannya di baskom berisi air kompresan yang ada di atas nakas. Tenggara berusaha merubah posisinya menjadi duduk dan bersandar di sandaran ranjangnya, badannya masih sangat lemas sekarang.
"Gue kenapa sih? Lemah banget bela negara langsung tepar.", gerutunya karena badannya yang sangat terasa lemas ditambah kepalanya yang nyut-nyutan semakin membuat dirinya merasa tak nyaman. Ya siapa juga yang nyaman di posisi sakit.
"Sabar Ra, lo lagi dianggap umat sama Allah.", monolognya kembali berusaha sabar menghadapi rasa sakit yang sedang dia rasakan sekarang. Jujur saja Tenggara ini selalu rewel ketika sakit alias kurang bisa sabar, jadi harap dimaklumi saja.Pintu kamar Tenggara terbuka membuat sang pemilik kamar yang tengah duduk bersandar di atas tempat tidurnya sambil memijit pelipisnya yang terasa pusing lantas menoleh.
"Lho Ra, kamu udah bangun sayang?", Mamah Senja datang dengan membawa mangkuk berisi bubur dan satu gelas berisi air putih.Tenggara melirik jam dinding yang ada di kamarnya, ternyata sudah jam 07.00. Untungnya sekolah diliburkan 3 hari khusus CPDB sebagai masa istirahat, jadinya Tenggara tak perlu mengkhawatirkan sekolah. Setidaknya dia bisa beristirahat dan memulihkan badannya yang sedang sakit selama 3 hari ke depan sebelum hari Senin besok mulai masuk sekolah.
"Ara udah shalat Subuh belum mah?", tanya Tenggara pada mamahnya. Tenggara sama sekali tak ingat apakah dirinya sudah melaksanakan kewajibannya atau tidak.
"Sudah Ra, tadi kan mamah yang bangunin terus bantu kamu ke kamar mandi buat ambil air wudhunya karena tadi kamu lemes banget. Emangnya kamu gak inget?", jawab Mamah Senja dengan diakhiri pertanyaan yang hanya dibalas gelengan oleh Tenggara sambil menampilkan cengirannya. Mamah Senja hanya menggelengkan kepalanya heran."Sekarang gimana? Udah mendingan?", tanya Mamah Senja sambil meletakkan nampan berisi sarapan yang dirinya bawa ke atas nakas. Tangannya memegang kening Tenggara sekedar memeriksa apakah suhu tubuhnya sudah menurun atau masih sama panasnya seperti tadi malam. "Udah gak terlalu panas.", ucap Mamah Senja.
"Ara udah mendingan mah, cuma masih agak lemes dan pusing doang.", jawab Tenggara berusaha menampilkan seolah kondisinya sudah pulih supaya mamahnya ini tak terlalu mengkhawatirkan dirinya.
"Syukurlah, yasudah kamu makan dulu abis itu minum obat.", Mamah Senja membawa mangkuk berisi bubur yang tadi dia letakkan di atas nakas. Tangannya bersiap akan menyuapkan sendok yang sudah berisi bubur ke dalam mulut sang anak, sebelum ucapan Tenggara membuat aktivitas dirinya terhenti."Ara makan sendiri aja mah.", ucap Tenggara menawarkan diri.
"Gapapa mamah suapin aja, lagian kalau kamu makan sendiri nanti yang ada gak habis-habis.", jawab Mamah Senja sambil menyuapkan satu sendok bubur ke mulut Tenggara.Tenggara menerima suapan itu lalu mengunyahnya tanpa selera. Bukan tak enak, tapi memang iya tak enak. Sebenarnya apapun yang mamahnya masak akan selalu enak dan spesial, hanya saja karena sekarang Tenggara tengah sakit, jadi lidahnya terasa pahit itulah yang memengaruhi apapun makanan yang dirinya lihat walaupun sebenarnya enak membuat Tenggara sama sekali tak berselera.
"Ara sendiri aja, janji bakalan dihabisin.", Tenggara mengambil alih mangkuk bubur dari tangan mamahnya yang tengah duduk di depannya.
"Yaudah, mamah bakalan liatin sampe habis. Tumben kamu mau sendiri, biasanya juga suka gak mau makan kalau gak disuapin.", Mamah Senja menjawab sambil dirinya memisahkan obat yang harus Tenggara minum nanti setelah selesai makan.
"Ya kan Ara udah besar, malu.", jawab Tenggara sambil menyuapkan kembali bubur ke dalam mulutnya yang terasa pahit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenggara & Utara
Teen FictionApa jadinya jika Tenggara, si cewek introvert dan anti dengan yang namanya jatuh cinta berubah 180° menjadi jatuh cinta sedalam-dalamnya pada sosok Utara yang merupakan anak guru ngajinya. Sayangnya, Tenggara hanya bisa mencintai dalam diam sosok Ut...