Sebagai siswa kelas 9 yang sebentar lagi akan melaksanakan Ujian Sekolah sebagai penentu kelulusan, Tenggara yang tadinya ambis semakin ambis saja. Tak jarang, dirinya selalu lupa waktu karena terlalu fokus belajar. Bukan hanya belajar di sekolah saja, tapi juga ketika di rumah yaitu dari jam 07.30 malam sampai 09.00 atau kadang sampai jam 10.00 malam.
Sebenarnya bukan tanpa sebab dia memforsir waktu belajarnya. Dia hanya ingin hasil Ujian yang akan dipampangkan di ijazah SMP-nya nanti memuaskan dan sesuai dengan apa yang dirinya cita-citakan. Dia juga ingin menunjukkan dan membuktikan kepada om dan tantenya bahwasanya dirinya tak sebodoh yang mereka kira. Yah, tanpa om dan tantenya sadari, tuntutan dari mereka menjadikan sosok Tenggara menuntut dirinya sendiri dan jarang memperhatikan kondisi tubuhnya sendiri. Ironis memang, tapi itulah kenyataannya.
Di jam istirahat, Tenggara selalu habiskan dengan berkumpul bersama ketiga teman dekatnya yaitu Adel, Aida, dan Devi. Sekedar mengobrol hal random atau mengobrol tentang rencana ke depannya. Tenggara sangat bersyukur karena memiliki teman dekat seperti mereka yang mau menerima kekurangan Tenggara dan pastinya bukan hanya memanfaatkan Tenggara saja.
"Guys, kalian kalau nanti udah lulus mau lanjut ke mana?", Adel si paling bar-bar mulai membuka obrolan.
"Bismillah SMAnSaKa jurusan IPA.", jawab Devi dengan semangat menggebu.
"Kalau gue sih pengennya lanjut ke K-One jurusan OTKP, keterima gak ya?", Aida ikut menimpali pertanyaan yang diajukan oleh Adel dengan wajah yang sedikit tersirat kegelisahan."In Syaa Allah bisa Da, asal lo yakin sama usaha aja. Allah itu gimana prasangka makhluk-Nya. Kalau lo berprasangka baik, In Syaa Allah pasti bisa, tapi ya mesti dibarengi do'a dan usaha juga.", Tenggara yang kala itu fokus pada layar HPnya langsung mematikannya dan memberi sedikit motivasi pada Aida yang sepertinya tengah gelisah.
Sekarang ini Tenggara memang cukup hangat orangnya, terbukti dari dirinya barusan yang mengatakan kalimat cukup panjang dengan diselipi kata motivasi untuk temannya itu. Sudah dikatakan sebelumnya kan, kalau Tenggara itu aslinya receh dan gak sedingin yang dilihat, cuma ya sikap receh dan hangatnya cuma ditunjukkin ke orang-orang terdekat aja.
"Kalau lo sendiri mau lanjut ke mana Ra?", tanya Adel pada Tenggara yang sedang menyeruput jus alpukat.
"K-One jurusan Akuntansi.", jawabnya dengan santai.
"Wah, sama dong. Gue juga mau ke K-One jurusan Akuntansi. Disuruh sama nyokap sih ke kesehatan, tapi gue takut darah sama gak kuat bau-bau obat. Disuruh sama opa ambil jurusan teknik, tapi gue takut cuma gue doang ceweknya.", Adel menanggapi ucapan Tenggara dengan semangat yang menggebu, merasa senang karena di jenjang putih abu nanti, dirinya bisa bersama dengan sahabatnya itu."Lho, gak jadi ke Bogor Ra? Kemarin lo bilang kalau om lo nyuruh ngelanjutin di sana.", Devi berujar sambil tangannya sibuk memasukkan potongan cireng ke dalam mulutnya.
"Gue gak mau.", jawaban santai Tenggara membuat ketiga temannya kompak bertanya setengah berteriak di hadapannya.
"LAH, KENAPA?", tanya mereka kompak.Tenggara mengangkat bahunya acuh. "Gapapa, males aja.", jawaban yang membuat ketiga temannya ini terheran-heran. Mereka merasa aneh saja, padahal om dan tantenya akan membiayai pendidikan masa putih abu Tenggara, tapi Tenggara memilih menolak. Mereka tidak tau saja sisi gelap om dan tante Tenggara yang selalu Tenggara tutup rapat-rapat dari umum. Bagi Tenggara, untuk apa menceritakan aib seseorang, aib keluarga sendiri lagi, mau bagaimana pun mereka tetap om dan tantenya.
______________________________________
"Tolong... tolong...", Tenggara berlari panik saat dirinya dikejar oleh seekor anjing. Entah dari mana datangnya anjing kurang belaian itu, sekarang dengan tak ada kerjaannya malah mengejar Tenggara yang notabenenya takut anjing. Ya siapa yang tidak takut.
Tadinya Tenggara berniat akan pulang setelah dirinya dipanggil terlebih dahulu oleh Pak Cokro. Beliau memintanya untuk menjadi pembimbing adik kelasnya yang akan mengikuti olimpiade matematika. Yang tadinya dirinya harus pulang jam 03.00 sore menjadi jam 04.00 sore. Niat hati setelah ke luar dari ruang guru, Tenggara akan langsung ke parkiran, menaiki motornya, dan pulang. Tapi, tak ada angin tak ada hujan, dirinya malah dikejar oleh anjing yang tiba-tiba menampakkan diri di hadapannya, tentu Tenggara kaget dan langsung berlari, alhasil terjadilah aksi kejar-kejaran yang sudah terjadi hampir setengah jam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tenggara & Utara
Novela JuvenilApa jadinya jika Tenggara, si cewek introvert dan anti dengan yang namanya jatuh cinta berubah 180° menjadi jatuh cinta sedalam-dalamnya pada sosok Utara yang merupakan anak guru ngajinya. Sayangnya, Tenggara hanya bisa mencintai dalam diam sosok Ut...