Part 16»After Ramadhan

20 4 0
                                    

3 hari setelah Hari Raya Idul Fitri, hari yang sangat dinanti-nanti oleh umat Islam setelah melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan. Kala itu, hari Senin yang cerah di pagi hari menjelang siang, Tenggara tengah bersantai di gazebo yang terletak di belakang rumahnya. Tenggara terlihat sangat santai, menyandarkan punggungnya pada tiang gazebo sambil pandangannya menatap lurus ke kolam ikan yang ada di hadapannya.

Berulang kali Tenggara menghela nafas lelah. Aneh, padahal dirinya tidak sudah melakukan aktivitas berat, dirinya hanya melakukan kegiatan membersihkan rumah seperti hari-hari biasanya. Dan juga, dirinya yang tengah berada di masa liburan lebaran harusnya bisa happy karena sedikit terbebas sebentar dari banyaknya tugas sekolah dan jiwa ambisnya. Tapi, entah kenapa, sejak pukul 10.00 siang di hari lebaran dua hari yang lalu, hati Tenggara terasa aneh, seperti merasa kehilangan, tapi kehilangan apa?

Menurut Tenggara, vibes lebaran hanya terasa sampai jam 10.00 siang saja. Dari jam 10.00 siang ke sana, semuanya biasa saja. Sekarang, Tenggara merasa, dirinya kangen dan rindu vibes bulan Ramadhan. Aneh memang, saat di bulan Ramadhan ingin segera lebaran, saat sudah lebaran malah kangen bulan.Ramadhan dan malah pengen balik lagi.

Tenggara rindu vibes bangun dan makan sahur bareng ayah dan mamahnya, rindu suasana Kuliah Subuh, rindu kebersamaan saat buka bersama, rindu shalat Tarawih, dan semua yang hanya ada di bulan Ramadhan. Kembali menghela nafas sebelum Tenggara bergumam pada dirinya sendiri, "In Syaa Allah ada umur, ketemu lagi di Ramadhan tahun depan.", do'a sekaligus harapan yang terucap dari bibir Tenggara.

Drt...drt... HP yang dia simpan di sebelahnya bergetar, tanda ada pesan yang masuk ke nomornya. Melirik sekilas, lalu tangannya terulur membawa benda pipih itu ke dalam genggamannya. Terlihat dari notifikasi, kontak dengan nama Kak Uta baru saja mengiriminya sebuah pesan. Ada perlu apa Utara mengirim pesan padanya? Tak ingin rasa penasarannya semakin tinggi, Tenggara segera saja mengklik notif dari Utara yang otomatis langsung masuk ke aplikasi berlogo hijau.

Kak Uta

Assalamu'alaikum ra, bsk acara reunian di mdrsah,
jngn lupa datang y...

Wa'alaikumsalam, iya kak In Syaa Allah saya datang,
terimakasih undangannya


Setelah selesai mengetikkan balasan pada Utara dan mengklik tanda send, Tenggara mematikan kembali mobile data di hpnya dan beranjak masuk ke dalam rumah. Hari ini om dan tantenya akan berkunjung ke rumahnya untuk bersilaturahmi. Jujur saja, Tenggara sedikit malas, bukan apa-apa, hanya saja, dia malas mendengarkan kalimat tuntutan yang ke luar dari mulut om dan tantenya yang meminta dirinya untuk selalu menjadi sempurna. Kadang Tenggara merasa aneh, ayah dan mamahnya saja gak nuntut, kenapa om dan tentenya serempong itu menuntut dirinya.

"Mah, kalau nanti tante Fatma marah liat nilai IPA Ara anjlok gimana?", Tenggara memeluk sang mamah yang tengah duduk di sofa sambil menonton berita di layar televisi yang ada di depannya. Mamah Senja tersenyum ke arah sang putri.
"Ara liat mamah, Ara sudah berusaha semaksimal mungkin kan? Jadi itu gak akan menjadi masalah sama sekali.", jawab Mamah Senja sambil membawa sang putri ke dalam pelukannya. Tenggara hanya bisa menatap lurus ke depan. "Semoga aja.", ucapnya penuh harap dalam hati.

______________________________________

"Ra, kok nilai IPA kamu anjlok sih. Ulangan semester kemarin kan kamu bagus dapet 98, ya walaupun gak 100, tapi setidaknya itu lebih baik dari yang sekarang. Kenapa semester ini cuma 97?", tanya Tante Fatma pada Tenggara sambil matanya fokus menatap deretan angka yang tercetak di buku raport milik Tenggara. Tenggara hanya bisa menghela nafas lelah sambil berusaha mati-matian menahan emosi sekaligus sakit di hatinya. Kenapa mereka tak menghargai pencapaiannya? Padahal dirinya sudah berusaha semaksimal mungkin.

Tenggara & UtaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang