Part 26»1.MPLS-Bela Negara

17 4 0
                                    

"Negara aja aku belain dengan segenap jiwa dan raga apalagi kamu Kak Uta."
_Tenggara_

Tenggara nampak terburu-buru menuruni anak tangga, padahal jam dinding masih menunjukkan pukul 05.45.
"Sarapan dulu Ra.", teriak Mamah Senja ketika melihat putri tunggalnya sudah turun.
"Iyaa mah.", jawab Tenggara sambil dirinya berjalan menuju ke meja makan, mendaratkan bokongnya setelah sebelumnya sedikit menggeser kursi ke belakang yang dibiarkan masuk ke kolong meja makan.

Mamah Senja meletakkan sepiring nasi goreng yang diatasnya ada telur mata sapi setengah matang kesukaan Tenggara.
"Makasih mamah sayang.", ucap Tenggara dan tanpa banyak babibu lagi, Tenggara segera saja menyantap sarapannya dengan sedikit terburu-buru.

"Pelan-pelan Ra.", ucap Mamah Senja sambil meletakkan susu cokelat ketika melihat Tenggara yang makan dengan terburu-buru dan tak jarang hampir tersedak.
"Ara buru-buru mah, harus kumpul jam setengah tujuh, kalau nggak ya dihukum nanti.", jawab Tenggara sambil menampilkan cengirannya.

"Ara berangkat mah. Assalamu'alaikum.", lanjut Tenggara pamit ketika sarapannya sudah habis. Tak lupa Tenggara meletakkan terlebih dahulu piring kotor ke atas tempat cucian lalu dilanjut pamitan pada sang mamah dengan mencium tangan dan pipi wanita kesayangannya itu.
"Wa'alaikumsalam, hati-hati.", jawab Mamah Senja dengan membalas mencium pipi sang anak.

"Eh Ra, udah mau berangkat? Kan masih pagi.", di luar, Ayah Fajar yang tengah mencuci si Kety alias motor kesayangan ayahnya itu bertanya ketika melihat sang putri yang sudah siap dengan seragam olahraga dan membawa ransel, padahal waktu masih terbilang pagi.

"Iya yah, hari ini jadwal bela negara dilatih sama TNI langsung dan katanya jam setengah tujuh harus udah ada di sekolah sedangkan sekarang udah jam 06.00, jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh, jadi Ara gak mau telat.", jawab Tenggara menjelaskan pada ayahnya yang dibalas manggut-manggut oleh ayahnya.
"Oalah, yasudah, hati-hati ya jangan ngebut.", ucap Ayah Fajar mengingatkan sang anak.

"Siap komandan. Yaudah Ara berangkat, assalamu'alaikum.", jawab Ara bak seperti prajurit yang sedang laporan kepada komandannya. Setelah mencium tangan dan pipi sang ayah, Tenggara segera saja mengeluarkan mobil fortuner hitam yang sering digunakan olehnya dari garasi. Setelah mobil berhasil ke luar, Tenggara segera melajukan mobil membelah jalanan menuju ke sekolah barunya yang sudah 5 hari ini dirinya pijak.

______________________________________

"Kepada CPDB yang akan melaksanakan bela negara pada hari ini dan besok dimohon segera memasuki lapangan.", panggilan dari speaker yang terpasang di tiap-tiap kelas membuat Tenggara yang tengah mengobrol bersama Adel yang kebetulan sekelas terhenti. Fyi, Adel behasil lolos seleksi pendaftaran di tahap kedua, dan kebetulan ketika pembagian kelas, Adel ternyata satu kelas dengan Tenggara, bahkan sekarang mereka terlihat menjadi teman sebangku.

Setelah mendapat panggilan, semua siswa-siswi CPDB lantas segera saja membawa topi dan name tagnya lalu pergi menuju ke lapangan dengan setengah berlari.
"DALAM HITUNGAN KETIGA SEMUA SUDAH BERBARIS RAPIH DI KOMPI MASING-MASING.", tidak...kali ini bukan pengurus OSIS atau guru K-One yang memanggil, tapi TNI. Jantung Tenggara berdegup kencang. Sialan, baru permulaan dirinya sudah takut saja.

"Ra, name tag gue masih di kelas.", panik Adel sambil menarik lengan Tenggara membawanya untuk kembali ke kelasnya sekedar untuk mengambil terlebih dahulu name tagnya.
"Yaelah Del, kenapa mesti ditinggal sih ah. Yaudah cepet.", Tenggara yakin dirinya akan dihukum, masih pagi lho ini.

"SATU....", TNI di lapang mulai menghitung yang membuat jantung Tenggara semakin dag-dig-dug ser dibuatnya. Bukan dag-dig-dug ser karena salting, yang ada nething dan overthinking ini mah.
Terlihat Adel sudah membawa name tagnya yang tadi sempat tertinggal. Tanpa babibu lagi, mereka berdua lantas langsung berlari menuju lapangan yang jaraknya lumayan dekat tapi penuh dengan tangga dan jalanannya yang super duper licin.

Tenggara & UtaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang