Part 30»Hanya Kagum

11 3 0
                                    

Entah gabut atau memang mencari kesibukan, sejak sejam yang lalu Tenggara tengah mengcrop tiap foto Pak Uwais yang dirinya berhasil dapatkan dari instagram dan media sosial lainnya milik Pak Uwais. Tenggara sendiri tak tau apakah sikapnya ini salah atau tidak karena sudah mengscreenshoot foto orang tanpa diketahui, termasuk kategori stalker atau penguntit kah? Ah, Tenggara tak peduli soal itu, yang dia tau sekarang Tenggara tertarik dengan toolmannya itu.

Sejak bulan kemarin di mana Pak Uwais memperkenalkan diri, eh ralat, lebih tepatnya diperkenalkan oleh Bu Tuty bahwasannya Pak Uwais ini adalah toolman jurusannya, ketertarikan Tenggara pada Pak Uwais semakin menjadi. Dibilang suka tidak, tapi bisa juga dibilang iya. Ah, Tenggara tak tau apa perasaan ini. Kalau ditanya apakah sekarang dirinya pindah haluan dari Utara ke Pak Uwais? Maka jawabannya tidak, Utara tetap ada di hati Tenggara, bahkan tiap selesai shalat Tenggara selalu menyebut nama Utara di dalam do'anya. Lantas, rasa apa ini? Tak mungkinkah dirinya menyukai dua orang sekaligus? Entahlah.

Tok... tok... tok... "Raa...", pintu kamar Tenggara diketuk dan tak lama ada suara panggilan yang Tenggara sangat tau bahwa yang memanggilnya itu adalah mamahnya.
"Iya mah? Masuk aja, pintunya gak Ara kunci kok.", jawab Tenggara dengan tetap di posisinya semula yaitu di sofa yang ada di kamarnya dengan kaki diselonjorkan. Tak lama, pintu kamar Tenggara terbuka tanda ada orang yang masuk.

"Kenapa mah?", tanya Tenggara sambil mengalihkan fokusnya dari HP, menatap sang mamah yang baru saja menghampirinya dan ikut duduk di sofa yang masih kosong.
"Nggak, mamah cuma pengen ngobrol aja sama kamu.", jawab mamah Senja sambil matanya menyelisik tiap sudut kamar sang anak yang tertata rapi, Tenggara ini memang suka kerapihan.

"Gimana sekolah kamu Ra?", tanya Mamah Senja setelah sekian lama mereka terdiam tanpa obrolan.
"Alhamdulillah baik, ternyata gak semudah yang dikira tapi dibawa enjoy nyenengin juga.", jawab Tenggara, kini HP yang tadi ada di genggamannya dia letakkan terlebih dahulu di meja depan sofa. Tenggara memfokuskan seluruh tubuhnya ke hadapan sang mamah yang tengah menatapnya dengan senyuman hangat.

"Syukurlah. Anak mamah ini sudah punya pacar belum?", Mamah Senja kembali membuka suara dengan sebuah pertanyaan, sedikit menggoda putri tunggalnya ini.
"Nggak, Ara gak mau pacaran, kan dosa.", jawab Tenggara cepat. Ya, sejatuh cinta apapun Tenggara pada seseorang, Tenggara tak mau kalau diajak pacaran. Bagi Tenggara, pacaran hanya membuang waktu saja. Selain membuang waktu, pacaran juga dosa dan tidak dibenarkan oleh agama.

"Bagus kalau anak mamah punya pemikiran yang luas. Ra, mamah cuma mau pesen, seberapa besar pun kamu mencintai seseorang, jangan pernah kamu tinggalkan penciptanya ya. Karena orang yang kamu cinta tak selamanya ada, yang selalu ada hanya Allah. Jatuh cinta itu wajar dan normal. Kalau kamu jatuh cinta, dekati dan rayu dulu penciptanya sebelum ciptaannya.", ujar Mamah Senja memberikan Tenggara nasihat yang disimak baik-baik oleh Tenggara.

"Satu lagi Ra, jangan menaruh dua orang di satu hati, karena itu gak akan bener. Belajarlah membedakan, mana cinta, mana hanya sebatas suka, mana kagum, dan mana obsesi. Cinta itu tanpa alasan, kalau masih dengan alasan, itu berarti bukan cinta namanya.", lanjut Mamah Senja yang membuat Tenggara sedikit tertohok oleh kalimat yang mamahnya ucapkan. Mamahnya tak menyindirnya, mamahnya hanya mengingatkan dirinya.

"Iya mah, makasih udah ingetin Ara.", jawab Tenggara dengan menampilkan senyuman manisnya. Lantas, Mamah Senja langsung membawa sang putri ke dalam pelukannya, menghirup lamat-lamat aroma strawberry dari rambut Tenggara.

"Mamah kok tumben bahas cinta-cintaan sama Ara.", ucap Ara di sela-sela pelukannya.
"Lagi pengen aja.", jawab sang mamah sambil tangannya sibuk mengelus surai kecoklatan milik Tenggara.

"Maaf mah, Ara lagi di fase yang mamah sebutin tadi, Ara belum bisa bedain mana cinta sama mana kagum atau yang lainnya.", ucap Tenggara dalam hati sambil pandangannya menatap lurus ke depan.

Tenggara & UtaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang