Hari ini adalah hari ketiga kelas 9 melaksanakan ujian sekolah dengan mata pelajaran yang diuji adalah IPS dan Pkn, sungguh kolaborasi yang mantap bukan?
Di luar ruangan 2---ruangan tempat Tenggara melaksanakan ujian sudah terdapat banyak siswa-siswi kelas 9 yang datang. Waktu memang sudah menunjukkan pukul 07.00, 15 menit lagi bel masuk berbunyi dan ujian hari ketiga akan dilaksanakan.
Tenggara sendiri tidak satu ruangan dengan ketiga sahabatnya itu, dikarenakan nama mereka yan masuk absen awal sehingga menjadikan mereka berada di ruangan 1. Tenggara sendiri tak masalah, ya karena hanya beda ruangan saja, bukan beda dunia, kan? Tapi berbeda dengan Adel yang sejak hari pertama ujian uring-uringan disebabkan dirinya yang tak seruangan dengan Tenggara, memang sangat tak bisa berpisah dengan Tenggara si Adel ini.
Sambil menunggu bel pertanda masuk berbunyi, Tenggara sejak tadi sibuk membuka lembaran-lembaran buku catatan IPS nya. Suasana di luar ruangan yang cukup ricuh tak menjadikan Tenggara mengurungkan niatnya untuk tetap membaca buku catatannya itu. Ocehan dari orang di sampingnya sama sekali tak dihiraukan oleh Tenggara, yang menjadi titik fokus Tenggara sekarang hanyalah materi yang tertulis di buku catatannya.
Sejak tadi, Ayi yang ada di samping Tenggara tak henti-hentinya mengoceh yang selalu dibalas oleh Tenggara dengan deheman. Tenggara sejujurnya malas berdekatan dengan orang yang sudah menjelekkan nama baiknya di depan semua siswa-siswi SMP Cakrawala padahal dia tak melakukan hal yang demikian sebagaimana yang disebarkan oleh Ayi dua minggu yang lalu. Tapi karena Ayi yang sudah meminta maaf dan Tenggara sendiri yang tak suka menyimpan dendam, maka ya seperti inilah, hubungan keduanya kembali dekat walaupun dengan sikap Tenggara yang terkesan tak peduli dan lebih dingin.
"Ra, lo kok bisa sih baca di keadaan yang ricuh kek gini?"
"Ra, kapan kita kek dulu lagi yang selalu ke mana-mana berdua?"
"Kalau kelulusan, kita fotbar yuk.", ocehan Ayi sama sekali tak memengaruhi Tenggara yang tengah fokus pada bukunya."Gue mau minta Kak Uta datang ah pas kelulusan nanti sambil minta dibawain buket.", tepat setelah Ayi mengatakan kalimat yang membawa nama-nama Utara dengan senyumannya yang merekah, Tenggara langsung menutup buku catatannya dengan kencang dan menatap ke arah samping, tepat kepada seseorang yang sejak tadi tak hentinya terus mengoceh.
"Bisa diem gak?!", ucapnya sambil kembali membuka buku catatannya. Namun, bukannya berhenti mengoceh, Ayi justru semakin menjadi yang membuat Tenggara menghela nafas lelah dan kembali menatap catatan IPS nya. Tak lupa, sebelumnya, Tenggara menyumpal kedua telinganya yang tertutup kerudung dengan earphone yang sudah tersambung dengan alunan musik klasik dari playlist HP-nya.
Oh iya, kalian pasti belum tau kan? Ngomong-ngomong soal Ayi, sejak kejadian Ayi yang menyebarkan foto Tenggara dan Bintang di lapangan utama yang tak sesuai dengan kebenarannya tempo dua minggu lalu, berakhir dengan Ayi yang dibawa ke RPK lalu mendapatkan sanksi. Sanksi yang Ayi dapat berupa penambahan point pelanggaran, skors selama seminggu, serta membuat surat permintaan maaf dan pernyataan tidak akan mengulangi kesalahan dengan ditandatangani di atas materai olehnya, orang tuanya, dan Pak Umam selaku guru BK.
Sejak selesai menjalani masa skorsnya, hubungan Ayi dan Tenggara kembali dekat. Bukan dekat sih, lebih tepatnya Ayi kembali membutuhkan seorang Tenggara untuk dimanfaatkan? Maybe, atau Ayi ini benar-benar merenungi kesalahannya selama masa skors dan tersadar akan salahnya? Entahlah. Tenggara sama sekali tak terganggu dengan keberadaan Ayi yang kembali hadir di sekitarnya sejak hari Senin kemarin.
*Flashback on
Pagi-pagi sekali Ayi sudah nangkring di meja makan rumah Tenggara. Tenggara yang kala itu sudah siap dengan seragam putih birunya dan sedang menuruni anak tangga, seketika mood sarapannya hancur ketika netra cokelatnya menangkap keberadaan seseorang di meja makan. Bukan hanya mood sarapannya saja yang menjadi hancur, tapi juga mood hari Seninnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenggara & Utara
Teen FictionApa jadinya jika Tenggara, si cewek introvert dan anti dengan yang namanya jatuh cinta berubah 180° menjadi jatuh cinta sedalam-dalamnya pada sosok Utara yang merupakan anak guru ngajinya. Sayangnya, Tenggara hanya bisa mencintai dalam diam sosok Ut...