Part 17»Reunian

18 4 0
                                    

Pagi itu sekitar pukul 07.00, Tenggara sudah siap dengan gamis berwarna navy yang dipadukan dengan kerudung abu muda dan jangan lupakan sendal favoritnya. Jika kalian berpikir sendal favorit Tenggara adalah sendal feminim, maka kalian salah. Sendal favorit Tenggara adalah sendal gunung yang notabenenya kebanyakan dipake cowok. Berulang kali Mamah Senja selalu mengomeli penampilan Tenggara yang selalu memakai sendal itu-itu saja. Kalaupun beli, tetep aja yang dibelinya jenis sendal gunung.

"Mau ke mana Ra?", Mamah Senja yang tengah menata bunga hiasan di ruang tamu menoleh saat dirinya mendengar suara seseorang yang menuruni anak tangga. Saat dirinya menoleh, ternyata putri tunggalnya lah yang turun dengan penampilan yang sudah sangat rapih.

"Ara mau ke madrasah dulu, ada acara reunian.", Tenggara menjawab sambil mengetikkan sesuatu di ponselnya.
"Sama siapa berangkatnya?", Mamah Senja kembali bertanya, kali ini dirinya berjalan menuju ke tempat di mana Tenggara tengah berdiri dan sibuk dengan hpnya.
"Ara bawa motor. Yaudah, Ara berangkat dulu, assalamu'alaikum.", balas Ara sambil memasukkan hpnya ke dalam saku gamisnya dan gak lupa mencium tangan sang mamah lalu mengucap salam.

"Wa'alaikumsalam."
"Eh bentar Ra, kamu pake gamis kenapa pake sendal yang itu sih ah. Kenapa gak pake sendal yang lebih faminim.", sudah dibilang kan, mamahnya ini selalu saja mengomeli perkara sendal yang dipakai Tenggara. Padahal kan, gak ada salahnya pake gamis terus pake sendal gunung, daripada nyeker kan? Tenggara menoleh ke arah Mamah Senja menjawab omelan sang mamah dengan menampilkan cengirannya.
"Gapapa, pake yang ini aja, lagian nyaman juga. Ara kan cocoknya sama sendal gunung, kan orang gunung.", Mamah Senja hanya bisa menggelengkan kepalanya sambi berdecak heran, merasa aneh dengan sikap Tenggara.

Getaran di saku gamisnya, membuat gerakan Tenggara yang tengah mengeluarkan motornya dari garasi terhenti. Segera merogoh benda pipih dari dalam sakunya dan terlihat ada panggilan masuk dari seseorang. Tenggara menggeser icon hijau ke atas dan menempelkan hpnya ke telinga.

"Assalamu'alaikum, kenapa kak?"...

"Wa'alaikumsalam, di mana?"...

"Di rumah"...

"Hari ini acara reunian yang saya kasih tau
kemarin dichat, kamu datang kan Ra?"...

"Ini udah mau otw kak"...

"Oh yaudah, saya tunggu di madrasah.
Assalamu'alaikum"...

"Iya kak, wa'alaikumsalam"...

Panggilan berakhir dari si penelepon yang kontaknya dinamai Kak Uta oleh Tenggara. Tanpa sadar, bibir Tenggara tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman yang terlihat seperti bulan sabit. Tak ingin dirinya telat, karena agendanya acara reunian akan dimulai pukul 07.30, Tenggara segera melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda tadi yaitu mengeluarkan motor dari garasi rumahnya.

______________________________________

Tenggara memarkirkan motornya di parkiran madrasah yang nampak sudah lumayan penuh oleh deretan motor-motor milik santri dan santriwati serta para alumni yang turut hadir pada acara reunian. Terlihat, Sari yang tengah mengobrol dengan ketiga santriwati yang Tenggara kenal melambaikan tangan ke arah Tenggara. Tenggara yang melihatnya, tanpa pikir panjang langsung berjalan menghampiri keberadaan Sari dan ketiga santriwati.

"Assalamu'alaikum", Tenggara mengucapkan salam dan langsung duduk di tempat dekat Sari yang kebetulan masih kosong.
"Wa'alaikumsalam.", jawab keempat orang yang ada di sana, yaitu Sari, Restu, Siti, dan Shiren.
"Kirain teh Ara gak bakal datang.", Shiren yang pertama membuka suara. Tenggara hanya menjawab dengan senyuman.

"Teh Ara punya pacar gak sih? Atau gebetan? Kok gak pernah ngeliat kakak jalan sama cowok.", Restu dengan santai bertanya hal yang menurut Tenggara kurang bermanfaat. Tapi, walau begitu, Tenggara tetap menjawab santai pertanyaan Restu dengan jawaban yang seadanya dan sesuai fakta.
"Pacaran dosa.", jawaban singkat sekaligus sindiran halus bagi yang berpacaran ke luar dari mulut Tenggara. Restu yang mendengar jawaban singkat dari Tenggara, sepertinya merasa kurang puas, terbukti dari dirinya yang kembali membuka suara.

Tenggara & UtaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang