Part 07»Ayi yang Nekat

31 2 0
                                    

Pagi menyambut remaja perempuan yang masih memejamkan mata, padahal kala itu waktu sudah siang dan jam sudah menunjukkan pukul 06.30. Suara alarm yang entah ke berapa kalinya terdengar bergetar di atas nakas. Remaja itu tak lain dan tak bukan adalah Ayi. Padahal Ayi sudah menyetel alarm dari jam 05.00 sampai jam 06.30, tapi Ayi baru terusik di alarm yang terakhir yaitu di jam 06.30. Dengan perasaan kesal karena getaran alarm yang mengganggunya, Ayi meraba nakas di samping tempat tidurnya dengan mata yang masih tetap terpejam. Alarm berhenti bergetar, bertepatan dengan mata Ayi yang mulai terbuka dan melihat ke sekeliling. Matanya yang masih nampak buram menyipit melihat jam di dinding yang nampak tak jelas. Ketika matanya sudah terbuka sempurna, seketika dirinya langsung tersadar dan berjingkrak panik karena melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 06.30. Sial, dirinya kesiangan.

"Ampun dah, kenapa udah jam setengah tujuh aja.", teriaknya panik sambil langsung menarik handuk yang tergantung di belakang pintu dan segera masuk ke kamar mandi. Sepertinya pagi ini, dia hanya akan membasahi tubuhnya saja, mana mungkin dia melakukan ritual mandi biasanya yang memakan waktu hampir setengah jam, bisa-bisa dirinya kesiangan.

Ayi ke luar kamar mandi dengan terburu-buru, bahkan beberapa kali dirinya mengaduh kesakitan akibat tanpa sengaja ujung kakinya terpentok meja dan lemari. "Nyesel dah gue stalker akun Kak Uta sampe gadang, berujung kesiangan jadinya.", gerutunya sambil sibuk memakai dasi. Ketika matanya tak sengaja melirik ke atas meja rias, dirinya kembali dibuat panik. Gawat, temannya---Tenggara pasti akan mengamuk. Bagaimana tidak, sudah hampir mencapai 20 panggilan tak terjawab dan 50 lebih spam chat dari kontak yang Ayi namai Ara kulkul. Dirinya kembali dilanda panik ketika membaca pesan terakhir dari Tenggara.

Ara kulkul

Gue duluan


"Shit! Terus gue berangkat sama siapa anjir.", Ayi dibuat panik setengah mampus. Apa dirinya bolos saja? Bisa-bisa dirinya diceramahi 7 hari 7 malam oleh maminya. Ayi melirik jam dinding, nampak jam sudah menunjukkan pukul 06.45, gawat, lima belas menit lagi masuk. Ayi segera menyambar tas gendongnya dan berlari ke luar kamar menuruni tangga. Maminya yang sedang di dapur ketika melihat anak bungsunya menuruni anak tangga dengan terburu-buru segera berteriak memanggilnya. "Ayiii, sarapan dulu.", teriak mamahnya Ayi---Gina. Ayi yang kala itu sudah tak peduli akan perutnya yang keroncongan akibat terlalu buru-buru, dia menanggapi teriakan maminya sambil terus fokus berlari.

"Nanti aja mi di sekolah, udah telat ini. Ayi berangkat, assalamu'alaikum.", teriaknya sambil berlari ke luar rumah. Sial, dirinya harus naik apa sekarang. Naik motor dia tidak mahir, naik angkot apa kata orang dan lagipula jam segini angkot sudah jarang, bukannya sampai ke sekolah yang ada malah makin telat dia.

Di tengah kebingungannya, Ayi dikagetkan dengan suara klakson di belakangnya. Tittt. Ayi yang kala itu sedang panik, seketika menjingkrak kaget sambil refleks mundur satu langkah. "Eits kalem-kalem. Ngapain lo Ay?", orang yang tadi mengelaksoni Ayi bertanya basa-basi pada Ayi yang membuat Ayi kesal, apa orang itu tak bisa melihat? "Lo buta? Gue mau berangkat sekolah lah.", Ayi menjawab pertanyaan orang itu dengan nada ngegas. "Mau nebeng gak? Tenang, Adel bawa motornya gak ngebut kok.", ya, orang yang mengagetkan Ayi adalah Adel. "Gak usah ah. Lo nya aja gak pake seragam, lo mau bawa gue ke mana hah?", Ayi menanggapi ajakan Adel dengan tetap mempertahankan volume suara ngegasnya. "Ya bawa lo ke sekolah lah. Gue gak pake seragam karena gue sakit, ini mau ke puskesmas.",jawab Adel sambil berdrama seolah dirinya sangat kesakitan sekarang.

"Ayo, mau nebeng kagak? Gue udah kedinginan nih.", sambungnya sambil menggosok-gosokkan telapak tangan ke badannya, berdrama seolah dirinya benar-benar kedinginan, padahal aslinya biasa saja. Ayi yang sedang menengok kanan kiri seolah mencari seseorang lantas menatap ke arah Adel. "Gak usah, makasih.", jawabnya sambil memperagakan gerakan seperti tengah mengusir. "Ya udah, gue duluan bye.", Adel bukanlah orang yang akan memaksa orang yang tak mau. Maka, tanpa berbasa-basi lagi, dirinya langsung menancap gasnya meninggalkan Ayi yang masih berdiri entah menunggu siapa.

Ayi menghembuskan nafas kasarnya sambil melihat jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul 06.55, lima menit lagi bel masuk dan dirinya masih ada di rumah. Kalau dirinya bolos juga sayang sudah buru-buru mandi dan memakai seragam. Ayi hanya diam saja tanpa berusaha mencari angkot atau ojek yang bisa membawanya ke sekolah. Matanya fokus menatap jalanan di depan gerbang rumahnya sambil tangannya dia lipat di depan dada dan sepatunya yang dia ketuk-ketukkan ke jalanan. Ketika netra hitamnya menoleh ke arah kanan, matanya menyipit. Rasanya dia tak asing dengan seseorang yang tengah mengendarai motor menuju ke arahnya. Setelah dia tau dan yakin siapa orang yang dia lihat. Ayi langsung berlari menghampiri si pengendara motor yang sedang melaju ke arahnya sambil melambaikan tangannya dan berteriak.

"Kak Utaaa.", teriaknya sambil berhenti dan mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Dirinya bertumpu pada kedua lututnya dan menetralkan nafasnya. Ya, orang yang Ayi lihat adalah Utara. Utara kala itu kebetulan memang sudah ada urusan dan melewati rumah Ayi. Ketika dirinya melihat ada orang yang melambaikan tangan sambil menyebut namanya, Utara refleks mengerem motornya dan berhenti tepat di hadapan orang yang memanggilnya. Utara menaikkan sebelah alisnya tanda bertanya saat Ayi sudah kembali berdiri tegak dan menatap dirinya. "Ayi boleh nebeng gak ke sekolah? Ayi udah telat nih, pleasee.", Ayi berkata pada Utara sambil memohon dengan menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada. Tak lupa dirinya menunjukkan wajah memelasnya. Utara yang melihat Ayi memohon-mohon sebenarnya tampak acuh dan tak perduli, hanya saja jika dirinya menolak rasanya seperti tak berprikemanusiaan.

"Oke", jawabnya singkat. Ayi yang mendengar jawaban setuju dari Utara lantas berteriak girang di dalam hatinya. "Makasih Kak Uta.", Utara yang mendengar lantas membalas ucapan terimakasih Ayi dengan deheman tanpa melihat ke arah Ayi. Ayi sebenarnya agak bete melihat respon Utara yang terkesan sangat cuek, tapi tak apa, dirinya sudah bersyukur bisa nebeng dengan Utara. Lantas, dirinya langsung saja naik ke motor Utara. Utara yang merasa motornya sedikit bergoyang tanda ada yang menaikinya lantas segera saja melajukan motornya.

Jarak rumah Ayi ke sekolah memang cukup jauh. Utara yang sebenarnya tak satu arah dengan sekolahan Ayi terpaksa harus mengesampingkan niatnya yang langsung pulang setelah selesai dengan urusannya dan mengantarkan terlebih dahulu Ayi ke sekolahnya. Di sepanjang jalan, Ayi tak henti-hentinya heboh mengajak Utara mengobrol, tapi respon Utara selalu saja hanya sebuah deheman.

Sekitar lima belas menit, motor Utara sudah sampai di depan gerbang sekolahan Ayi. Cukup lama dirinya diam, menunggu Ayi turun dari motornya, namun sepertinya Ayi tak kunjung turun. Utara menoleh sedikit ke belakang sambil berdehem. "Ekhem, udah sampai.", sebenarnya Ayi sudah sadar kalau dirinya sudah sampai di depan gerbang sekolah sejak tadi. Hanya saja, ah rasanya terlalu malas untuk bersekolah, toh sudah telat juga. Maka dengan santainya Ayi menjawab perkataan Utara. "Eum, udah telat juga Kak, Ayi bolos aja deh hari ini. Ayi mau ikut sama Kak Uta aja.", Utara yang mendengar jawaban dari Ayi berusaha menahan emosinya. Sial, dirinya dikerjai oleh bocah. Tanpa berpikir panjang, Utara segera memutar balik motornya, kembali membawa Ayi dalam boncengannya entah ke mana.

Seperempat jam di jalan, Utara memberhentikan motornya tepat di depan gerbang rumah Ayi. "Turun.", perintahnya pada gadis di jok belakang motornya. Ayi yang mendengar perintah dari Utara nampak acuh tak acuh, bahkan dirinya semakin memepetkan badannya ke depan, hal itu semakin membuat Utara menggeram marah. " Turun!", Utara kembali memerintah Ayi dengan nada yang semakin dingin. "Ihhh Kak Uta mah, Ayi kan bilangnya mau ikut Kak Uta, bukan minta dianterin ke rumah.", Ayi merespon Utara sambil menggoyang-goyangkan badannya dan mengerucutkan bibirnya. Utara yang mendengarnya semakin dibuat kesal setengah mampus. Tapi, dia tak mungkin bermain kasar pada perempuan, dengan sekuat tenaga dirinya menahan diri dan tetap sabar walaupun nyatanya tak bisa. "Turun.", ucap Utara dengan nada yang semakin terdengar dingin. Ayi yang menyadari perubahan nada bicara Utara, dengan terpaksa turun sambil mengerucutkan bibirnya. "Makasih yaa Kak Uta.", Ayi berterimakasih sambil menampilkan senyuman lebarnya. Utara yang memang sudah malas hanya menjawab singkat ucapan terimakasih dari Ayi. "Ya.", balas Utara singkat sambil segera menancap gas motornya, melaju meninggalkan pekarangan rumah Ayi.

"Mau mampir dulu?", Ayi menawarkan pada Utara, namun ketika dirinya menoleh ke depan tepat di mana Utara tadi memarkirkan motornya, Utara sudah tak terlihat keberadaannya. Utara sudah jauh menghilang meninggalkannya. Dengan kaki yang dihentak-hentakkan, Ayi membuka gerbang dan memasuki rumahnya.

______________________________________

"Assalamu'alaikum.", ucap Utara memasuki rumahnya. Uma Fara yang melihat kedatangan anak sulungnya langsung menjawab salam dan menghampirinya. "Wa'alaikumsalam, gimana?", tanya Uma Fara pada Utara. " Aranya udah berangkat Uma.", jawab Utara sambil mencium tangan sang Uma. Ya, urusan yang dimaksud Utara tadi adalah menemui Tenggara. Jadi, pagi-pagi sekali Umanya memintanya untuk menjemput Tenggara ke rumahnya dan mengantarkannya ke sekolah. Tapi, ketika Utara sampai di rumah Tenggara, ternyata kata mamah Senja, Tenggara sudah berangkat. Jadinya, Utara kambali pulang, namun bukannya sampai ke rumah, dirinya malah bertemu dengan Ayi yang membuatnya emosi.

"Tuh kan kata Uma juga, kamu mah mandinya kelamaan sih.", omel Uma Fara. Utara yang mendengar omelan dari sang Uma hanya bisa menghela nafas kasar.

______________________________________

Sementara itu, di sekolah, Tenggara sibuk mengotak-atik ponselnya. Rupanya dia sedang mengirim sebuah pesan pada seseorang. Tenggara memang sering merasa terganggu oleh keberadaan Ayi, namun bukan berarti dirinya tak peduli pada temannya itu. Tetap saja jika Ayi tak hadir tanpa ada kabar, dirinya panik dan khawatir.

Ayi

Lo gak masuk?


Ceklis dua tapi abu. Cukup lama Tenggara menunggu balasan dari Ayi, tak lama muncul notifikasi di HP Tenggara yang tak lain adalah balasan dari Ayi. Dengan gerakan cepat Tenggara membuka notifikasi itu dan seketika deg, dirinya dibuat menggeram emosi dan tanpa sadar tangannya mengepal.

Ayi

Lo gak masuk?

Gak, gue abis jalan sama kak Uta


Entah apa yang terjadi pada diri Tenggara, dirinya seperti tak suka melihat kedekatan Ayi dengan Utara. Apa dia cemburu? Tanpa berniat membalas pesan Ayi, Tenggara melempar asal ponselnya ke atas meja. Tak peduli i-Phone 13 pro max miliknya akan rusak, Tenggara menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Sial, ada yang salah sama hati gue.", umpatnya pada dirinya sendiri sambil memijat pelipisnya yang mendadak terasa pusing.

TBC
༶•┈┈⛧┈♛

Jangan lupa tinggalkan jejak! Vote dan komen di tiap paragraf ・ᴗ・

Tenggara & UtaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang