Pagi-pagi sekali Tenggara sudah ada di lantai bawah, duduk anteng di meja makan, memangku tangan di bawah dagu sambil matanya fokus menatap wanita kesayangannya yang tengah sibuk berkutat di hadapan kompor, menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya.
Semalaman, Tenggara tak bisa tidur dan malah terjaga sampai jam 01.00 dini hari dengan membaca novel Tere Liye yang siangnya dia sempat pilih dari deretan rak novelnya dan dirinya baca.
Bukan tanpa sebab Tenggara terjaga sampai hari dan tanggal berganti, semalam dia tak sengaja mendengar percakapan mamahnya dengan sang tante lewat sambungan telepon. Seperti biasa, tantenya itu selalu saja ikut campur dan menuntut dirinya untuk selalu jadi yang pertama dan sempurna. Tenggara sendiri aneh dengan tantenya itu, sudah gila kah?
"Pagi-pagi dah ngelamun.", Tenggara yang tengah anteng melamun sambil memangku dagunya lantas tersentak kaget dan refleks menoleh menyadari ada seseorang yang berbicara kepadanya.
Terlihat sang ayah baru saja mendaratkan bokongnya di atas kursi meja makan setelah sebelumnya menarik terlebih dahulu kursi tersebut ke belakang.
"Siapa yang ngelamun, Ara gak ngelamun.", jawab Tenggara mengelak sambil menampilkan senyuman paling manisnya kepada sang ayah."Gak usah terlalu dipikirin. Mau juara berapa pun, bagi ayah dan mamah kamu tetep yang pertama Ra.", ucap Ayah Fajar, dia sangat hapal dengan kebiasaan putrinya ketika detik-detik akan dilaksanakannya pembagian raport. Tuntutan yang diberikan oleh om dan tantenya menjadikan putri tunggalnya itu tertekan dan menuntut dirinya sendiri.
"Iya ayah.", jawab Tenggara, tak lama Mamah Senja datang dengan membawa tiga piring nasi goreng dan di letakkan di atas meja makan. Setelahnya, keluarga kecil itu melaksanakan sarapan dengan khidmat tanpa ada seorang pun yang mengeluarkan sepatah kata apapun.
______________________________________
"Ayo mah, berangkat sekarang aja, takut keburu penuh parkirannya.", ucap Tenggara setelah sejam yang lalu dia dan kedua orang tuanya selesai melaksanakan sarapan bersama.
Bukannya segera mengiyakan dan beranjak dari duduknya, Mamah Senja justru malah menjawab santai sambil matanya tetap fokus ke layar televisi yang menayangkan sinetron di depannya.
"Nanti, Utaranya kan belum datang.", jawaban Mamah Senja yang tentu saja membuat Tenggara yang kala itu sedang meminum susu kotaknya seketika tersedak. Bahkan, muka Tenggara sampai memerah.
"Biasa aja kali Ra, sampai kesedak gitu.", ucap Mamah Senja sambil tersenyum menggoda. Tenggara tentu saja kelabakan sendiri di tempatnya, merasa gugup setengah mati.
"Lah mamah yang tiba-tiba ngomongin Kak Uta. Emang apa urusannya sama Kak Uta sih?", tanya Tenggara sambil menyeka bibirnya dengan tisu sekaligus menetralkan ekspresi wajahnya yang sempat terkejut tadi.
"Kan dia yang mau nganter kita.", jawab Mamah Senja yang membuat Tenggara seketika melakukan bombastis side eye."What?!! Kan Ara juga bisa mah, mau pake motor ayo Ara boncengin, pake mobil juga ayo Ara supirin. Lagian pembagian raport Ara gak ada hubungannya sama Kak Uta ah. Gak mau aku.", protes Tenggara dengan deru nafas yang memburu.
"Kamu gak mau, tapi mamah maunya sama calon mantu. Lagian bukan mamah yang minta, Uta sendiri yang nanya kapan kamu dibagi raport dan dia sendiri yang minta supaya dia yang nganter. Rezeki gak boleh ditolak.", jawab Mamah Senja. Sempat ingin protes kembali, tapi suara bel dari pintu utama membuat Tenggara hanya bisa menghela nafas pasrah. Sang tokoh yang tengah dibicarakan telah datang sepertinya.
"Ayo, kayaknya Uta udah di depan deh.", ucap Mamah Senja dengan semangat sambil berjalan lebih dahulu menuju ke pintu utama. Tenggara lagi-lagi hanya bisa menghela nafas sambil bergumam.
"Ini mau ngambil raport gue atau raport Kak Uta sih.", monolognya sambil kaki jenjangnya melangkah mengikuti langkah sang mamah yang sudah lebih dulu di depannya menuju ke pintu utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenggara & Utara
Teen FictionApa jadinya jika Tenggara, si cewek introvert dan anti dengan yang namanya jatuh cinta berubah 180° menjadi jatuh cinta sedalam-dalamnya pada sosok Utara yang merupakan anak guru ngajinya. Sayangnya, Tenggara hanya bisa mencintai dalam diam sosok Ut...