"Kenapa di saat orang lain yang bikin kesalahan jauh lebih fatal gak kamu cuekin, sedangkan di saat saya bikin kesalahan biasa langsung kamu cuekin kak?"-Tenggara
Angin malam yang dingin membelai wajah Tenggara, menyebabkan si pemilik wajah langsung mengusapnya. Rambut sebahunya yang dia biarkan bergerai, tertiup angin menjadikan tak sedikit rambut itu terombang-ambing oleh angin malam dan menutupi wajah Tenggara.
"Angin...Apakah gue udah ngelakuin kesalahan fatal karena suka sama Kak Uta?", tanya Tenggara pada hembusan angin yang tak mungkin dapat menjawabnya.
Menghela nafas lalu dirinya beranjak dari kursi kayu yang ada di balkon kamarnya itu untuk segera masuk ke dalam dikarenakan malam yang menuju larut dan angin malam yang semakin menusuk.
Langkahnya terhenti saat dering ponsel yang ada di genggamannya membuat atensi Tenggara yang akan masuk ke kamarnya teralihkan. Melihat kontak dengan nama seseorang yang beberapa detik lalu dirinya pikirkan, membuat tak menunggu waktu lama untuk Tenggara segera mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum."...
"Wa'alaikumsalam."...
Hening, tak ada yang mengawali pembicaraan sejak ucapan salam sebagai pmbuka. Baik Tenggara maupun Utara tak ada yang berniat memulai obrolan lewat telepon itu. Hingga helaan nafas ke luar dari mulut keduanya.
"Kenapa?"...
"Kenapa kak?"...Ucap mereka bersamaan setelah sekian lama terjadi keheningan.
"Cuma mau bilang, you've made a mistake Ra."...
Dahi Tenggara kontan berkerut saat mendengar ucapan Utara di seberang sana. Ingin menanggapi namun panggilan diputus sepihak oleh Utara tanpa menunggu persetujuan darinya. Why?
"Kesalahan apa yang dia maksud?", hatinya yang sedang gelisah semakin dibuat gelisah dengan ucapan Utara. Tak ingin terlalu memperdulikan, Tenggara lebih memilih masuk karena angin malam semakin terasa menusuk kulit tangannya yang hanya terbungkus piyama tidurnya yang berlengan pendek.
______________________________________
Sejak pembicaraan dirinya dengan Utara lewat telepon kemarin malam, Tenggara jujur saja sedikit tak fokus melakukan suatu aktivitas, seperti halnya sekarang.
Adel yang merupakan teman sebangku Tenggara hanya bisa memutar bola mata malas melihat Tenggara kembali menatap lurus ke papan tulis kosong di hadapannya dengan pulpen yang dimainkan di antara jari-jari sahabatnya itu. Jujur saja Adel sudah lelah mengusik Tenggara yang sangat anteng melamun sejak tadi. Dirinya berulang kali menyenggol lengan sahabatnya itu, namun semenit kemudian Tenggara melakukan lagi hal yang serupa.
Adel menghembuskan nafas kasarnya lalu tangannya bergerak memutar tubuh sahabatnya supaya menghadap ke arahnya. Hal itu sontak saja membuat Tenggara yang sedang setengah sadar langsung berjingkrak kaget dan menatap sengit pada Adel.
"Apa lo?! Ngelamun mulu kerjaannya!", bukannya ciut, justru Adel malah berkata dengan nada sewot membuat tatapan sengit Tenggara tergantikan oleh kernyitan halus di dahinya.
"Lah, lo kenapa Del? Sakit?", tanya Tenggara sambil tangannya bergerak menyentuh kening Adel, mengecek suhu tubuhnya yang terasa normal-normal saja.
"Lo pms ya?", tanyanya lagi yang membuat Adel lagi-lagi memutar bola matanya malas."Gue yang harusnya nanya ke lo. Lo kenapa? Ngelamun mulu dari tadi, kerasukan mampus lo.", ucap Adel dengan air muka yang kentara sekali sangat kesal.
"Kalau ada masalah tuh cerita Ra, buat apa ada gue kalau di saat lo ada masalah, lo tetep mendem sendiri. Gue bukan orang yang jago ngasih saran, tapi setidaknya gue bisa jadi pendengar yang baik.", lanjutnya yang membuat Tenggara menghela nafas, seolah dirinya tengah membawa beban yang berat dan masalah yang rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenggara & Utara
Teen FictionApa jadinya jika Tenggara, si cewek introvert dan anti dengan yang namanya jatuh cinta berubah 180° menjadi jatuh cinta sedalam-dalamnya pada sosok Utara yang merupakan anak guru ngajinya. Sayangnya, Tenggara hanya bisa mencintai dalam diam sosok Ut...