Tenggara sampai di sekolahnya tepat pukul 05.00 sore. Suasana sekolah sudah sangat sepi, maklum karena hari yang sudah sore. Semua peserta lomba termasuk Tenggara dan 2 guru pembimbing turun dari mobil yang mereka tumpangi. "Makasih atas kerja keras kalian hari ini. Sudah sore, langsung pulang yaa.", ucap Pak Dadang yang juga menjadi guru pembimbing peserta olimpiade.
Keempat murid yang sudah mengikuti olimpiade yaitu Tenggara, Farel, Aksa, dan Ghea pamit kepada Pak Dadang dan Bu Wina untuk pulang. Setelah pamit, keempatnya berpencar, berpisah untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.
"Mau bareng gak Ra?", tanya Farel pada Tenggara dengan menurunkan kaca mobilnya. Tenggara yang tengah fokus mengotak-atik ponselnya lantas mengangkat pandangannya menatap seseorang yang bertanya padanya, menghiraukan terlebih dahulu pesan yang masuk di ponselnya. "Gak usah Rel, makasih.", tolaknya halus. "Oke, gue duluan kalau gitu.", ucap Farel lalu kembali menaikkan kaca mobilnya, dan titt, klakson Farel berbunyi pertanda dia pulang duluan. Tenggara melangkah menuju gerbang setelah dirinya membalas pesan dari seseorang.Kak Utara
Ra, saya udah di gerbang
Ngapain?
Jemput kamu
Oh padahal gak usah lho
Gapapa, yaudah kamu ke sini, sudah sore
Yaudah makasih, maaf ngerepotin. Ara ke sana kak
Iyaa
Setelah mendapat pesan bahwa Utara menjemputnya, Tenggara segera menuju gerbang sambil menggendong tas, membawa piala, piagam, dan papan nominal hadiahnya. Suasana sekolah semakin sepi dan hari pun semakin gelap, maklum sudah pukul lima sore lebih.
Terlihat dari kejauhan, Utara ternyata benar sudah berada di depan gerbang SMP Cakrawala. Tenggara yang melihatnya segera menghampiri Utara."Ciee menang.", ucap Utara sesaat Tenggara sudah sampai di hadapannya. "Alhamdulillah.", jawab Tenggara sambil senyum pepsodent, menampilkan gigi gingsulnya, hal itu membuat Utara seketika terpana akan manisnya senyuman Tenggara.
Setelah sadar kalau hari semakin sore, Utara yang melihat Tenggara sepertinya kewalahan membawa hadiahnya, memasangkan helm pada kepala Tenggara. Tenggara yang diperlakukan seperti itu tentu kaget, jantungnya seketika jedag-jedug, pipinya terasa panas, dapat dipastikan kalau sekarang pipinya tengah merona merah.
"Ayo naik.", ucap Utara sudah siap di atas motornya. Utara yang melihat Tenggara diam saja dengan pipi yang memerah lantas hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. "Hey, kok malah ngelamun.", ucapnya kembali, menyadarkan Tenggara dari lamunannya. "Eh iya ayo.", jawab Tenggara tersadar dari lamunannya, Tenggara merutuki dirinya sendiri yang bisa-bisanya baper hanya karena perlakuan Utara, padahal kan Utara hanya kasihan padanya karena kewalahan membawa hadiah.
Setelah Tenggara sudah duduk nyaman dan aman, Utara segera saja melajukan motornya menuju ke rumah Tenggara dengan kecepatan sedang. Semilir angin sore menerpa wajah Tenggara, Tenggara yang memang kelelahan beberapa kali menguap, dirinya sangat mengantuk, tapi dengan sekuat tenaga Tenggara menahannya sambil semakin erat memegang hadiahnya yang dirinya dapatkan hari ini. Utara yang melihatnya lewat kaca spion tersenyum tipis. "Jangan tidur dulu Ra, nanti jatuh, bentar lagi nyampe.", ucap Tenggara mengingatkan Tenggara. Dirinya takut jika Tenggara tidur, maka akan membahayakan diri Tenggara sendiri.
Adzan maghrib berkumandang sebelum motor Utara sampai membawa Tenggara ke rumahnya, Utara segera saja membelokkan setang motornya menuju ke halaman mesjid yang dia lintasi. "Shalat maghrib dulu Ra, hadiahnya biar kita titipin dulu ke penjaga.", ucap Utara sambil melepas helmnya. "Iya kak.", Tenggara yang tak ingin kejadian seperti di sekolah tadi terulang, lantas menjawab pernyataan Utara dengan segera menyimpan terlebih dahulu hadiahnya dan melepaskan helmnya sendiri.
Utara nampak berjalan menuju ke penitipan barang di sebelah mesjid. Tenggara yang melihatnya lantas segera membututi Utara dan tak lupa tangannya tak lepas membawa hadiahnya.
Setelah selesai melaksanakan shalat maghrib, Tenggara buru-buru ke luar. Terlihat, Utara sudah berdiri di samping motornya sambil membawa hadiah miliknya. "Ayo.", ucap Utara sambil menyerahkan hadiah milik Tenggara. Setelah Utara memastikan Tenggara duduk di belakangnya dengan nyaman dan aman, Utara segera melajukan motornya, kembali membelah jalanan menuju kediaman Tenggara. Kelamaan di jalan, dirinya bisa-bisa diwawancari oleh mamahnya Tenggara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenggara & Utara
Novela JuvenilApa jadinya jika Tenggara, si cewek introvert dan anti dengan yang namanya jatuh cinta berubah 180° menjadi jatuh cinta sedalam-dalamnya pada sosok Utara yang merupakan anak guru ngajinya. Sayangnya, Tenggara hanya bisa mencintai dalam diam sosok Ut...