Lana sedikit menyesal. Kenapa ia nekat berangkat pagi ke sekolah? Sekarang ia harus melihat suasana sekolah yang masih sangat sepi. Tidak ada satu pun murid yang datang.
"Harusnya, gue berangkat bareng Ibas aja tadi," gumam Lana berbicara seorang diri. Ia melangkah ke arah timur, menuju kelasnya yang berada di pojok.
"Woah!"
Melihat pemandangan mengejutkan di depannya, Lana sampai menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Sungguh, ini adalah pemandangan yang harus diabadikan.
"Shit!" umpat seseorang terkejut melihat kehadiran Lana. Sepertinya, hari ini ia ditimpa kesialan, tak biasanya teman kelasnya yang paling pemalas itu telah tiba di jam yang masih terlalu pagi.
Prok prok prok.
Lana bertepuk tangan. Ia terus menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan secara bergantian. Berjalan mendekati sosok yang berhasil membuatnya spechless.
"Seorang ketua OSIS yang teladan dan pendiam ternyata bisa melanggar peraturan juga, ya," sindir Lana tertawa sumbang. Ia tidak lupa hari di mana dirinya tertangkap merokok di rooftop oleh laki-laki di depannya sekarang. Haruskah Lana mengumumkannya ke semua orang? Ah, sayang, ia bukan tipe pendendam untuk hal sepele.
"Gue juga manusia biasa," balasnya membela diri. Tak terima jika dicap sosok buruk sebagai ketua OSIS. "Lagian, gue cowok, lain sama lo yang sebagai perempuan, Lakuna."
"Iyain aja, deh." Lana tak ambil pusing. Lebih baik ia tidak perlu ikut campur dengan urusan orang lain.
Melihat itu, Rawi tersenyum tipis. "Tumben," sindirnya pada Lana.
"Salah kalau gue datang pagi?"
"Kalau itu gak salah, yang salah adalah kenapa harus lo yang lihat kelakuan buruk gue."
Ah, begitu. "Tenang aja, gue bukan tipe orang yang suka umbar aib," tegasnya sambil meletakkan tas hitam di tempat duduknya.
Rawi mengangguk percaya. Walaupun Lana termasuk murid yang sering melanggar peraturan sekolah, tetapi ia yakin jika teman sekelasnya ini tidak seburuk itu.
"Bareng Ibas tadi?" tanyanya penasaran. Entah mengapa, ia sedikit senang ada teman mengobrol di suasana pagi yang sepi ini. Biasanya, ia hanya sendirian.
Lana yang baru saja mengeluarkan ponselnya pun kembali menatap Rawi. "Enggak, gue pergi sendiri. Kenapa lo jadi kepo gini?"
Pasalnya, Rawi yang Lana kenal adalah sosok ketua OSIS yang menyebalkan, juga pendiam. Kenapa yang bersamanya sekarang banyak bicaranya?
"Sekretaris utama OSIS pindah sekolah, kali aja lo tertarik buat mencoba," tawar Rawi yang sangat jauh dari pembahasan awalnya.
Sungguh, Lana tidak menyangka jika Rawi setidak jelas ini. "Gue langganan BK, Wi. Masa bentukan kayak gue jadi bagian babu sekolah," tolaknya penuh sarkas.
"Siapa tahu, dengan cara itu lo bisa berub—
"Halah, gue lebih menikmati diri gue yang sekarang," potong Lana cepat. Pembahasan yang sangat membosankan untuknya. "Gue lebih baik jadi diri sendiri dari pada pura-pura cuma buat dipandang baik."
Rawi menukik kedua alisnya. "Maksud lo? Gue pura-pura?"
"Gak cuma lo, semuanya. Bahkan, orang terdekat gue aja banyak topengnya."
^•^
"Ihh, gelas ini cantik banget, Na,"
Lana menoleh ke asal suara. Melihat Naya yang memegang gelas hitam dengan ukiran bunga mawar. Seketika senyumnya merekah begitu saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me [END]
Teen FictionSiapa di dunia ini yang tidak ingin dicintai? Baik Lana, Ibas, Naya, Rawi, juga dengan Ayi. Mereka sangat ingin dicintai hingga keegoisan menguasai segalanya. Lana mengira jika dirinya adalah peran utama dalam cerita ini, tetapi gilanya ia adalah p...