Seperti anak sekolahan pada umumnya. Anak SMA Merah Putih paling malas jika melewati hari Senin dalam sesi upacara. Sebab pidato dari para guru yang sangat panjang. Ditambah terik matahari yang begitu menyengat.
Sedang anak OSIS sibuk berkeliling untuk memeriksa siapa saja yang melanggar aturan. Tidak menggunakan dasi, topi, atau tali pinggang. Tak jarang mereka juga menggunakan sepatu dengan warna lain.
Naya yang sejak tadi sibuk berkeliling pun menghentikan langkahnya. Kepalanya sedikit pusing karena pagi tadi tidak sempat sarapan. Hingga selang beberapa detik.
"Naya!"
"Tolong bantu angkat!"
Entah karena rasa kemanusiaan, Ibas dengan sigap menggendong tubuh Naya. Semua pasang mata yang menatap pun terkejut. Bukannya apa, semenjak menjalin hubungan dengan Lana, sosok Ibas terkenal anti perempuan lain. Ia sungguh setia dengan gadisnya.
Sedang Lana yang sengaja bolos upacara pun menyipitkan kedua matanya. Ia berdiri di pembatas rooftop. Ia tahu betul siluet Ibas meski dari kejauhan, tetapi telinganya mendengar nama perempuan itu dengan samar.
"Naya?" Lana menganggukkan kepalanya. Tidak apa, Ibas memang memiliki hati nurani yang baik kan? Wajar saja jika kekasihnya itu menolong sahabatnya.
Lebih baik Lana menghabiskan sisa waktunya di sini dengan menghabiskan satu batang rokok lagi. Ia belum puas menghisap benda nikotin ini.
"Ohh, di sini ternyata," ucap seseorang yang baru saja tiba di rooftop. "Gak salah kalau Bu Ani nyuruh gue buat keliling lingkungan sekolah."
"Aish, sial. Kayaknya, takdir sengaja, deh," decak Lana yang tidak segan melanjutkan aksinya untuk merokok. "Kemarin gue yang lihat lo merokok, sekarang giliran lo. Jadi impas, kan?"
"Ikut gue ke BK!" telak Rawi dengan tegas dan tak bisa diganggu gugat.
Mendengar perintah itu membuat Lana terkekeh pelan. "Lo mau aduin gue ke BK?" tanyanya menantang. "Gak takut kalau gue buka aib lo juga di sana?"
"Lo ngancam gue?" Rawi memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana. Menatap Lana yang entah mengapa begitu cantik di matanya.
Lana mengangkat bahunya cuek. "Kalau mau, udah dari kemarin gue lakuin."
"Gue kasih tolerasi untuk kali ini, tapi next time kalau gue lihat lagi, gue gak kasih kesempatan," putus Rawi yang membuat Lana tersenyum puas.
"Tumben, kerasukan apa lo?" sindir Lana yang tak tahu terima kasih. "Suka sama gue?"
Rawi membuang pandangannya ke arah lain. Melihat senyuman Lana, entah mengapa berhasil membuat hatinya berdesir. Sepertinya ini adalah efek tadi malam yang terlalu banyak minum kopi.
"Mending, lo cari murid lain yang bolos upacara. Gue mau di sini sendirian, kalau ada lo buat gue gak nyaman," aku Lana tak peduli jika ucapannya tadi menyinggung perasaan Rawi.
Tanpa menjawab dan berkata apapun, Rawi segera meninggalkan area rooftop. Namun saat di tangga kelima, ia sedikit menoleh ke belakang. Menatap punggung Lana yang ditutupi oleh rambut panjangnya.
Gak ada cewek lain yang apa adanya kayak lo, Lakuna.
^•^
Lana sedikit menyesal karena terlalu lama menghabiskan waktu bersama Ibas. Hingga sekarang ia pulang pukul delapan malam. Entahlah, ia harus terima saja konsekuensi yang akan diberikan oleh Tari.
Pelan-pelan Lana melangkah agar suaranya tidak terdengar. Semua ruangan di dalam rumahnya sudah gelap. Membuatnya sedikit sulit untuk melihat.
"Dari mana kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me [END]
JugendliteraturSiapa di dunia ini yang tidak ingin dicintai? Baik Lana, Ibas, Naya, Rawi, juga dengan Ayi. Mereka sangat ingin dicintai hingga keegoisan menguasai segalanya. Lana mengira jika dirinya adalah peran utama dalam cerita ini, tetapi gilanya ia adalah p...