Berita tentang Ibas dan Naya yang memenangkan lomba pun tersebar luas. Keduanya berhasil menjadi juara umum di ajang perlombaan kemarin. Tentu Naya senang bukan main, karena hadiah utama yang sangat ia inginkan pun tercapai.
Tidak sampai di situ, kehebohan Merah Putih kembali bertambah saat Ibas berangkat bersama Naya, bukan Lana. Sontak mereka bertanya-tanya, apakah Ibas dan Lana sudah putus?
"Kayaknya, waktu kebersamaan lo sama cowok gue udah habis, deh," sindir Lana berdiri di depan mobil Ibas. Melipat tangannya di depan dada dengan tatapan menantang. Ia tidak akan membiarkan Naya menjadi peran utama seperti yang Ibas katakan. Sebab, dari awal laki-laki itu adalah miliknya. "Jadi, jangan terlalu asik sama cowok orang lain, ya, Nay? Lo harus jaga harga diri lo."
"Lana!" Ibas segera mendekat. Tidak terima dengan ucapan kekasihnya kepada Naya. "Jaga bicara lo!"
"Lo?" Mendengar gaya bicara Ibas yang sudah benar-benar berubah membuat Lana terperangah.
"Na, lo jangan salam paham dulu. Tadi Ibas sendiri yang nawarin, kok," akunya pada Lana. "Lagian, lo gak mau kasih selamat dulu buat kita?"
"Kamu yang tawarin buat berangkat bareng?" Sepertinya kejutan untuk Lana tidak akan pernah ada habisnya. "Bas, kita masih punya hubungan, loh. Aku masih pacar kamu sampai sekarang!"
"Kalau gitu, kita putus!"
Telak. Lana terdiam di tempatnya berpijak. Pikirannya langsung melayang ke kejadian malam itu. Tidak mungkin Ibas memutusi hubungan mereka semudah ini, kan?"
"Ulangi," pinta Lana mendekatkan telinganya kepada Ibas. "Aku gak dengar kamu ngomong apa."
"Gue tahu lo pura-pura gak dengar, tapi satu yang harus lo tahu, Na. Sadar diri, lo cuma peran kedua di cerita ini!"
"Mulai detik ini, kita gak ada hubungan apa-apa lagi."
Sebelum berjalan pergi meninggalkan area parkir, Ibas membisikkan sesuatu di telinga Lana. "Gak ada hubungan selain, saudara tiri."
Ah, Lana lupa. Selain sebagai laki-laki yang dicintainya, Ibas juga berperan sebagai saudara tirinya.
^•^
Merah Putih kembali digemparkan satu berita. Salah satu nomor yang dirahasiakan tiba-tiba saja menyebarkan video dan foto. Bukan nomornya yang membuat gempar, tetapi isi pesan yang dikirimkan.
Mereka mulai membicarakan isi pesan. Bukan hal yang sulit untuk mengetahui siapa sosok di dalam video itu, sebab wajah yang sangat terpampang, juga fotonya.
"Ini beneran dia?"
"Anak IPA tiga, kan?"
"Kelas sebelas!"
"Wah, gak ragu lagi, sih, penampilannya aja urakan gitu. Ada yang ngomong dia juga perokok."
Lana yang baru saja turun dari rooftop dan hendak pergi ke kantin pun mengerutkan dahinya bingung. Bukan satu atau dua siswa saja, melainkan setiap murid yang ia lewati terus menatapnya dengan tatapan jijik.
Apa yang terjadi? Jantung Lana berdetak lebih cepat dari biasanya. Lebih baik ia tidak perlu ke kantin. Tiba-tiba saja perasaannya berubah menjadi tidak enak. Seperti ada sesuatu yang akan terjadi. Kedua matanya pun terlihat bengkak, karena menangis selama dua pelajaran berlangsung. Siapa lagi yang membuatnya menangis jika bukan karena Ibas?
"Ini orangnya."
"Gila, mirip banget, udah bukan editan lagi itu."
"Kabarnya Ibas sama dia udah putus, untung aja, sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me [END]
Ficção AdolescenteSiapa di dunia ini yang tidak ingin dicintai? Baik Lana, Ibas, Naya, Rawi, juga dengan Ayi. Mereka sangat ingin dicintai hingga keegoisan menguasai segalanya. Lana mengira jika dirinya adalah peran utama dalam cerita ini, tetapi gilanya ia adalah p...