37: Semuanya Palsu

26 1 0
                                    

Terlepas dari apa yang terjadi, Lana tetap masuk sekolah. Ia tidak peduli dengan tatapan murid lain, yang ingin ia lakukan adalah menemui si pelaku. Siapa lagi jika bukan Ibas?

Walaupun Lana masuk sekolah, bukan berarti ia masuk kelas dan mengikuti jam pelajaran seperti biasanya. Justru Lana menghabiskan waktu di rooftop. Menikmati setiap kepulan asap yang ke luar dari mulutnya.

Usai jam pertama selesai dan terdengar bel istirahat, Lana segera turun. Berjalan cepat menuju kelas Ibas yang berada di lantai dua.

"SEMUANYA KELUAR KECUALI IBAS!"

Suara teriakan itu berhasil mengejutkan seluruh murid XI MIPA 2. Tak terkecuali Ibas yang baru saja hendak berdiri.

"Wah, ada Lana. Masih punya muka lo buat datang ke sekolah?"

"Bol—

"Diam, anjing!"

"Keluar sekarang!" teriak Lana lagi, menatap mereka satu per satu dengan tajam.

Tak ingin memperpanjang, akhirnya mereka keluar dan tersisa Ibas seorang diri bersama Lana. Laki-laki itu tampak tidak memiliki rasa bersalah.

"Gue tahu, itu semua ulah lo, kan?" Lana langsung menyudutkan Ibas ke tembok. "Gue salah apa, sih, Bas? Selama kita pacaran ada gue kasih kenangan buruk sama lo?"

Tidak ada jawaban dari Ibas. Laki-laki itu hanya diam mendengarkan setiap untaian kata yang keluar. Sebab ia sudah tidak peduli lagi dengan Lana.

"Bahkan, di saat Siren hampir diperk*s* pun gue tolongin!" bentak Lana memukul dada bidang Ibas sekuat tenaga. "Gue rela nahan sakit saat jahitan gue kebuka lagi dan ketusuk pisau."

"Lo ngungkit?!" Ibas berdecih. Sejak awal Lana memang seperti itu. "Itu adalah balasan yang setimpal buat lo, Na. Mangkanya, jangan jadi anak dari pria berengsek itu!"

"Gue semakin yakin kalau lo yang sebar video itu, kan?" tanya Lana meminta Ibas memberikan jawabannya. "Kalau yang diposisi gue sekarang terjadi sama Siren, gim—

"GAK USAH BAWA SIREN, BANGSAT!"

Seketika Lana terkesiap. Ia memundurkan langkahnya dengan mata yang mulai memerah. Ibas benar-benar berubah, atau memang selama ini, semua sikap Ibas adalah sandiwara?

"Gue berani sumpah demi Tuhan, bukan gue yang sebar video itu," bantah Ibas mendorong tubuh Lana hingga terjatuh di lantai. Ia berjongkok, mencengkeram wajah Lana dengan tangannya. "Gue masih nunggu waktu yang tepat, tapi karena orang lain udah duluan ngelakuinnya. Jadi, ada untung juga di gue buat gak dituduh sebagai pelaku."

"Kalau bukan lo siapa lagi?" tanya Lana berusaha melepas cengkeraman Ibas. "Cuma lo yang punya video itu!"

"Bukan gue sialan!" Ibas harus mengulang perkataannya berapa kali? Ia sudah mengaku jika bukan dirinya yang menyebarkan video itu.

"Kalau lo gak percaya, terserah!" bentak Ibas dan meninggalkan Lana seorang diri di dalam kelasnya.

Detik itu juga Lana terpaku di tempatnya. Jika bukan Ibas siapa lagi? Hanya laki-laki itu yang memiliki videonya. Ingin tidak percaya pun tak bisa. Lana sangat tahu bagaimana ciri-ciri jika Ibas berbohong. Nyatanya, laki-laki itu mengatakan yang sebenarnya tadi.

Love Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang