PART DUABELAS

5.1K 170 4
                                    

Selamat datang dan selamat membaca😭
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya 🌼🌼


Sudah pukul setengah satu malam. Gedoran kencang yang berasal dari luar membuat Zaigan yang kala itu baru saja memejamkan matanya berdecak sebal. Cowok itu kemudian bangun dari tidurnya dan berjalan menuju pintu depan. Memang bukan berasal dari pintu unit apartemennya suara gedoran itu, tapi dari unit dihadapannya.

"Arzela, buka pintunya! Saya mau masuk!"

"ARZELA!"

"Berisik," ucap Zaigan akhirnya.

Seorang perempuan dengan riasan tebal, rambut yang panjang bergelombang serta mini dress ketat berwarna pink-nya berbalik menatap Zaigan. Rianda, siapa lagi kalau bukan perempuan itu yang menganggu Arzela. Rianda tampak sedikit terkejut melihat Zaigan berada dihadapannya tanpa mengenakan kaos apapun.

"Zai—"

"Jangan panggil nama gue dengan mulut lancang lo itu," potong Zaigan segera. Tak membiarkan Rianda menyelesaikan kata-katanya.

"Oke. Saya nggak akan panggil nama kamu. Tapi apa kamu bisa bantu saya?"

Zaigan menaikkan sebelah alisnya dan tak berniat membalas perkataan Rianda. Dia ingin diam dan mendengarkan apa yang perempuan dihadapannya itu minta.

"Saya butuh uang sepuluh juta. Saya mau kamu sampaikan sama Arzela untuk ngirimim uang itu ke rekening saya malam ini juga. Saya—"

"Apa lo nggak malu minta uang sama anak yang lo telantarin gitu?"

Ucapan Rianda terpotong dan perempuan itu merasa sedikit tersinggung dengan ucapan Zaigan.

"Apa selalu begini cara kamu bicara sama orang tua?"

Zaigan berdecih. "Gue nggak sudi menghormati orang tua yang nggak tahu diri."

Mendengarnya, Rianda merasa marah dan memilih untuk berbalik. Perempuan itu terus menggedor pintu apartemen Arzela dan berteriak agar penghuni unit tersebut keluar dan menemuinya.

"ARZELA, BUKA PINTUNYA. ATAU SAYA NGGAK AKAN BERHENTI BUAT GANGGU KAMU!"

"ARZELA!"

Semakin lama, gedorannya tak terkendali. Pada akhirnya Zaigan menahan tangan Rianda untuk berhenti menggedor pintu unit apartemen Arzela. Zaigan juga turut menarik pergi perempuan itu dan menekan segera memasukkannya kedalam lift yang berjalan turun.

Perempuan itu sungguh tidak tahu diri. Pikir Zaigan dalam hati. Dia tetap tidak merasa bersalah atas apa yang terjadi pada hidup puterinya sendiri. Bahkan tidak berniat berhenti untuk meminta uang yang jelas tak mungkin Arzela sanggup untuk memberi. Zaigan paham betul sekarang. Bahwa untuk hidup didunia, manusia harus tahu diri. Jika tidak mampu bersaing, maka harus sadar posisi. Lebih baik untuk hidup sederhana daripada terjerat tipu daya dunia fana.

ZENARZEL [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang