PART TIGA PULUH DUA

4.1K 170 3
                                    

Selamat datang dan selamat membaca ❤❤
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya 😊

Arzela duduk didepan jendela sambil memeluk kedua lututnya. Entah sudah tisu keberapa yang jatuh dari genggamannya agar air mata yang terus turun itu terlihat kering. Dia lalu menatap botol obat penahan tidur yang dia minum beberapa menit yang lalu. Untuk pertama kalinya, dia tidak ingin terlelap padahal sangat mendambakannya.

Dia tidak tahu apa yang terjadi diluar sana. Hanya menatap ibukota dari jendela yang terasa dingin itu. Air matanya turun lagi, kali ini dia enggan menyekanya.

Mendengar kata-kata Damin tadi pagi seakan membuatnya tersadar hal yang pasti. Dia adalah alasan kenapa Zaigan memutuskan hubungan dengan keluarganya. Kalau dipikir-pikir, Damian banyak benarnya. Jika dia tidak masuk kedalam kehidupan Zaigan, cowok itu tidakkan pergi terlalu jauh. Jadi, dia setuju bahwa ternyata dia tak jauh berbeda dari Rianda yang sama-sama merupakan penghancur sebuah keluarga.

Ini mengingatkannya pada hari dimana Arzela harus kehilangan orang yang paling dia sayangi. Hari dimana dia berlari sekencang mungkin untuk masuk kedalam rumah sakit dan berteriak mencari keberadaan ayahnya.

"PAPA!"

"Mohon tenang," tegur salah satu perawat yang tak sengaja Arzela tabrak. "Anda mencari siapa?"

"Papa. Dimana papa saya, sus? Pasien serangan jantung—"

Arzela menghentikan kalimatnya sesaat setelah melihat brankar rumah sakit didorong cepat ke ruang operasi. Ada ayahnya terbaring lemas disana dan tak sadarkan diri. Arzela segera berlari namun tak bisa masuk karena pintu ruang operasi sudah tertutup rapat.

Tak ada hal yang bisa Arzela minta selain doa yang dia panjatkan. Dua jam berlalu namun tak kunjung ada yang keluar dari ruang operasi. Arzela juga terus mencoba menghubungi Rianda lewat telepon. Namun perempuan itu seolah ditelan bumi. Rianda sama sekali tak mengangkatnya kecuali hanya mengirimkan sebuah pesan sebagai balasan.

Mama
Jangan telepon saya. Urusin papa kamu yang penyakitan itu sendiri, saya sedang menyiapkan surat cerai.

Hatinya terssa sangat sakit. Sekarang hanya ada dirinya sendiri yang mendukung semua yang terjadi itu. Semuanya terasa sangat kosong, air mata Arzela tiba-tiba juga mengering dan tanpa sadar dia menggenggam ponselnya dengan sangat erat. Betapa dia membenci Rianda dengan segenap jiwanya.

Pada akhirnya, ketakutan Arzela menjadi kenyataan. Dia terduduk lemas melihat sebuah brankar keluar dari ruang operasi. Namun seseorang yang ada diatasnya sudah tertutupi oleh kain putih dengan sempurna. Hanya ada rasa sakit yang menyerang sekujur tubuh Arzela sekarang. Dia memeluk tubuh pria itu dengan erat dan mencium wajahnya berkali-kali. Arzela tak ingin terlihat menangis dihadapan ayahnya, dia tidak mau ayahnya pergi tidak tenang karena terlalu memikirkannya yang sendirian.

"Papa," lirihnya pelan. Dia mengusap kening ayahnya yang sudah memucat itu. "Anasera baik-baik aja. Jangan khawatir ya, papa nggak akan sakit lagi," ucapnya. Tak ayal dia membuat semua dokter dan perawat yang ada disana tak sanggup untuk tidak mengeluarkan air mata.

ZENARZEL [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang