PART TIGA PULUH DELAPAN

3.9K 136 2
                                    

Selamat datang dan selamat membaca ❤
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya ❤

Arzela mengembangkan senyum tipis dibibirnya sambil menyodorkan paperbag berisi belanjaan pelanggan yang sedang berbelanja di tokonya. Baiknya, cukup banyak prang yang datang dan mampir ke tokonya, Arzela jadi bersyukur lebih dari biasanya.

Pintu tokonya kembali terbuka dan Arzela mengalihkan pandangannya ketika mendengar bel berbunyi lagi. Cewek itu terdiam beberapa saat sambil masih memegang belanjaan yang belum di pindai kala dia menatap kedatangan Ramos yang secara tidak terduga menghampirinya seraya melambai. Cowok berjaket hitam itu duduk dan membiarkan Arzela kembali melayani pelanggan sebelum akhirnya bergabung untuk duduk bersama.

"Lagi sibuk kayaknya," ucap Ramos kemudian.

Arzela mengangguk pelan. "Lumayan hari ini. Ngapain kesini?" tanya Arzela kemudian.

Ramos menggeleng pelan. "Cuma lagi suntuk aja. Gue kangen sama lo."

Mendengarnya, Arzela tersedak dan sedikit terkejut. Dia ingin membelalakkan matanya namun seceoat mungkin menguasai situasi. Dia tidak boleh terlihat aneh didepan Ramos saat ini.

"Akhir-akhir ini lo kelihatan sendirian. Zaigan sama Alcatraz mana?"

Arzela menggidikkan bahunya tidak tahu. "Mungkin ada urusan. Gue nggak harus selalu tahu tentang mereka kan?"

Ramos mengangguk. "Gue heran aja. Biasanya Zaigan akan langsung datang kalau tahu keberadaan gue."

"Makanya, kan gue udah bilang. Dia udah nggak mau berurusan kayak gini."

Helaan napas Ramos terdengar berat. "Gue nggak tahu harus apa lagi, Zel. Makanya gue datang kesini dan nemuin lo. Ketemu sama lo bikin gue merasa lebih baik."

Mata Arzela menyipit penuh rasa penasaran. "Lo suka sama gue?" terkanya segera.

Ramos tersentak sebentar sebelum tertawa pelan. "Kalau iya, apa kita bisa sama-sama?"

Arzela menggelengkan kepalanya pelan. "Lo bakal bikin Zaigan marah kalau dia tahu."

"Sekarang lo tahu dia suka sama lo?"

Cewek itu menggeleng lagi. "Dia enggak suka sama gue."

"Bohong," ucap Ramos langsung. "Dari aromanya aja, gue udah langsung tahu kalau dia suka sama lo."

Senyum Arzela terpapar tipis sambil menatap keluar jendela. "Rumah lo deket sini ya? Kok bisa sampai kesini jalan kaki?" tanya Arzela kemudian.

Ramos menggeleng. "Rumah gue udah dijual buat nutupin hutang orang tua gue, Zel," jawab Ramos dengan nada yang sedikit sedih. "Sekarang gue tinggal di markas temen-temen gue."

Kening Arzela mengernyit karena sedikit merasa bersalah. "Maaf, ya. Gue nggak tahu."

"Nggak perlu minta maaf. Gue bisa jadikan tempat yang gue tinggalin sebagai rumah. Walaupun tempat yang gue sebut rumah itu udah hancur. Anak jalanan emang gitu, Zel. Hidupnya lebih sulit daripada mereka yang punya uang kayak kalian."

"Emang tempatnya dimana?"

Ramos tampak mendekatkan wajahnya pada Arzela. Mungkin tempat ini sedikit rahasia, kalau-kalau Alcatraz datang dan menyergapnya saat itu juga. Bisa berbahaya kalau mereka tahu dimana tlempatnya berada.

"Lo tahu gudang bekas perusahaan gula yang ada dibelakang gedung tepung? Itu markas gue sekarang."

Arzela mengangguk pelan. Tanpa sepengetahuan Ramos, cewek utu meremas pelan tangannya yang bertaut dibawah meja. Ponsel yang ada didalam saku tampak bergetar dan Arzela mengambilnya seolah sedang mengangkat telepon. Padahal sejak tadi, ponsel itu hidup dan menampilkan layar panggilan dengan Zaigan.

ZENARZEL [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang