PART TIGA PULUH ENAM

4.3K 129 4
                                    

Selamat datang dan selamat membaca ❤
Semoga suka sama ceritanya
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya ❤

Gundukan tanah yang sudah terlapisi rumput yang ditata dengan rapi itu terlihat begitu bersih karena Arzela baru saja membersihkan sisa daun-daun kering yang awalnya sempat memenuhi gundukan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gundukan tanah yang sudah terlapisi rumput yang ditata dengan rapi itu terlihat begitu bersih karena Arzela baru saja membersihkan sisa daun-daun kering yang awalnya sempat memenuhi gundukan itu.

Sekarang tersisa dirinya dan kenangan yang pernah ada. Satu-satunya tempat Arzela bisa menangis dan berkeluh kesah atas apa yang selama ini terjadi padanya hanyalah dihadapan sang ayah. Cewek itu sekarang memeluk lututnya dan menyembunyikan wajah diantara lipatan lutut itu. Rasanya dingin dan damai, seolah sang ayah sedang mencoba untuk mengelus kepala dan menenangkan badai yang bergejolak dalam hatinya saat ini.

Dia sudah mengeluh beberapa menit sebelum akhirnya menangis dan diam. Apa yang terjadi tadi membuat Arzela tak sanggup untuk menghadapi orang-orang di sekolah. Dia bahkan memilih kabur atau membolos dari tempat itu secepat mungkin. Entahlah. Arzela merasa pikirannya sudah kosong. Berpura-pura bertahan atau baik-baik saja selama ini tetap tak ada gunanya. Arzela tetap merasa sendiri, kesepian, dan hancur. 20l

Arzela kemudian mengangkat kepalanya. Lalu menyeka air mata yang perlahan sudah membasahi pipinya sambil banyak-banyak menghela napas.

"Ayah," ucapnya pelan sambil tertawa. "Ayah jangan sedih lihat Anasera kayak gini. Anasera cuma belum bisa menerima kepergian ayah, makanya semuanya jadi runyam."

Arzela tersenyum samar. "Kayak seorang anak perempuan yang merindukan pelukan ayahnya, Anasera juga rindu pelukan paoa. Rindu senyuman papa, rindu tawa papa, rindu waktu yang pernah kita habiskan sebelum papa ninggalin Anasera. Nggak ada hal yang bisa gantiin itu. Waktu bersama papa adalah cara Anasera bertahan sampai detik ini."

"Dan sekarang, rasanya Anasera udah nggak sanggup. Apa boleh Anasera duduk disini sebelum datang dan memeluk papa selamanya? Gimana keadaan disana? Papa jalannya nggak sakit lagi kan? Kalau ada suara dentuman, papa nggak jantungan lagi kan?"

"Anasera banyak bicara ya Pa," sebut Arzela sambil tersenyum. Dia menggenggan rumput yang hijau dan hidup itu dengan kuat. "Anasera rindu papa."

Suasana kembali hening. Arzela memilih untuk diam dan merenung sebelum tiba-tiba, dia merasakan tanah didekatnya bergetar. Arzela spontan menoleh dan matanya melebar melihat sosok Ramos hadir disebelahnya sambil tersenyum.

"Ternyata bener, ini Arzela," kata Ramos sambil tersenyum. Dalam genggamannya, ada sebuah buket bunga daisy berwarna putih yang terlihat indah dan aromanya harum.

Arzela meneguk kasar salivanya. "Ngapain disini?"

"Gue kangen mama sama papa. Jadi kesini buat melampiaskan kerinduan gue. Nggak sengaja lihat lo disini. Jadi gue mampir," jawab Ramos yang kemudian menatap bunga yang dia pegang. "Ini buat lo aja."

Arzela menghela napas pelan. Dia hanya diam sambil menerima bunga yang Ramos berikan. Lalu menaruhkannya diatas tanah tempat ayahnya beristirahat.

"Ini siapanya lo?" tanya Ramos lagi.

ZENARZEL [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang