PART EMPAT PULUH TUJUH

3.9K 151 4
                                    

Halo
Selamat datang dan selamat membaca 😭
Terima kasih dan maaf kalau nggak sesuai ekspektasi ❤

Selamat membaca ya 😊
Here we gooooo 😍😍

"Gue nggak nyangka mereka bakal menyerang orang yang nggak bersalah kayak gini," ucap Malik pelan. Cowok itu menatap lantai dengan penuh rasa bersalah.

Yasa turut mengangguk. "Kami minta maaf, Zen. Kalau gue sama Malik nggak telat, tante Rianda nggak akan kayak gini."

Zaigan menghela napasnya kasar. Dia kemudian menatap kedua sahabatnya itu dengan kekhawatiran. "Kalian nggak apa-apa?" tanya Zaigan tiba-tiba. Malik dan Yasa spontan menaikkan alis mendengar ucapan Zaigan.

Malik mengangguk pelan. "Kita baik-baik aja."

"Arzela gimana?" tanya Baron kemudian.

Zaigan menatap keberadaan cewek yang duduk sendirian dibangku tunggu tak jauh dari tempat mereka duduk. Sesampainya mereka di rumah sakit tadi, Zaigan langsung meminta dokter untuk memeriksa keadaan Arzela. Setelah dilakukan beberapa tes pada cewek itu, akhirnya dokter mengambil kesimpulan tentang keadaan Arzela.

"Pasien mengalami syok dan memberikan tanda stress pasca trauma. Karena syok berat, kondisi pasien tidak stabil. Jadi saya harap pasien tidak dibiarkan sendirian. Untuk saat ini, tolong temani dia sampai keadaan membaik."

Perkataan dokter itu membuat Zaigan semakin tidak terima bahwa orang yang harus mengalami semua ini adalah Arzela. Dia semakin merasa bersalah karena itu. Kenapa Ramos harus menargetkan Arzela padahal mereka bahkan tidak saling mengenal. Melihat Arzela seperti itu membuat Zaigan yakin bahwa diatak bisa mengontrol emosinya lagi. Sudah cukup toleransi yang dia berikan pada Ramos dan teman-temannya. Ditambah Ang dan Ranto juga belum ditemukan. Ramos benar-benar menguras kelemahan Zaigan sekaligus dalam satu waktu. Hanya cowok itu tidak tahu saja kalau semakin hancur, Zaigan semakin kuat.

"Jangan tinggalin dia sendirian," Cowok itu lantas bangun dari duduknya. Lalu berjalan keluar rumah sakit membuat Baron langsung mengejar.

"Lo gila, Zen?"

Zaigan berbalik. "Nggak usah bantah gue."

"Gue nggak akan duduk tenang disini sementara lo keluar buat nyari mereka."

Zaigan berdecak sebal. "Jangan bantah gue, Baron. Jangan pernah tinggalin tempat ini atau gue habisin lo."

"Zen!" bentak Baron dengan berani. Bahkan teman-teman mereka yang ikut mengejar Zaigan terkejut karena Baron berani meninggikan suaranya dihadapan ketua mereka. "Lo nggak akan bisa melakukan semua ini sendirian. Lo tetap butuh kami!"

"Gue nggak butuh kalian," jawab Zaigan tegas.

Kalimat itu ternyata merangsang kemarahan Baron yang spontan melayangkan pukulannya hingga membentur pipi Zaigan. Baku hantam antara ketua dan calon ketua Alcatraz itu menjadi tidak terhindarkan. Untungnya, Naven dan teman-teman yang lain berhasil menghentikan perkelahian itu sebelum menjadi lebih buruk.

ZENARZEL [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang