Nadine gelagapan karena langit terus menatapnya seraya mengintimidasinya, ia menatap sekeliling berusaha mengalihkan perhatian.
"Mah, apa yang gak tepat?" Tanya langit menatap nadine yang terlihat sedikit panik.
"E-engga, ini apah pertemuan mamah sama temen mamah gituh." Jawab nadine memperlihatkan giginya.
Langit menatap nadine dengan intens sebelum akhirnya mengangguk paham. "Mamah gak bohong?" Tanya kembali langit dibalas gelengan cepat nadine.
Merasa sudah selesai langit pun kembali ke ruang rawatnya, meninggalkan tatapan nadine yang begitu panik takut akan ketahuan. Merasa pintu ruang rawat sudah tertutup rapat, nadine kembali melihat ponselnya yang ternyata kehabisan baterai membuatnya segera masuk keruang rawat langit dan mencari charger guna mengisi daya ponselnya.
Melirik langit yang ternyata sudah terlelap dengan posisi setengah duduk, nadine mendekat dan langsung mencium kening langit yang masih terasa hangat baginya karena suhu tubuhnya sedikit meningkat.
"Maafin mamah yah sayang, mamah bohong sama kamu, nanti kalau emang waktunya udah tepat mamah janji buat ngasih tau yang sebenarnya." Setelah mengatakan itu nadine pergi kekamar mandi.
Langit yang masih tersadar dan berpura-pura tidur, menatal sendu pintu kamar mandi yang berisikan nadine. "Apa yang sebenernya mamah sembunyiin dari aku?"
~•0•~
Arga melempar ponselnya asal, kesal karena teleponnya dimatikan secara sepihak olehnya. Karena terlalu fokus dengan ponselnya sampai tak menyadari jika sedari tadi alaska memperhatikannya.
"Pah..." ucapnya pelan sembari melihat ayahnya yang terduduk di kursi besarnya.
"Kenapa hm?" Tanyanya dengan wajah yang kusut.
Alaska semakin tak tega dengan sang ayah yang tidak memperhatikan kesehatannya. "Aku hari ini mau nemenin rio, dia di Rumah sakit ga ada yang jagain, boleh kan?" Alaska menatap harap pada sang ayah sampai akhirnya ia mendapati anggukan dari Arga.
Alaska mengangguk dan berpamitan dengan sang Ayah. "Papah jaga kesehatan yah, aku kasian liat papah dari kemarin ngurung terus disini, pokoknya besok abis aku pulang dari Rumah Sakit papah harus seger lagi okey." Arga mengangguk saja meskipun entah akan ia lakukan atau tidak.
Alaska tersenyum menatap sang ayah yang mengangguk. "Yaudah. Kalo gitu aku pergi dulu yah, awasloh kalo yang tadi gak dilakuin papah aku bakal marah." Ujarnya dibalas kekehan ringan dari arga.
Setidaknya ia bisa sedikit terhibur dengan ucapan alaska barusana. "Sana gih katanya buru-buru." Ucapnya ringan.
Alaska mendengus kesal mendengar perkataan sang ayah, bukannya menahannya karena sebenarnya ia malas untuk berpergian hari ini apalagi menginap dirumah sakit untuk menemani temannya yang sedang sakit. Keluarganya memang jarang memperhatikannya sehingga alaska lah yang harus menjaganya.
"Dih papah ngusir. Kalo gitu aku pergi dulu yah pah! Dadah!" Serunya sambil berlari meninggalkan ruang arga.
Menatap lekat pintu yang sudah rapat itu, pikirannya kembali melayang kepada mereka. "Semoga alaska ketemu sama mereka."
~•0•~
Karena tidak terlalu terburu-buru. Akhirnya ia menabrak seorang pasien disana. Membuatnya harus meminta maaf atas kesalahan yang ia perbuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumantara ✔
Teen FictionSeorang remaja yang bernama langit baskara, 17 tahun sudah ia hidup tanpa sosok seorang ayah. Hidup dalam dunia yang menurutnya kadang adil dan tak adil. "Kita punya masalah berbeda yang gabisa dianggap remeh, tapi mereka malah menganggap remeh masa...