Bab 38 Kos

34 3 0
                                    

Dikelas Langit tak fokus memperhatikan materi yang tengah dijelaskan oleh Dosen di depan. Teman Langit yang kebetulan duduk berdekatan dengan Langit menangkap kejanggalan pada temannya itu.

"Gak pa-pa?"

Remaja itu menolehkan kepalanya, menatap temannya itu dengan mata sayu. "Enggak, kurang tidur aja. Liat depan, takutnya dimarahin." ucap Langit mengusap wajahnya kasar, lalu menegakkan badannya.

Rendra menganggukkan kepalanya, kembali melihat ke arah depan memperhatikan materi yang tengah dijelaskan. Sementara itu, Langit masih berusaha menahan rasa sakitnya di kepala.

Sampai beberapa detik berlalu, tubuh itu sudah tak bisa menahan lagi. Berakhir tubuh itu ambruk membuat keterkejutan diruangan itu terjadi. Rendra yang kebetulan berada di samping Langit segera mengangkat Langit ke UKS dibantu teman-temannya yang lain.

Seseorang tengah memperhatikkan Langit yang sedang di gotong ke ruang UKS. Ia tersenyum getir, menampilkan deretan giginya melihat itu. "Makannya jangan berani bilang aneh-aneh sama gue." ucapnya lalu pergi dari lorong itu kembali menuju kelasnya.

~•0•~

Mata itu perlahan terbuka, Langit mengernyit saat cahaya lampu itu menusuk matanya. Ia menoleh ke arah kanan dan kiri, tak ada seorang pun di sana. Langit turun dari ranjangnya dengan perlahan, berjalan keluar dari ruangan itu.

"Lo udah sadar? Maaf tadi gue gak nemenin, karna gue harus balik ke kelas." ucap Rendra saat melihat Langit yang keluar dari ruang UKS.

Langit mengangguk saja, menepuk punggung Rendra. "Santai aja, masih ada kelas kan? Kita ke kelas sekarang aja, takut Dosennya keburu dateng." ujar Langit.

"Kondisi lo baru bangun Langit."

Langit tersenyum, kembali menepuk punggung Rendra. "Santai aja gue bilang, gue gak mau keliatan lemah. Udah yuk ke kelas." Langit berlalu darisana meninggalkan Rendra yang masih berdiam di tempatnya.

Ia menghela nafasnya kasar, berlari menyusul Langit yang sudah berjalan jauh. Sampai pada di depan kelasnya, ia bertemu dengan Gibran yang tengah bersandar di depan pintu kelasnya.

"Dra duluan aja." titah Langit diangguki oleh Rendra, kemudian meninggalkan Gibran dan Langit berdua.

Langit menatap kepergian Rendra, menarik Gibran menuju salah satu kursi yang tak jauh darisana. "Kenapa? Tumben lo dateng ke sini?" tanya Langit penasaran.

Gibran terdiam sejenak, melihat sekitar kemudian menarik Langit agar sedikit mendekatinya. "Si Fajar keluar dari kampus."

"HAH!?"

Mendengar Langit memekik, ia segera menutup mulut Langit dengan tangannya. "Jangan teriak bego." Kesal Gibran menjauhkan tangannya dari mulut Langit.

Langit mengangguk kembali mendekati Gibran. "Yang bener aja, tadi pagi gue baru ketemu sama tu anak. Kenapa tiba-tiba keluar?"

"Ya mana gue tau, tadi ketemu sama tuh anak. Katanya udah gabakal lagi kuliah, om-Nya mau ngajak ke luar negeri. Bilangnya gitu." jelas Gibran dengan suara pelan.

Langit mengangguk saja, sampai akhirnya ia melihat seorang Dosen yang sedang berjalan menuju ke arahnya. "Dosen gue udah dateng, gue masuk dulu nanti pulang ngampus ke markas." Langit menepuk bahu Gibran setelah itu lari terbirit menuju kelasnya.

Bumantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang