Final Chapter

92 6 0
                                    

2 Tahun kemudian

Cahaya Matahari itu menusuk matanya, ia segera terbangun dari tidurnya. Melihat sekitarnya hingga akhirnya tersadar jika ada yang hilang.

Cepat-cepat ia keluar dari kamarnya menuju sebuah tempat. Ia menghela napasnya saat menemukan yang ia cari, perlahan ia mendekat. Memeluk tubuh itu dari belakang.

"Mimpi lagi?" Ia mengangguk.

Tubuh yang semula dipeluk itu berbalik, menatap orang yang memeluknya. "Mimpi itu cuman bunga tidur, jangan dibawa ke dunia nyata."

Alaska mengangguk. "Bayangan itu masih ada, di mana dokter menyatakan kalau operasi lo gagal. Gimana saat tubuh lo keluar dari ruang operasi dengan keadaan udah kaku. Semua, semua masih terekam jelas di kepala gue." Keluh Alaska.

"Kejadian itu udah 2 Tahun lalu." ucapnya.

"Tapi tetep aja, gue gak bisa maafin orang yang ngebuat adek gue kayak gini." protes Alaska, menyangkal ucapan orang di depannya.

"Meskipun begitu, gue masih hidup sampai sekarang."

Alaska mengangguk, ikut duduk di samping orang itu. Menikmati indahnya langit di pagi hari. Ia melirik orang itu dengan tersenyum, lalu kembali fokus menatap ke arah depan.

"Lo udah maafin dia? tanya Alaska.

"Tentu."

"Setelah apa yang dia lakuin ke lo yang hampir lo kehilangan nyawa lo?" Seru Alaska heran.

Pemuda itu mengangguk. "Gak ada orang jahat yang ngelakuin kejahatan dengan sengaja, tapi bisa jadi karena sebuah dendam atau bahkan keterpaksaan." katanya melirik Alaska.

Alaska menghela napasnya panjang, lebih memilih duduk di samping pemuda itu. "Gimana kaki lo? Udah mendingan?" tanya Alaska menatap kaki pemuda itu.

"Lumayan."

Keheningan itu melanda keduanya. Sampai akhirnya Nadine datang dengan Arga yang mengikutinya dari belakang.

"Cah! Brownies cokelat untuk Langit udah jadi!" seru Nadine memperlihatkan Brownies yang ia buat bersama Arga.

Langit tersenyum, menerima Brownies itu dengan senang hati. "Makasih Mah, Pah." ucap Langit membuat Arga dan Nadine mengangguk bersamaan.

"Potong cepet Brownies nya." titah Alaska.

Langit mengangguk, memotong Brownies itu dibantu oleh Nadine. Sedangkan Arga ia tengah menyiapkan Teh untuk diminum sembari menemani memakan Brownies.

"Nah, ambil satu-satu yah." ucap Nadine mempersilahkan.

Arga mengambil satu, begitu pun Nadine, Alaska dan juga Langit.

"Makasih yah Mah untuk makanannya." ucap Langit.

Nadine mengangguk sembari tersenyum. "Makasih juga karena udah mau berjuang sampai sini." Langit mengangguk.

"Yash! Untuk merayakan kesembuhan Langit. Kita bersulang Teh yang dibuat langsung oleh Bapa Arga Adinata." seru Alaska mengangkat cangkir Teh nya.

Langit mengangguk, mengangkat cangkir Teh nya. Begitupun Arga dan Nadine yang ikut bersulang.

"Pah, nanti malem jadikan ke Eiffel Tower?" tanya Langit pada Arga.

Arga mengangguk. "Jadi dong, masa gak jadi." ujar Arga, mengacak rambut tipis Langit.

Langit tersenyum dibuatnya. 2 Tahun kejadian itu berlalu, dan kini ia dapat kembali merasakan arti dari kebahagiaan yang sesungguhnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bumantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang