Sepulangnya dari mengantar Alaska tak langsung pulang ke Apartemennya, melainkan ke basecampnya. Setidaknya disana ia akan mendapatkan hiburan dari teman-temannya yang saat ini sudah lebih dulu ada di sana.
"Kenapa lo ka? Dari tadi murung terus keliatannya," tanya Barra melihat temannya itu.
Alaska menghela nafasnya pelan. "Gue lagi bingung," jawabnya lesu tak ada semangat sedikit pun darinya.
Barra mengernyitkan bahunya tak tahu saat salah satu teman lainnya menatapnnya tanya. "Emang kenapa?" tanya Barra mencoba berani.
"Perihal keluarga yang ada hubungannya sama masa lalu." Ujar Alaska mengingat kembali kejadia beberapa haru lalu.
"Lo inget kalau gue pernah bilang, kalau gue punya Adek dan Ibu tapi gatau dimana?" Barra mengangguk karena memang ia sangat ingat dimana Alaska selalu saja mengobrol tentang adiknya itu.
"Mereka Kembali"
Barra tersenyum sumringah mendengarnnya ikut bahagia atas pencapaian temannya itu. "Bagus dong.. terus kenapa lo murung? Harusnya lo bahagia ngedenger ini, karena kan setau gue lo pengen banget momen ini."
Alaska mengangguk. Memang benar momen yang sangat ia inginkan adalag momen dimana ia bertemu denfan adik dan ibunya bahagia, namun hal itu berbanding terbalik dengan hal yang sangat ia inginkan itu.
"Iya... tapi bukan momen kayak gini yang gue pengen yang gue pengen adalah pertemuan itu menjadi kebahagiaan pertama bagi gue setelah sekian tahun lamanya."
"Kalau boleh tau siapa nama adek lo?" tanya Sakti penasaran dengab nama adik temannya itu.
"Langit Baskara."
Semua orang yang ada di basecamp itu tentu terkejut dengan jawaban Alaska. Karena mereka tahu jika Langit Baskara adalah ketua geng motor terbesar kedua setelah BlackBold.
"Lo bercanda?"
"Ada liat muka gue ini bercanda?" tanya balik Alaska menunjukan wajahnya yang terlihat sangat kusut.
"Gimana bisa?" tanya Barra masih tidak percaya.
"Namanya juga hidup, pasti banyak plottwistnya." ujar Alaska santai dengan hal itu, berbanding terbalil dengan teman-temannya yang masih bertanya-tanya. Melihat itu Alaska gemas sendiri dibuatnya.
"Gue jelasin yah..."
~•0•~
Kelas itu sudah dimulai beberapa menit lalu. Namun sama sekali ia tak fokus mendengarkan penjelasan guru didepan sana.
"Napa lo? Perasaan dari tadi ngelamun terus?" tanya Fajar yang sedari tadi terus memperhatikan sahabatbya itu.
"Gapapa, bukan masalah besar. Cuma kepala lagu agak rudet aja,"kata Langit membereskan alat tulisnya, "kita istirahat dulu nanti gue ceritaiin." tambah Langit lalu keluar dari ruangan kelasnya diikuti okeh kedua sahabatnya.
Kantin itu kini sedikit lenggang karena beberapa kelas mas8h harus melaksanakan pembelajaran dikelasnya. Seperti biasa Langit akan memesan Mie Ayam atau pun Batagor dengan Es Teh Manis sebagai minumnya.
"Bi mie ayam satu minumnya kayak biasa," ucap Langit serasa sudah akrab dengan penjaga kantin itu.
"Samain bi!" seru Fajar dan Gibran berbarengan.
Setelah itu mereka duduk di tempat mereka seperti biasanya. Pojok kantin dekat tanaman Janda Bolong. Langit mengulam bibirnya ragu untuk mengarakan ini kepada teman-temannya Namun jika ia menutupinya mereka akan mendengar dari mulut orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumantara ✔
Teen FictionSeorang remaja yang bernama langit baskara, 17 tahun sudah ia hidup tanpa sosok seorang ayah. Hidup dalam dunia yang menurutnya kadang adil dan tak adil. "Kita punya masalah berbeda yang gabisa dianggap remeh, tapi mereka malah menganggap remeh masa...