Bab 8 Rooftop

139 5 0
                                    

Hari ini mungkin hari bahagia bagi Langit. Sebab, ia pergi sekolah diantar oleh Nadine, Arga dan juga Alaska. Ia menghiraukan tatapan sekitarnya yang mungkin melihatnya aneh.

"Sekolah yang bener biar maju," kata Alaska membuat Nadine dan juga Arga terkekeh mendengarnya.

"Iya, yaudah aku masuk dulu. By mah, pah bang." ucap Langit berlari meskipum kakinya tengah pincang. Bahkan ia mengabaikam teriakan protes dari Alaska dan memilih terus berlari ke dalam kelasnya.

Begitu sampai. Langit terbengong ditempatnya, tidak ada siapapun disana. Bahkam teman dan sahabatnya pun tidak ada disana. Langit melihat sekitar kelasnya yang ternyata ramai. Tapi kenapa kelasnya sepi?

"Langit yah?"

Langit membalikam bandannya dan mengangguk mendengar pertanyaan itu. "Ini pada kemana yah pa? Kok gaada dikelas?" tanya Langit heran. Jika akan dipindahkan pun pasti ada pengumuman di Grup Chatnya tapi ini tidak sama sekali.

"Oh iya, anak-anak MIPA 5 belajarnya di Rooftop. Saya kurang tau kejelasannya bagaimama, tapi itu yang di katakan Bu Sri pada saya. Jika bertemu Langit suruh dia ke atas Rooftop."

Mendengar itu Langit membungkuk sopan dan langsung berlari ke atas Rooftoop. Sesampainya disana, ia tak menemukan siapa pun. Bahkan teman-temannya tidak ada yang disana.

Sampai suara langkah kaki terdengar membuatnya segera berbalik dan menemukan Fajar. "Jar, lo baru dateng? Gue kira emang gaada siapun disini." ucap Langit menatap sekitarnya.

Namun belum ada jawaban dari Fajar. Langit memperhatikan kembali sekitarnya. "Lo gak dateng sama Gibran?" tanya Langit bingun karena biasanya Fajar akan datang dengan Gibran.

"Engga." jawab Fajar Akhirnya.

"Oh iya, kita emang belajar apa sekarang? Tumben disuruh ke Rooftop sama Bu Sri." ujarnya heran. Apalagi belum ada satu murid pun yang datang.

Fajar menggeleng pelan. "Engga, bukam Bu Sri yang nyuruh lo ke atas. Tapi gue."

Mendengar itu Langit mengerutkan keningnya bingung. "Terus? Lo mau apa nyuruh gue ke atas? Kan sekarang pelajaran udah mau mulai." Langit mengangkat tangannya yang memperlihatkam Jamnya yang sudah menunjukan pukul setengah tujuh.

Ia semakin dibuat bingung kala Fajar mendekatinya denga tatapan tajam. Hal itu membuat ia memundurkan langkahnya berusaha menghindari Fajar yang semakin mendekat dengan dirinya.

Sampai akhirnya tak terasa jika keduanya sudah berada di pembatas gedung itu. Langit masih berusaha menghindar dari Fajar, tapi seolah tidak diizinkan kini tangannya dicengkram kuat membuatnya berteriak kesakitan.

"Jar lo ngapain hah!" Sarkas Langit berusaha melepaskan cengkramam itu.

Namum Fajar tetap tak menggubris hal itu. Ia terus mencengkram tangan Langit. Sampai akhirnya...

Dirinya terkejut bukan main. Teman-temannya datang dengan confetti dan balon ditangannya, Langit melirik Fajar sejanak yang ternyata sudah merubah tatapannya menjadi jail ditambah tangannya yang sudah dilepaskan.

Matanya melihat bagaimana teman-temannya itu berhasil mengerjainya. Di hari yang begitu spesial baginya, Langit menatap semuanya tak ada yang terlewat.

Sampai akhirnya Gibran datang dengam kue ditangannya yang bergambar muka dirinya. Langit tersenyum bahagia, karena akhirnya ia bisa kembali merasakan hal ini.

"Weh selamat yah bro! Makasih untuk 3 Tahunnya lo mengabdi jadi ketua kelas," kata renald memeluk Langit erat.

Setelah itu disusul oleh teman-teman yang lainnya termasuk Fajar dan juga Gibran. Langit meniup lilin itu dengan banyaknya harapan yang ia utarakan.

Bumantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang