Bab 24 Terapi

67 4 0
                                    

Hari ini Alaska berencana mengunjungi Langit setelah 5 hari lamanya ia tak mengujungi sang adik karena harus melakukan pekerjaan dengan sang ayah. Alaska terlebih dahulu mampir ke sebuah minimarket untuk membeli titipan dari Langit.

Mulai dari percikian, keripik kentang dan minuman ia masukkan kedalam keranjang yang ia jinjing. Setelah membayar Alaska langsung mengendarai motornya menuju rumah sakit. Sesampainnya disana, Alaska tersenyum bangga menatap kantong kresek berisi berbagai macam makanan dan minuman.

Sesampainnya di depan ruangan Langit, tiba-tiba saja ingatannya berputar mengingat kejadian hari itu. Entah mengapa akhir-akhir ini ia selalu di teror dengan hal yang sampai saat ini belum ia pahami, dan sampai saat ini juga Alaska belum memberitahunya kepada orang lain termasuk keluarganya sendiri.

Brak~

"Hallo, orang ganteng pulang!" seru Alaska membuka pintu ruang rawat Langit dengan kasar mampu mengejutkan orang yang ada di dalamnya.

Nadine hanya bisa menghela nafasnya tak bisa berkata-kata. Langit dan Alaska selalu saja membuatnya terkejut dengan cara membuka pintu secara kasar entah apa alasannya ia pun belum mengetahuinya kenapa mereka selalu membuka pintu dengan kasar. "Bisa kan buka pintunya pelan-pelan aja? Gak kamu, gak Langit sama aja." ucap Nadine dengan penuh tekanan.

Langit yang namanya disebut berusaha mengalihkan pandangannya dari tatapan tajam Nadine padanya, sedangkan Alaska hanya bisa pasrah saat harus menerima tatapan tajam dari Nadine.

"Gini amat dah punya adek, padahal namanya iku disebut bukannya bantuin malah celingak-celinguk." gumam Alaska dalam hati saat melihat wajah Langit yang terus mengalihkan pandangannya dari Nadine.

"Iya-iya maaf, nanti Aka ulangin lagi. Eh maksudnya gak diulangin lagi, hehe." Alaska menyengir menampilkan deretan giginya.

"Nih titipan lo, 100 ribu eun." tegas Alaska memberikan makanan yang tadi ia beli di minimarket.

Langit mengangguk saja dan langsung membongkar isi dar kresek itu, mengabaikan Alaska menatapnya masam karena menghabiskan 100 ribu terakhirnya minggu ini.

"Mah, minta uang dong. Uang Aka abis dibeliin itu." cicit Alaska menunjuk Langit yang sedang memakan snacknya.

Nadine menghela nafasnya berat saat melihat Alaska yang seperti itu, karena tak tega akhirnya ia merogoh dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang dengan pecahan 100 ribu pada Alaska. Langit yang melihat itu hanya bisa pasrah saat Alaska memamerkan uang pemberian Nadine di hadapannya, jika bukan sedang seperti ini mungkin ia juga akan melakukan hal yang sama seperti Alaska.

"Jangan terlalu banyak makannya, bentar lagi kamu terapi buat mulihin kaki kamu." peringat Nadine saat melihat Langit yang kembali membuka snack pemberian Alaska.

Langit hanya membalasnya dengan gumaman kecil dan kembali melanjutkan makannya sembari menonton televisi.

"Gimana kondisi lo, udah membaik?" tanya Alaska mengingat kejadian beberapa hari lalu.

Langit mengangguk. "Lumayanlah, udah mulai enakkan daripada kemarim." tutur Langit setidaknya membuat Alaska sedikit lega mendengarnya.

Setelah itu keheningan melanda ruangan itu selain suara televisi yang ditonton oleh langit, Alaska diam-diam memperhatikan Langit yang sedang asik dengan cemilan dan tontonanya. Tak ada yang berubah setelah kejadian pengiriman foto itu dibandingkan dengan 6 hari lalu sebelum ia berangkat ke pulau seberang.

Sampai akhirnya beberapa menit berlalu, seorang suster datang dengan sebuah kursi roda yang Alaska tebak untuk membawa Langit ke ruang terapi pemulihan kakinya. Setelah itu, membantu Langit turun dari ranjangannya dan duduk diatas kursi roda. Alaska mengambil alih kursi roda itu dan mendorongnya menuju ruang terapi diikuti oleh Nadine dan suster tadi dibelakanngnya.

Bumantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang