Hari menjelang siang, kini Langit sedang berada diruang terapi bersama Arga yang kini menemaninya. Karena Nadine dan juga Alaska harus pulang untuk mengistirahatkan badannya yang sudah menemaninya sedari kemarin.
Arga menatap Langit yang kini sedang menjalankan terapinya. Ia merasa Langit tak perlu lagi melakukan terapi, karena berjalan dari ruangannya saja menuju kantin ia sudah bisa.
"Sekarang coba tanpa berpegangan." titah salah satu perawat yang membantu Langit terapi.
Langit mengangguk kemudian ia melepaskan tangannya dari pegangan yang menjaganya, dengan perlahan Langit berusaha menjalankan kakinya. Satu sampai dua langkah dan seterusnya ia berhasil, sampai akhirnya Langit berinisiatif untuk berjalan menghampiri Arga. Namun, belum sampai kaki itu melangkah. Langit hampir saja terjatuh, tapi untungnya dengan sigap Arga berhasil menahannya.
"Cukup sampai di sini dulu saja, hari ini sudah mulai ada perkembangan dibanding kemarin. Berlatih secara mandiri juga bisa mempercepat pemulihannya." ucap perawat tersebut pada Langit dan juga Arga.
"Terima kasih."
"Sama-sama tuan."
Setelah itu Arga membantu Langit untuk kembali duduk di kursi rodanya, dan mulai mendorongkan kursi roda itu sampai ruangan Langit.
~•0•~
Nadine awalnya berniat keluar kamar untuk pergi ke dapur memasak sesuatu. Namun, saat dipertengahan jalan terdengar suara barang jatuh dari kamar Alaska yang letaknya tak jauh dari kamar dirinya dan Arga.
Ia memperhatikan Alaska lewat pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Alaska di sana sedang memasukkan sebuah barang kedalam kotak kardus. Rasa penasaran itu hinggap, akhirnya Nadine masuk tak lupa dengan mengetuk pintu kamar Alaska terlebih dahulu.
"Apa itu?" tanya Nadine.
Alaska mendongak menatap Nadine yang baru saja masuk. "Barang bekas yang udah gak kepake, masih bagus juga. Jadinya aku mau kasih ke Fathan." ujar Alaska kembali memasukkan barang-barang itu.
"Fathan?"
"Salah satu anak di panti asuhan Mutiara Kasih." jelas Alaska membuat Nadine mengangguk paham.
Alaska mengangkat kotak itu keluar dari kamarnya diikuti Nadine dibelakangnya. Ia berjalan menuju salah satu mobil dari banyaknya mobil yang berjejer disana.
"Kamu mau kesana sekarang?" tanya Nadine saat melihat kotak itu dimasukkan kedalam bagasi mobil.
Alaska mengangguk lalu menutup pintu bagasi itu. "Mamah mau ikut? Kalau mau ikut ayo, sekalian jalan-jalan. Aka yang traktir." ucap Alaska bangga dengan kalimat terakhirnya.
"Bisa aja kamu, yaudah bentar mamah bawa tas dulu." Nadine pergi darisana meninggalkan Alaska.
Tak lama kemudian, Nadine kembali dengan sebuah tas dan jaket kulit ditangannya. "Di pake, kamu baru sembuh." titah Nadine memberikan jaket itu kepada Alaska.
Alaska mengangguk dan langsung memakai jaket itu. Setelah itu mereka menaiki mobil itu secara bersama, mobil itu berjalan dengan kecepatan sedang. Alaska sesekali mengalihkan pandangannya pada Nadine yang sedang sibuk dengan ponselnya.
Sampai akhirnya beberapa menit berlalu, mobil itu berhenti di sebuah panti asuhan. Nadine menatap anak-anak itu, saat mobil Alaska masuk ke dalam daerah tersebut. Terlihat keceriaan yang mereka perlihatkan kepada semua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumantara ✔
Teen FictionSeorang remaja yang bernama langit baskara, 17 tahun sudah ia hidup tanpa sosok seorang ayah. Hidup dalam dunia yang menurutnya kadang adil dan tak adil. "Kita punya masalah berbeda yang gabisa dianggap remeh, tapi mereka malah menganggap remeh masa...