Malam itu Langit masih gelisah, karena sudah dua kali sebuah cairan merah keluar dari hidungnya. Ia menatap ponselnya ragu sebelum akhirnya ia mendial sebuah nomor dan mengirimkannya sebuah pesan.
Gibran Dirgantara
OnlineBesok free gak?
20.45Free, kenapa gitu?
20.46Anter gue ke RS
20.46Ngapain? Bukannya lo baru pulang?
20.46Iya, cukup anterin aja nanti gue kasih tau
20.47Iya
20.47Setelah mengirimkan pesan itu, Langit melempar ponselnya asal. Tangannya ia gunakan untuk menopang kepalanya, hari ini benar-benar hari terburuk baginya.
"Gue harap besok gak ada apa-apa."
~•0•~
Pagi hari itu di sambut dengan sarapan bersama. Langit sedang memakan bubur yang dibuatkan oleh Nadine sebelumnya sembari memainkan ponsel. Sementara itu Nadine yang sedari tadi memperhatikan Langit yang tengah memainkan ponselnya.
"Di makan, jangan main hape mulu." ucap Nadine.
Langit yang merasa ucapan itu tertuju padanya segera mematikan ponselnya dan memakan kembali bubur buatan Nadine. Setelah beberapa saat, seorang pekerja yang menjaga daerah gerbang utama rumah itu menghampiri Langit.
"Den, ada mas Gibran." ucapnya.
Langit yang mendengar itu langsung memasukkan suapan terakhir itu sekaligus. Ia mengantongi ponselnya kedalam tas kecil yang ia bawa.
"Mau kemana?" Tanya Arga saat melihat Langit yang tengah mempersiapkan barang-barangnya ke dalam tasnya.
"Ada perlu sama Gibran, gapapa kan?" Tanya Langit ragu, ia memainkan jarinya karena takut kedua orang tuanya tidak mengizinkan ia keluar rumah. Karena bisa saja Gibran marah karena Langit yang membuat janji, Langit juga yang melanggarnya.
"Jangan lama-lama, sebelum makan siang harus ada disini." Mendengar itu Langit tentu mengangguk antusias.
Ia segera meraih kruk nya dan berjalan keluar di bantu pak erik yang menjaga gerbang rumah. Ia berjalan dengan kruk tersebut menghampiri Gibran yang sudah menunggunya di depan gerbang karena memang Langit sempat meminta Gibran menunggunya di depan gerbang.
"Mau ngapain sih ke RS? Kenapa gak sekalian kemarin aja sebelum lo pulang?" tanya Gibran heran, padahal Langit kemarin baru dari rumah sakit kenapa tidak sekalian?
"Butuhnya sekarang, udah yuk nanti gue traktir Mie Ayam." Ucap Langit menepuk tas kecil yang ia gendong.
Gibran tersenyum sumringah saat itu, ia membantu Langit memasuki mobilnya. Mobil itu keluar dari area rumah Langit, sesekali Gibran melirik Langit yang tampaknya tengah fokus dengan ponselnya.
"Ini ke RS yang kemarin?" Tanya Gibran yang hanya dibalas gumaman kecil oleh Langit yang tampak sangat fokus dengan ponselnya.
Beberapa menit kemudian, mobil itu akhirnya sampai di depan gedung rumah sakit. Langit segera melapas seatbelt nya dan keluar dari mobil Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumantara ✔
Teen FictionSeorang remaja yang bernama langit baskara, 17 tahun sudah ia hidup tanpa sosok seorang ayah. Hidup dalam dunia yang menurutnya kadang adil dan tak adil. "Kita punya masalah berbeda yang gabisa dianggap remeh, tapi mereka malah menganggap remeh masa...