Bab 35 Terungkap

49 3 0
                                    

Nadine, Arga dan juga Alaska sedang berkumpul sembari menunggu sang bungsu pulang. Mereka menyempatkan bercerita mengenai hari-hari mereka.

Dari mulai Alaska yang hari ini yang menurut nya hari tersial. Karena tak ada angin, tak ada hujan ia malah menginjak kotoran kucing. Nadine dan Arga tertawa tentunya mendengar cerita dari Alaska.

"Makannya, kalau lagi jalan tuh fokus liat jalan. Bukan liatin cewek pinggir trotoar yang lagi nungguin bus." Ledek Arga pada anak sulungnya itu.

Nadine hanya menggeleng melihat kelakuan Alaska dan Arga. Tak salah jika Langit seperti itu, kakak dan ayahnya saja seperti ini.

Selang beberapa saat. Pintu besar itu terbuka dengan kencang, menimbulkam suara karena pintu itu berbenturan dengan tembok. Semua orang yang ada di sana, tentu mengalihkan pandangannya pada si pelaku.

Langit di sana, berjalan ke arah mereka kemudian melempar berkas tadi ke atas meja. Nafasnya memburu, menatap keluarganya tanya.

"Jelasin semua ini!" Tegas Langit menunjuk berkas biru yang ada di atas meja.

"Lo kenapa sih, datang-datang langsung marah gak jelas!" Ujar Alaska.

Langit tak mengubriskan ucapan Alaska. Ia hanya ingin penjelasan langsung dari keluarganya, mengenai kalimat yang ia baca tadi di dalam berkas itu.

Arga menatap Langit sekilas kemudian mengambil berkas itu dan membacanya. Sedangkan, Nadine dan juga Alaska hanya memperhatikkan keduanya karena mereka pun tak paham apa yang di maksud oleh Langit.

"Jadi kamu udah tau." ucap Arga menutup berkas itu, kemudian menatap Langit dengan santai.

"Iya, aku udah tau. Kalau papah jadiin aku bahan eksperimen waktu aku koma dulu." ujar Langit membalas ucapan Arga.

Nadine dan juga Alaska saling pandang. Bagaimana Langit bisa tahu? Padahal mereka sudah menutup kasus ini dengan rapat.

"Kenapa pah...? Kenapa papah lakuin itu ke aku? Masih banyak manusia di muka bumi ini, tapi kenapa harus aku?" Lirih Langit.

Keheningan itu melanda ruangan itu. Arga belum menjawab, bahkan Nadine dan Alaska hanya berharap pada Arga. Sampai beberapa menit berlalu, Arga akhirnya angkat suara.

"Karena waktu itu, dokter udah angkat tangan sama kondisi kamu. Bahkan, dokter Rizal yang mereka bilang terbaik di rumah sakit itupun gak bisa bikin kamu sadar dari koma kamu." Kata Arga menatap Langit.

"Bertepatan dengan itu, papah lagi ngembangin obat yang masih tahap uji klinis dan saat itu belum sepenuhnya aman untuk dipergunakan. Jadi, papah jadiin kamu sebagai objek dalam eksperimen ini, dan berhasil. Kamu sadar dari koma kamu setelah 3 bulan."

Langit terdiam mendengar penjelasan dari Arga. Helaan nafas itu terdengar, Langit berjalan menghampiri Arga yang duduk di sisi Alaska.

Bogeman kuat itu Arga terima, saat Langit dengan tiba-tiba melayangkan pukulan padanya. Alaska yang melihat itu segera bangkit dari duduknya mencoba menjauhkan Langit dari Arga.

"Gila yah lo, mukul bokap sendiri!" Teriak Alaska mendorong Langit.

Langit terkekeh saat mendengar ucapan itu. Netranya bergerak menatap Nadine yang menghampiri Arga, kemudian matanya bergerak menatap Alaska yang berdiri di depannya.

"Iya, gue gila! Kenapa gak terima lo punya adek orang gila!" Sarkas Langit di depan Alaska.

Alaska menggeleng. Bukan itu maksudnya. "Bukan gitu maksud gue..."

"Terus apa! Lo sama papah sama aja, sama-sama penjahat! Lo ikut andil dalam eksperimen itu kan? Jelasin sama gue, kenapa lo pada ngelakuin itu ke gue?" Tanya Langit berusaha meredakkan emosinya.

Bumantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang