Pintu ruang IGD itu terbuka. Arga segera bangkit dari duduknya begitu juga Nadine dan juga Alaska menunggu kabar dari dokter yang baru saja memeriksa Langit yang tiba-tiba tak sadarkan diri.
"Semuanya baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Pasien hanya kelelahan dan terkena dehidrasi yang membuatnya kekurangan asupan mineral. Untuk sementara pasien dirawat inap dulu untuk mendapatkan infus, mungkin besok atau lusa sudah boleh pulang. Pasien juga sudah bisa dipindahkan keruangan biasa," kata Dokter tersebut membuat Arga dan yang lainnya menghela nafas lega, "kalau begitu saya pamit dulu."
Setelah peninggalan dokter tersebuta. Pintu IGD kembali terbuka menampilkam Langit yang tertidur tenang diatas brankar menuju ruangannya. Arga dan juga Nadine mengikuti arah brankar itu, sementara Alaska pergi ke kantin karena iya tahu bahwasannya keluarganya belum makan apapun.
~•0•~
Setelah dipindahkan keruangan sampai saat ini Langit belum juga bangun membuat Nadine semakin khawatir dam terus menatap Langit menunggunya bangun.
Arga yang terduduk disofa menatap teduh Nadine yang masih setia menunggu Langit bangun, memutuskan untuk menutup layar macbooknya dan berjalan menuju Nadine dan juga Langit yang masih enggan untuk bangun.
"Kenapa enggak bangun juga yah?" tanya Nadine mengusap kepala Langit penun dengan satu tangannya, sedang satu tangannya yang lain memegang tangan Langit.
"Langit lagi pengen istirahat," kata Arga menjawab, tangannya beralih mengusap bahu Nadine.
Selang beberapa saat. Pintu kayu ruangan Langit terbuka menampilkan cahaya dan juga Alaska dengan keresek ditangannya yang berisi makanan dari kantin yang sempat ia beli.
Alaska meletakannya di atas meja yang terletak dipinggir ranjang Langit. Matanya beralih menatap sang adik yang belum kunjung juga bangun dari tidurnya.
"Mamah sama Papah makan dulu, biar aku yang jagain Langit." ucap Alaska mengeluarkan bungkus kotak dari dalam plastik tadi yang ia bawa.
"Kamu udah makan?" tanya Nadine.
"Udah tadi dikantin sempet makan dulu," kata Alaska menyodorkan kotak yang berisi makanan ke arah Arga dan juga Nadine.
Mereka berdua menerima kotak itu. Nadine sebenarnya tidak mau meninggalkan Langit meskipun hanya beberapa langkah, tapi mau bagaimana lagi karena ia ditarik okeh Arga ke arah Sofa disana. Membuatnya pasrah dan duduk di sofa.
Alaska menatap Langit yang masih betah dalam tidurnya. Matanya terus menatap Langit, berharap ada keajaiban mendatangi mereka. Duduk di pinggir ranjang Langit sembari memainkan ponselnya.
Saat terfokus pada ponselnya. Mata Alaska tak sengaja melihat pergerakan dari Langit, membuatnya bangkit dari duduknya. Ia menatap harap mata Langit yang sedang mencoba membuka matanya.
Samar-samar cahaya itu terlihat menusuk matanya dengan ruangan nuansa putih. Belum lagi bau obat-obatan itu menusuk hidungnya. Ia mengerjap beberapa kali sampai penglihatannya normal.
Alaska berseru pada Arga dan juga Nadine. "Mah Pah, Langit sadar!"
Mendengar itu membuat Arga dan juga Nadine segera mendekat ke arah ranjang Langit. Langit menatap keluarganya teduh, ia bisa melihat pancaran rasa khawatir dari kedua orang tuanya dan juga kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumantara ✔
Teen FictionSeorang remaja yang bernama langit baskara, 17 tahun sudah ia hidup tanpa sosok seorang ayah. Hidup dalam dunia yang menurutnya kadang adil dan tak adil. "Kita punya masalah berbeda yang gabisa dianggap remeh, tapi mereka malah menganggap remeh masa...