Bab 42 Permintaan

35 5 0
                                    

Tengah malam itu Langit baru saja sampai dirumahnya. Perasaannya tak karuan sedari tadi, membuatnya memutuskan untuk berdiam disebuah bar hingga tengah malam.

Begitu ia membuka pintu, sudah ada Arga yang tengah duduk di sofa ruangan itu. Langit memilih mengabaikan Arga, ia berjalan sempoyongan menaiki tangga menuju kamarnya.

"Dari mana? Kenapa baru pulang? Inget rumah ngga?" Langit melirik Arga dari atas tangga dengan tatapan tak suka.

"Bukan urusan Papah." ujar Langit melanjutkan langkahnya.

"Jelas urusan Papahlah, kamu anak Papah. Apa pun yang terjadi sama kamu, Papah yang harus tanggung jawab." Tegas Arga.

Namun, bukan jawaban yang Arga harapkan. Langit tampak terkekeh diatas tangga, membuatnya terheran.

"Tanggung jawab apanya, kalau cuman bisa bikin anaknya jadi sekarat." ucap Langit.

Arga hanya terdiam, menatap Langit dari bawah. "Maksud kamu?"

"Engga, bukan apa-apa. Gak usah dipikirin." ujar Langit melangkah masuk ke dalam kamarnya.

~•0•~

Pagi itu, Langit sudah disambut dengan rasa mual. Ia tahu jika ini adalah efek dari minuman yang ia minum malam tadi.

Begitu membuka pintu, Langit langsung menemukan Alaska yang tengah duduk diatas tempat tidurnya.

"Lo ada kelas hari ini?" tanya Alaska saat melihat Langit.

Langit menggeleng sebagai jawaban dari Alaska. "Kenapa?"

"Ya tumben aja udah rapih, mau kemana?" tanya kembali Alaska.

"Mau main sama Rendra, lo ke sini mau ngapain?"

Alaska terdiam sejenak saat mendengar pertanyaan Langit. "Papah nyuruh lo buat turun, kita sarapan bareng." ujarnya.

Langit melirik Alaska sekilas. "Nanti gue turun, lo duluan aja." ucapnya kembali masuk ke dalam kamar mandi.

Alaska menatap kepergian Langit, lalu pergi dari sana. Sesampainya di meja makan, Alaska melihat banyak sekali makanan yang terhidang di sana.

"Mamah yang masak semua ini?" tanya Alaska takjub saat melihat banyak sekali jenis makanan yang terhidang di meja makan.

"Papah yang masak." Alaska melotot tak percaya, karena jarang sekali Arga turun ke dapur selain untuk menyeduh kopi atau mie instan.

Tak lama kemudian, terlihat jika Langit tengah turun dari tangga dengan terburu-buru. Mereka memulai sarapan itu dengan tenang.

Sampai pada pertengahan, Arga tak sengaja menangkap Langit tengah memasukkan obat ke dalam mulutnya.

"Obat apa itu? Bukannya kamu udah berhenti minum obat?" tanya Arga heran, sebab Langit sudah tak meminum lagi obat setelah ia dinyatakan sembuh.

"Cuman vitamin." jawabnya kemudian menegak air putih.

Terlihat ada kecanggungan antara Langit dan juga Arga. Alaska dan Nadine yang sedari tadi merasakan kecanggungan itu, memilih beranjak dari meja makan membiarkan Langit dan Arga berdua.

"Kamu masih marah sama Papah soal kejadian yang kemarin?" Langit mendongak menatap Arga sekilas, lalu kembali memainkan ponselnya.

Bumantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang