Bab 7 Happy

105 4 0
                                    

Suara pintu itu terbuka membuat mata mereka segera melihat ke arah pintu kamar yang memperlihatkan Langit dan juga Alaska yang baru saja keluar.

Nadine melihat jika Langit masih berusaha menghindarinya. Namun, hal itu tak membuatnya putus asa. Ia segera mengambil beberapa lauk pauk dan diletakan di atas piring Langit begitupun piring milik Alaska.

"Duduknya deket mamah biar kamu gampang ngomongnya." bisik Alaska pada Langit yang ada di belakangnya.

Langit mengangguk dan mulai duduk di samping ibunya dan Alaska di samping Arga. Makan malam itu di mulai dengan tenang. Merasa tersedak Langit meraih gelasnya. Namun secara tiba-tiba tangannya mengalami tremor membuat gelas yang ada ditangannya terjatuh dan pecah.

"Langit."

Alaska memdekat mencoba menangkan Langit yang masih menatap tangannya yang bergetar. Begitupun juga Arga dan Nadine yang menatapnya khawatir.

"Aku ke kamar dulu," Langit bangkit dari duduknya. Namun, karena tidak terlalu memperhatikan jalan. Akhirnya kakinya tak sengaja menginjak pecahan gelas tadi membuatnya meringis kesakitan.

Nadine cepat-cepat membawa kotak P3K dari dalam laci dekat kursi dan mulai mengobati Langit yang sudah kembali duduk. Alaska memperhatikan tangan Langit yang sudah tidak bergetar lagi.

Ia menatap malang sang adik yang terus meringis kala kakinya sedang di obati oleh Nadine. Pelan-pelan matanya tertuju pada Arga yang tengah memperhatikan Langit.

"Istirahat yah dikamar, ini biar mamah yang beresin. Alaska bantu adeknya ke kamar." mendengar perintah Nadine Alaska segera membopong Langit dibantu oleh Arga, sedangkan Nadine membereskan kotak P3K dan juga pecahan beling tadi.

~•0•~

"Istirahat yah, kalau ada apa-apa kasih tau papah, okey?" Langit mengangguk mendengar ucapan Arga.

Merasa pintu sudah kembali tertutup. Alaska beralih kepada Langit yang tengah menatap teduh kaki dan juga tangannya.

"Gapapa okey, sekarang istirahat."

Alaska menarik selimut hingga sebatas dada. Mengusap kepala sang adik dengan lembut. Langit tersenyum merasakan usapan lembut dari sang kakak.

"Makasih bang" lirih Langit. Alaska mengaggukkan kepalanya.

"Sama-sama, nanti besok kamu minta maaf sama mamah. Liatkan tadi yang paling panik pas kaki kamu kena pecahan beling sama tanganmu tremor?" tanya Alaska mengingat siapa yang paling khawatir saar kejadian tadi.

Langit mengangguk. "Iya liat, besok aku bakal minta maaf sama mamah. Tapi temenin yah hehe," Alaska tersenyum ringan melihat Langit yang tertawa kecil. Setidaknya itu bisa mengurangi rasa khawatirnya terhadap Langit.

"Iya. Sekarang tidur"

Langit mulai memejamkan matanya dibantu usapan kepala yang dilakukan oleh Alaska. Bahagia. Satu kata itu yang bisa ia deskripsikan sekarang meskipun hubungannya dengan kedua orang tuanya belum membaik. Tapi, ia sangat bersyukur kehadiran Alaska menjadi temannya dikala ia tak memiliki siapapun.

Alaska menatap Langit teduh dengan perasaan yang bahagia. Entah apa yang terjadi jika ia tak selamat saat kejadian itu. Mungkin dirinya tidak akan sempat bertemu dengan adik dan ibunya yang sangat ia tunggu kehadirannya setelah sekian lamanya.

"Terima kasih, karena masih memberi kesempatan bagi saya bertemu dengan mereka. Tuhan."

~•0•~

Bumantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang