Bab 45 Balas Dendam

71 4 0
                                    

Aroma debu itu menusuk hidungnya, membuatnya perlahan membuka matanya dan menemukan dirinya terikat disebuah kursi.

Ingatannya kembali bergulir, di mana ia tiba-tiba saja di hadang oleh sekelompok orang saat ia akan pergi ke kampus. Setelah itu Langit tak mengingatnya lagi.

Sampai beberapa detik berlalu, seseorang masuk menghampiri Langit dengan tersenyum. Langit menatap tak suka pada orang yang ada di depannya itu.

"Gue udah duga kalau orang dibalik semua ini adalah lo." ucap Langit.

Orang itu terkekeh ringan. "Ternyata temen gue yang satu ini pinter juga yah." ujarnya dibarengi dengan suara tawa.

"Mau lo apa jar?" tanya Langit menatap tajam temannya itu.

Fajar berbalik, menatap Langit yang juga tengah menatapnya. "Bayar semua yang udah keluarga lo lakuin, terhadap keluarga gue."

~•0•~

Nadine terus memainkan jarinya gusar, terus menatap Arga yang tengah sibuk dengan ponselnya.

"Pah, belum ada kabar?" Arga menggeleng saat mendengar pertanyaan dari Alaska.

Arga menatap Nadine yang duduk di dekat Alaska. Ia tahu, jika Nadine tengah memikirkan Langit yang sampai saat ini belum ada kabar.

Arga berjalan mendekati Nadine, kemudian meraih lengan Nadine dan memegangnya erat. "Langit pasti baik-baik aja, kamu jangan khawatir." ucap Arga lembut, mengusap surai Nadine.

Hingga beberapa detik berlalu, sebuah panggilan masuk ke dalam ponsel Arga. Membuatnya cepat-cepat mengangkat telepon itu.

"Lokasi Langit sudah saya kirimkan."

Setelah mendengar itu, cepat-cepat Arga mematikan telepon itu dan mengecek lokasi keberadaan Langit sekarang.

"Gimana Pah?" tanya Alaska penasaran.

"Udah ketemu, Papah mau kesana sekarang." ucap Arga.

"Aku ikut Pah."

"Aku juga."

Semua tatapan tertuju pada Nadine. Arga menghela napasnya panjang, kembali memegang tangan Nadine dan tersenyum.

"Kamu di sini aja. Aku sama Alaska janji bakal bawa Langit pulang. Okey!" Nadine mau tak mengangguk setuju dengan ucapan Arga.

Setelah itu Arga dan Alaska segera bergegas menuju lokasi di mana Langit berada. Nadine menatap kepergian mereka dengan sendu, ia hanya bisa berdo'a agar mereka bisa selamat hingga kembali pulang kerumah.

~•0•~

Gibran terus mencoba menghubungi Langit. Sampai beberapa menit kemudian, Rendra baru saja datang karena kelasnya baru selesai.

"Gimana?" tanya Rendra dijawab gelengan kepala oleh Gibran.

Rendra mengusap wajahnya kasar. Merogoh ponselnya, kemudian mendial nomor Arga namun tak aktif.

"Ponsel Om Arga gak aktif." ujar Rendra.

Gibran memijat pangkal hidungnya. Mencoba berpikir tempat yang mungkin Langit kunjungi jika sedang ada masalah.

Bumantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang