Bab 4 DNA

190 5 0
                                    

Pintu kayu itu terbuka, menampilkan langit dan juga nadine dibelakangnya yang membawa 2 tas besar. Langit tadinya ingin membantu, tapi nadine menghalaunya karena ia baru saja pulang dari rumah sakit.

"Kamu istirahat dulu dikamar, nanti mamah anterin makanan sama obat buat kamu." Ucap nadine setelah itu berlalu meninggalkan tatapan jengah dari langit. Padahal ia masih ingin diluar kamar.

Memasuki kamarnya dengan perasaan kesal. Langit menatap seisi kamarnya yang ternyata sedikit berantakan. Berniat membersihkan itu namun mendengar jika pintu kamarnya akan terbuka, langit segera duduk ditempat tidurnya.

Langit bersyukur karena nadine tak melihatnya saat akan membersihkan kamarnya. Langit menatap nadine yang sedang membereskan kamarnya yang berantakan, ada rasa iba dibenaknya melihat nadine yang membereskan kamarnya sedangkan ia malah bersantai di atas kasur.

"Biar langit bantu." Langit turun dari ranjangnya mulai membantu nadine yang sedang memunguti gumpalan kertas yang digulung-gulung.

Nadine tersenyum melihatnya. Tanpa berkata apapun nadine mendorong langit ke tempat tidurnya membuatnya terduduk bingung. "Kamu istirahat aja, gapapa ini biar mamah aja yang beresin lagi pula cuman sedikit." Ucap nadine membereskan meja belajar langit.

Setelah selesai semuanya nadine kelur dari kamar langit. Tak lama dari situ, nadine kembali dengan nampan ditangannya, nadine meletakan nampan itu diatas meja belajar langit dan duduk dikursi yang ada disana. Langit menerima suapan yang disodorkan oleh nadine sampai makanan itu habis, setelah itu ia memakan obat dan mulai meyamankan duduknya.

"Istirahat, tidur jangan kemana-mana kalau mau apa-apa panggil mamah." Nadine mengacak rambut langit membuat langit tersenyum dibuatnya.

"Iyaa." Setelah mendengar itu nadine berlalu meninggalkan langit yang masih tersenyum menatapnya.

Setelah merasa pintu itu tertutup. Langit tak langsung tertidur melainkan melihay ponselnya yang ternyata sudah banyak sekali pesan disana. Dengan telaten ia membalas pesan itu satu persatu hingga beres, setelah itu membaringkan dirinya karena merasa seseorang akan datang.

"Dasar nakal, disuruh istirahat malah main hp." Ucap nadine membuat langit menyengir lebar dibuatnya.

Langit mulai menyamankan posisi tidurnya, diikuti nadine yang mengusap kepalanya lembut. Usapan ini sudah lama tak ia rasakan karena nadine yang sibuk bekerja yang kadang kala pulang tengah malam membuatnya sedikit susah untuk mendapat usapan lembut itu dikala akan tertidur. Setelah itu ia mulai memejamkan matanya karena terlalu nyaman dengan usapan kepala dari tangan nadine.

Nadine menatap langit lirih. Banyak sekali kebohongan yang ia lontarkan pada langit, ia belum siap jika kebohongan itu nantinya akan terungkap dan langit meninggalkannya karena sebuah rasa kecewa. Merasa langit sudah tertidur ia mencium kepala langit setelah itu pergi dari kamar itu.

~•0•~

Deruan motor itu tedengar bersama dengan seorang wanita yang berjalan ke arah tengah-tengah diantar 2 motor tersebut. Bendera itu terlempar, membuat kedua motor itu melaju dengan kencang saling beradu kecepatan.

Sorak riuh terdengar dari para pendukung kedua peserta balap motor itu. Deruan motor itu semakin terdengar kala salah satu peserta mulai menambah kecepatannya yang semakin membuat para pendukungnya heboh, tak kalah dari itu lawannya pun mulai menambah kecepatan itu membuat para penggemar motor balap semakin bersorak heboh.

"Weh weh udah deket tuh siapin kamera buat potret siapa yang menang." Seru seseorang yang langsung dilaksanakan.

Kehebohan itu terjadi kala motor mulai mendekati garis akhir, kedua peserta saling adu kecepatan. Tapi tak kalah cepat dengan fotografer yang memotret ban motor mereka yang menyentuh garis akhir.

Bumantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang