Arga terus sibuk dengan ponselnya. Matanya sesekali melirik jam yang sudah menunjukkan pukul setengah satu malam. Membuatnya semakin dilanda khawatir karena sampai saat ini Langit belum juga pulang.
Alaska yang sedari tadi memperhatikan Arga menjadi bosan sendiri. Akhirnya ia hendak kembali ke atas untuk beristirahat, namun hal itu tercegah saat tiba-tiba pintu utama terbuka menampilkan Langit yang di gendong oleh Rendra.
"Kenapa ini?" tanya Arga mendekat, namun bau dari alkohol itu lebih dulu menusuk hidungnya.
"Langit mabuk Om, abis 4 botol." jawab Rendra.
Arga dan Alaska yang mendengar itu tentu terkejut. Mereka tak menyangka jika Langit akan seperti ini setelah kejadian tadi.
"Bawa ke kamarnya." suruh Arga yang langsung dilaksanakan oleh Rendra bersama Alaska.
Arga menggeleng tak percaya. Setelah itu ia memilih mengikuti Rendra dan Alaska yang akan ke kamar Langit. Alaska menatap miris Langit yang tampak kacau.
"Makasih yah Rendra." ucap Arga setelah melihat Langit telah berada di tempat tidurnya.
"Iya sama-sama Om."
"Besok ada kelas?" tanya Alaska penasaran.
Merasa pertanyaan itu tertuju padanya membuat Rendra mengangguk. "Ada Bang, agak siangan. Kalau gak salah sekitar jam setengah sebelasan." jawab Rendra dengan sopan.
"Yaudah Om, Bang. Kalau gitu Rendra pulang dulu, udah malem juga." pamitnya pada Arga dan Alaska.
"Rumah lo di mana?"
"Deket kok Bang, sekitar satu setengah jam dari sini." jawab Rendra dengan polos.
Alaska memelotot tak percaya dengan jawaban dari Rendra. "Satu setengah Jam lo bilang deket?!" ujar Alaska tak percaya.
"Udah biasa, makannya deket. Yaudah kalau gitu saya pulang dulu, permisi." Setelah itu Rendra pergi dari sana, meninggalkan tatapan tak percaya dari Alaska.
Arga hanya menggeleng, lebih memilih memperhatikan Langit yang tampak sudah pulas. "Ada-ada aja kamu sampai 4 botol." Arga menggeleng sembari terkekeh.
"Bantu Papah buka Jaket sama Sepatunya." Alaska mengangguk, mulai membuka Sepatu yang dikenakan oleh Langiy. Sedangkan Arga membuka Jaketnya.
"Kenapa yah Ndra, idup gue kayaknya serba pilihan?" Arga dan Alaska saling tatap saat mendengar racauan dari Langit.
"Padahal gue gak ngasih tau ke keluarga gue biar mereka gak khawatir. Tapi ternyata salah, nyatanya malah kayak gini. Nyokap gue kecewa, Abang gue gak tau gue juga gak paham, Papah..." Arga menunggu ucapan selanjutnya dari Langit yang menggantung.
Langit tampak menggeliat, membuka sepatunya dengan kakinya sendiri. Langit menjauh dari Arga, membuat Arga penasaran ucapan Langit selanjutnya.
"Langitnya udah tidur." ucap Alaska membuat Arga mengangguk paham. Membuat Arga harus menghilangkan rasa penasarannya tentang kalimat yang akan diucapkan oleh Langit tentang dirinya.
Setelah itu mereka berdua meninggalkan Langit yang sudah tertidur pulas di atas kasur.
"Papah malah sering ngucapin kata Maaf, dan lainnya. Ngebuat gue jadi campur aduk."
~•0•~
Pagi itu Langit sudah bangun, padahal Jam masih menunjukkan pukul setengah 5 subuh. Ia sudah bersiap dengan pakaian yang rapih.
Saat akan keluar kamar, Langit berpas-pasan dengan Alaska yang akan pergi ke dapur dengan muka yang tampak kusut.
"Lo mau kemana?" tanya Alaska dengan lesu karena baru bangun tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumantara ✔
أدب المراهقينSeorang remaja yang bernama langit baskara, 17 tahun sudah ia hidup tanpa sosok seorang ayah. Hidup dalam dunia yang menurutnya kadang adil dan tak adil. "Kita punya masalah berbeda yang gabisa dianggap remeh, tapi mereka malah menganggap remeh masa...