Langit menghela napasnya panjang saat melihat pantulan dirinya dengan mata yang sembab. Beralih menyalakan kran air dan mencuci wajahnya.
Setelah selesai, Langit turun untuk melakukan sarapan bersama. Di meja makan sudah ada Arga dan Nadine, sedangkan Alaska belum terlihat.
"Abang mana?" tanya Langit penasaran.
"Ada, paling bentar lagi juga turun." jawab Nadine.
Benar saja, selang beberapa detik setelah itu Alaska tampak turun dengan pakaian yang sudah rapih.
"Tumben rapih, mau kemana?" tanya Langit saat melihat Alaska sudah duduk di sisinya.
"Mau ada acara sama temen." jawab Alaska diangguki oleh Langit.
Sarapan itu dilakukan dengan baik, hanya ada suara sendok dan garpu yang saling beradu dengan piring. Arga yang sesekali melihat Langit, membuat pikirannya kembali melayang pada kejadian tadi malam.
Bahkan ia rela tidur diruangan kerjanya untuk menemani Langit yang terlelap di sana. Sampai beberapa detik kemudian, sebuah ide terlintas dikepalanya membuatnya mengangguk pasti.
"Kuliah kamu masih libur?" Langit mengangguk saat mendengar pertanyaan Arga.
"Mau gak hari ini jalan-jalan sama Papah?" tanya Arga.
Langit menghentikan sarapannya, menatap Arga dengan tak percaya. "Tumben, biasanya juga sibuk." ucap Langit.
Arga hanya tersenyum tipis mendengar itu. "Jadi mau gak? Kalau gak mau juga gapapa."
"Mau lah, rezeki gak boleh ditolak." ujar Langit dengan tersenyum, kembali melanjutkan sarapannya.
Sedangkan ia hanya menatap Langit dengan sendu. Hari ini, Arga berniat menghabiskan waktu dengan Langit. Ia hanya ingin, jika kesalahan masa lalunya dapat di obati meskipun hanya dengan jalan-jalan bersama.
~•0•~
Perjalanan itu membutuhkan waktu sekitar 15 Menit hingga akhirnya sampai disebuah Mall yang sebelumnya pernah Langit kunjungi bersama Fahri beberapa waktu lalu.
"Terserah Langit mau beli apa, Papah yang bayar." ucap Arga secara tiba-tiba membuat Langit terkejut.
"Bener?" tanya Langit kembali memastikan. Arga mengangguk membenarkan.
Langit mengangguk semangat, mulai mengitari toko-toko yang ada di Mall itu. Dari mulai Baju, Sepatu, Jam tangan dan lainnya ia beli.
Sampai pada sebuah Toko Buku, Langit terdiam. Kembali menatap belajaannya yang lumayan banyak, membuat Langit yang tadinya ingin membeli buku ia urungkan karena tak enak pada Arga.
Sedangkan Arga yang melihat Langit berjalan menjauh menatap bingung. Padahal tadi diperjalanan Langit berencana untuk membeli buku, kenapa urung?
"Bukannya mau beli buku?" tanya Arga pada Langit.
"Gak jadi, ini udah terlalu banyak. Padahal tadinya cuman niat mau beli buku." jawab Langit.
"Beli aja, kenapa gak jadi?"
"Aku gaenak sama Papah. Udah banyak barang yang aku beli, uangnya Papah simpen aja." ujar Langit melengos pergi dari sana.
Arga menggeleng pelan, memilih mengejar Langit. "Hey dengerin Papah dulu." kata Arga menarik lengan Langit.
"Papah cari uang buat kamu, buat Mamah sama buat Abang juga. Jangan merasa gaenak, ini adalah perlakuan Papah terhadap anaknya. Emang gak besar, tapi saat liat kamu ketawa senyum saat beli barang-barang itu lah yang membuat Papah seneng. Gak penting uang itu mau habis kek, Papah tinggal cari lagi. Yang penting kebahagiaan Langit, Alaska sama Mamah adalah yang nomor satu bagi Papah." ucap Arga membuat Langit semakin merasa tak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumantara ✔
Teen FictionSeorang remaja yang bernama langit baskara, 17 tahun sudah ia hidup tanpa sosok seorang ayah. Hidup dalam dunia yang menurutnya kadang adil dan tak adil. "Kita punya masalah berbeda yang gabisa dianggap remeh, tapi mereka malah menganggap remeh masa...