Bab 30 Pesan

49 3 1
                                    

Perjalanan itu memakan waktu sekitar 3 jam untuk sampai ke daerah tempat pertemuan Arga di bogor. Nadine memandang tak selera makanan di depannya, pertemuan ini sekaligus makan siang. Arga yang melihat Nadine hanya menatap makanannya akhirnya menghentikan aktivitasnya dan menatap Nadine.

"Kenapa, hm? Dari tadi makanannya cuman di tatap mulu, gak dimakan-makan. Ada yang dipikirin?" tanya Arga lembut tersenyum pada Nadine.

Nadine mengehala nafasnya. "Aku kepikiran sama Langit, disana gak ada yang jagain dan posisinya dia lagi sakit." ucap Nadine sedikit menunduk.

Arga mengangguk paham. Ia pun sama dengan Nadine, jika bukan karena Langit yang menyuruhnya untuk pergi. Ia tak akan pergi kesini. Arga lebih memilih menjaga Langit, ketimbang menghadiri pertemuan ini yang ternyata hanya diskusi penyuntikan dana ke beberapa perusahaan.

"Makan yah. Lagian cuman sebentar kok. Aku jamin."

"Bener?" tanya Nadine memastikan.

Arga mengangguk. Kemudian melanjutkan makannya, diikuti oleh Nadine yang ikut makan setelah percaya jika pertemuan ini akan berlangsung sebentar.

Setelah acara makan siang itu. Acara itu dimulai dengan beberapa sambutan dari pejabat lainnya termasuk Arga. Nadinr yang berada di sekitar situ merasa tak nyaman, karena sudah lama ia tidak menghadiri acara seperti ini. Arga yang sudah duduk kembali melihat Nadine yang sepertinya mulai tak nyaman.

"Mau pulang sekarang? Aku udah selesai." ucap Arga bertanya pada Nadine.

Nadine mengangguk. Kemudian setelah itu mereka keluar dari area ballroom hotel itu. Perjalanan menuju Jakarta itu kembali di lanjutkan, meskipun sudah akan kembali dan akan segera bertemu Langit tapi rasa khawatir tetap hinggap di dirinya.

"Mamah harap kamu baik-baik aja."

~•0•~

Alaska memandang teduh Langit yang tertidur dengan posisi duduk. Sepulangnya dari acara reuni itu, ia langsung ke kamar Langit untuk melihat kondisinya. Semenjak ia kembali ke acara reuni itu, perasannya selalu tak enak mengenai Langit. Alhasil setelah acara itu selesai, Alaska langsung pulang tanpa ikut berfoto bersama.

Sesampainya dirumah. Ia langsung ke kamar Langit, dan benar saja dugannya. Langit meringkuk sembari memegangi kepalanya, ia bisa tahu betapa menyiksanya sakit kepala Langit karena Alaska melihat bekas air mata yang mengalir di wajah Langit.

"Masih pusing? Mau ke rumah sakit aja?" tanya Alaska.

Langit menggeleng. "Gue gak mau ngerepotin lo, gue gak pa-pa. Pusingnya udah mulai berkurang." Jawab Langit dengan serak.

Alaska tak bisa berkata lagi. Langit tipikal orang yang keras kepala, meskipun dipaksa pun Langit akan beralasan tidak ingin merepotkan orang lain. Beberapa menit kemudian, pintu kamar Langit terbuka. Menampilkan Nadine yang masuk.

Nadine dapat melihat jika kini, Langit tengah tertidur dengan posisi duduk. Ia menatap Alaska dan Langit secara bergantian. "Gimana?" tanya Nadine pelan agar tak menganggu Langit.

Alaska menggeleng. "Dia gak mau dibawa ke rumah sakit, katanya gak mau ngerepotin." jelas Alaska membuat keduanya paham.

Setelahnya, terdengar lenguhan dari Langit. Nadine dengan sigap mendekati Langit, Alaska menggeser posisinya untuk memberi ruang untuk Nadine duduk. Langit membuka matanya perlahan, sedari tadi ia mencoba tidur dengan memejamkan matanya tapi tak berpengaruh. Langit dapat melihat guratan lelah dari Nadine yang duduk di depannya, bagaimana tidak Nadine dan Arga kembali ke Jakarta setelah setengah jalan lalu kembali lagi ke daerah Bogor.

Bumantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang