Bab 41 Impossibility

41 3 0
                                    

Malam hari itu Langit baru saja melangkahkan kakinya ke dalam rumah setelah seharian ia di luar rumah. Baru saja hendak menaiki tangga, ia sudah melihat Arga yang berdiri di ujung tangga.

Langit menghela napasnya, kembali melanjutkan jalannya. Hendak membuka pintu kamarnya, tangannya dicekal membuat Langit akhirnya pasrah.

"Kenapa pah?" tanya Langit.

"Kamu ada masalah sama Papah? Dari pagi kamu diemin Papah terus." ucap Arga masih mencekal lengan Langit.

Langit menatap tangannya sekilas, sebelum akhirnya melepaskan cekalan itu. "Aku cape pah, lagi gak mau diganggu." Setelah mengatakan itu, Langit masuk ke dalam kamarnya. Meninggalkan Arga yang termenung.

Sedangkan Alaska, yang sedari tadi melihat kejadian itu kembali memasuki kamarnya. Arga masih berdiri ditempatnya, menatap pintu kayu itu yang di dalamnya terdapat Langit yang tengah berisitirahat.

~•0•~

Langit melempar barang-barangnya ke atas kasur. Membuka sepatunya dan juga jaket yang ia kenakan. Entah mengapa, hari ini lebih lelah dari biasanya.

Matanya mengedar, menatap seisi kamarnya yang sudah seperti kapal pecah karena banyak barang yang belum Langit bereskan. Padahal sebelumnya saat tinggal bersama Nadine, ia selalu menjaga kebersihannya. Berbeda saat ia sudah tinggal bersama Arga.

Ia menghembuskan napasnya, sebelum akhirnya bangkit dari duduknya dan pergi membersihkan diri. Setelah selesai, Langit membereskan barang-barangnya yang berantakan.

Sampai matanya menangkap sebuah amplop putih yang berlogo rumah sakit yang ia letakan di atas meja belajarnya. Ingatannya kembali berputar ke beberapa jam lalu, saat ia melakukan pemeriksaan di sebuah rumah sakit.

Ia menatap amplop yang dipegannya sekilas, sebelum akhirnya memasukkannya ke dalam laci. Setelah itu kembali membereskan kamarnya hingga selesai.

Setelah semuanya selesai, Langit merebahkan dirinya ke atas kasur. Menatap langit-langit kamarnya yang ia hiasi dengan bintang dan juga bulan.

Pikirannya kembali melayang ke kejadian tadi siang. Saat ia melakukan pemeriksaan bersama dokter Rizal. Ucapannya mengenai hasil pemeriksaan itu, terus berputar dikepalanya.

Langit menggelengkan kepalanya. Berusaha mengenyahkan pikiran buruk itu. "Engga, mungkin dokter Rizal salah. Besok gue tanyain sama Rendra aja." Putus Langit akhirnya, setelah itu menarik selimutnya kemudian tidur.

~•0•~

Pagi ini, Langit melakukan sarapan bersama keluarganya. Entah hanya perasaan Nadine saja atau tidak, karena sedari tadi Arga dan Langit bungkam. Biasanya selalu mengobrolkan sesuatu saat melakukan sarapan.

"Aku selesai." ucap Langit bangkit dari duduknya, meraih jaket dan tasnya lalu pergi dari sana tanpa berpamitan.

Alaska memandang kepergian Langit. Pandangannya beralih pada Arga yang sedari tadi sibuk dengan makanannya tanpa menghiraukan Langit sekalipun.

"Papah lagi ada masalah sama Langit?" Nadine melirik Arga saat mendengar pertanyaan dari Alaska.

Arga hanya terdiam, kembali memakan sarapannya dan memilih mengabaikan pertanyaan Alaska. Alaska yang melihat itu, segera bangkit dari duduknya dan berlari mengejar Langit.

Bumantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang