Suara drum itu saring beradu dengan teriakan para suporter yang datang untuk mendukung tim kebanggan sekolahnya. Saling menusuk telinga para penonton, namun sepertinya mereka tak terganggu dengan suara-suara itu.
Arga datang dengan Nadine digandengannya mulai memasuki area lapangan Futsal, ia tersenyum saat beberapa orang menyapanya dengan rama. Mereka duduk di tengah-tengah dari banyaknya oenintin disan
"Alaska belum dateng?" Nadine bertanya sembari memperhatikan sekitarnya yang belum menemukan batang hidung Alaska.
Arga ikut mengalihkan pandangannya kesana-kemari. Sampai akhirnya matanya menemukan sosok Alaska yang baru saja masuk kedalam area penonton.
"Darimana aja? Tuh mamah nanyain." seru Arga kepada Alaska yang baru saja duduk di dekatnya.
"Macet." jawabnya asal.
Tak lama sorak heboh itu terdengar dari para penonton. Kala para pemain dari kedua tim mulai memasuki lapangan. Arga dan Alasla berseru heboh, saat melihat Langit dibawah sana tersenyum ke arah mereka.
"Go Langit! Go Langit! Go!" teriak Alaska mengundang semua orang meneriaki nama Langit.
Peluit dari wasit di tiup. Permainan dimulai, baru beberapa detik permainan itu dimulai. Langit membuat gol pertama di timnya, membuat seruan dari para suporter semakin kencang.
Tournament ini dimainkan oleh sekolah ternama di daerah Jakarta yaitu SMAN 1 ANDROMEDA VS SMAN 2 GALAKSI. Kedua tim saling berjibaku memperebutkan poin masing-masing tim. 20 Menit berlalu, dengan skor 3-2. SMAN 1 GALAKSI unggul 1 Poin dari tim Langit.
"Control! Jangan kebawa emosi, kita kalah 1 poin sekarang. Tingkatin lagi pressing-Nya." Seru coach mereka dengan tegas.
Langit tampak sedang mengatur nafasnya yang tak beraturan. "Ah sial!" Seru Langit melempar ikat kepalanya.
"Fokus ngit! Jangan kebawa emosi!" Langit menutup matanya dengan tangan mengatur nafasnya yang mulai stabil.
Peluit itu kembali di tiup. Semua para pemain kembali ke lapanga. Terkecuali Langit yang masih berbincang dengan pelatihnya. "Pakai tak-tik kamu, jangan lengah sama kebawa emosi inget!" Langit mengangguk setelah itu menyusul timnya yang sudah lebih dulu berada di lapangan.
Suara peluit kembali melengking menusuk indera pendengaran Langit. Pertandingan babak ke-2 dimulai, bola terus di oper ke sana kemari saling berjibaku memperebutkan poin. Bahkan tak jarang memakai cara kekerasan sebagai hadiahnya.
Melihat peluang yang cukup. Dengan cepat Langit merebut bola dari lawannya. Ia memggiringnya hingga ke arah gawang lawan. Hingga akhirnya...
"Goll!!"
Sorak heboh itu terdengar kala Langit berhasil memasukkan bola ke dalam gawang lawan. Langit tersenyum ke arah orang tuanya yang memberinya jempol.
"Good boy!" Teriak Alaska tak kalah dengan suporter lain.
Pertandingan kembali dimulai. Kali ini lebih seru lagi karena kedua tim saling menyerang membuat skornya selalu seimbang. 15 Menit pertandingan itu dimulai yang menghasilkan skor 5-5. Hanya tinggal sekitar 5 Menit lagi, Langit harus memanfaatkannya agar ia bisa mencetak skor.
Ia berlari mengejar bola yang dibawa oleh lawannya. Hingga akhirnya kembali di rebut oleh Langit yang langsung berlari menggiring bola ke arah gawang lawan, dan lagi... ia berhasil mencetak gol membuat skor tim Langit bertambah satu menjadi 6.
Tak lama kemudian. Wasit meniup peluitny mengartikan jika pertandingan telah usai. Sorak heboh itu terdengar dengan suara drum yang di tabuh, saat wasit menyatakan kemenangan tim Langit yang akan berlanjut ke babak selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumantara ✔
Teen FictionSeorang remaja yang bernama langit baskara, 17 tahun sudah ia hidup tanpa sosok seorang ayah. Hidup dalam dunia yang menurutnya kadang adil dan tak adil. "Kita punya masalah berbeda yang gabisa dianggap remeh, tapi mereka malah menganggap remeh masa...