Bab 31 Mall

36 3 0
                                    

Pagi itu Langit di bangunkan oleh Alaska. Ia mengikuti sarapan hari ini dengan tenang, tapi pikirannya masih melayang tentang kejadian kemarin. Ia jadi parno setelah itu, untuk tidur tidak terlalu malam.

"Besok kamu control ke rumah sakit sama siapa? Papah gak bisa nganter karena ada kerjaan." ucap Arga mengingat jika besok jadwal Langit untuk pergi control.

"Sama aku, Alaska juga katanya mau ikut. Gapapa kan?" Arga mengangguk mengizinkan, kemudian kembali melanjutkan sarapan pagi itu.

Sedangkan Langit yang jadi topik pembicaraan hanya terdiam sembari memakan sarapannya. Karena ia terus terpikirkan soal kejadian semalam, bahkan hampir masuk kedalam mimpi Langit. Alaska yang melihat Langit terus terdiam, berniat menyenggol sang adik agar tidak terus melamun.

"Ngelamum mulu dari tadi, Mikirin apa? Cewe yah?" Langit yang tak terima atas tuduhan itu memukul Alaska. Tentu saja ia tidak memikirkan hal itu, hanya saja ia memikirkan pesan yang dikirimkan oleh orang misterius itu.

"Sembarangan aja, lagian gue gak punya cewe. Daripada elu, sukanya godain cewe waktu balapan." ujar Langit yang tentu mendapat pukulan telak oleh Alaska.

Sedangkan kini, Arga dan juga Nadine menatapnya tajam. Seperti akan memangsanya saat ia keluar dari kandang, ia memelototi Langit yang hanya tersenyum dan kembali melanjutkan sarapannya.

"A-anu itu pah... aku gak pernah kayak gitu. Langit aja kali yang salah liat, mana ada aku suka sama cewe yang kayak gitu." ucap Alaska gugup karena terus di tatap tajam oleh Nadine dan juga Arga.

Sedangkan Langit ia tersenyum menang, melihat Alaska yang mati kutu karena terus di tatap oleh Nadine dan juga Arga.

"Makannya, jagan coba-coba lawan Langit Adinata." bisik Langit yang masih bisa di dengar oleh Alaska.

Alaska memutar bola matanya jengah, kembali melanjutkan sarapannya setelah merasa jika Nadine dan Arga tak lagi menatapnya. "Punya adek gini amat dah, bukannya bantuin malah ngomporin."

~•0•~

Kampus itu cukup ramai dengan para mahasiswa yang lalu lalang, dari mulai masuk kelas hingga ada yang akan keluar kelas. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Fajar duduk di salah satu bangku kemudiang mengecek ponselnya yang tak kunjung mendapat balasan dari seseorang.

Tak lama kemudian, Gibran datang dengan dua kantong kresek di tangannya. Fajar tersenyum melambaikan tangan, bergeser sedikit untuk memberikan ruang untuk Gibran duduk.

"Gue beliin ayam geprek, katanya ayam geprek UI enak." ucap Gibran sembari menyerahkan salah satu kantong kresek yang ia bawa.

Fajar menerimanya, kemudian memakan bersama di tempat itu. Kelas Gibran lebih dulu selesai, alhasil ia yang harus membelikan makanan untuk dirinya dan juga Fajar.

"Lo ada kelas lagi gak? Rencananya mumpung gak ada kelas lagi nanti sore mau ke rumah Langit, udah lama gak kesana. Lo ikut?" tanya Fajar memasukkan suapannya ke dalam mulutnya.

Gibran mengangguk paham, meraih minumannya dan meminumannya dua tegukan. "Enggak, boleh-boleh aja. Tapi abis dari sini, anter ke toko sepatu. Gue mau beli sepatu buat biru. Dia rangking 1 di kelasnya. Kemarin gue terlalu sibuk, alhasil sekarang aja gue beliinya." tutur Gibran kembali memasukkan ayam geprek yang sudah di campur dengan nasi itu kemulutnya.

Fajar mengangguk kembali memakan makanannya, sampai pada detik kelima. Pikirannya tiba-tiba terlintas memikirkan sesuatu. "Ran, Langit tau gak yah. Kalau dia di operasi 2 kali?" tanya Fajar.

Bumantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang