Bab 27 Broken

49 5 0
                                    

Hari-hari berlalu. Langit memandang jendela kamar rawatnya untuk terakhir kali, karena hari ini dokter sudah mengizinkannya untuk pulang ke rumah.

"Yu, papah katanya udah di bawah." ajak Alaska pada Langit.

Langit mengangguk, ia turun dari ranjangnya dengan hati-hati. "Bang, aku mau coba jalan aja." ucap Langit membuat Alaska mengangguk paham mendengarnya.

Langit berjalan bertumpu pada sebuah kruk, kakinya ia gerakan secara perlahan. Meskipun sudah melakukan beberapa kali latihan, Langit masih merasa jika kakinya masih kaku meskipun telah ia gerakan beberapa kali.

Alaska memandang Langit yang berjalan dengan sebuah kruk di depannya. "Kalau gak bisa jangan dipaksain." ujar Alaska, Langit hanya tersenyum mendengarnya. Ia hanya tak ingin menyusahkan Alaska.

Langit berjalan menuju sebuah lift. Di dalam lift, Langit terus memegangi kepalanya yang tiba-tiba saja dilanda pusing. Alaska yang menangkap Langit yang sedang memegangi kepalanya membuatnya khawatir, ia mendekati Langit dan langsung merangkul Langit.

"Gapapa? Mumpung masih disini, mau diperiksa?" ucap Alaska khawatir.

Langit menggeleng dan menampilkan senyumnya pada Alaska. "Gak usah, kurang tidur aja kali makannya pusing." jelas Langit.

Alaska hanya mengangguk saja. Sampai pintu lift itu terbuka, ia memilih memapah Langit menuju parkiran dimana Arga sedang menunggunya disana.

"Mamah ikut jemput?" tanya Langit tiba-tiba.

"Enggak, mamah ada acara sama temen-temennya." jelas Alaska.

Langit mengangguk paham, ia jadi merasa bersalah karena mengganggu waktu Nadine untuk menjaganya. Karena sudah merasa tak kuat akhirnya Langit duduk di atas kursi roda yang sedari tadi Alaska bawa. Kursi roda itu di dorong ke luar dari lift, diluar sana Langit bisa melihat jika sudah ada Arga yang memakai setelan jasnya yang rapih.

"Papah kira kamu mau jalan." ucap Arga saat melihat Langit yang duduk di kursi roda itu. Langit hanya tersenyum saat itu enggan menjawab jika kakinya masih belum pulih total.

Langit berdiri dari kursi rodanya ke dalam mobil dibantu oleh Alaska. Setelah semuanya naik, mobil itu berjalan dengan kecepatan sedang.

Langit memandang jendela kaca mobil itu sembari sesekali menghembuskan nafasnya membuat Alaska khawatir.

"Gapapa?" tanya Alaska memegang pundak Langit.

Langit menggeleng dan hanya menampilkam senyumannya lalu kembali fokus melihat jalanan. Alaska yang melihat itu menjadi khawatir, kepalanya berputar kembali mengingat keluhan Langit beberapa waktu lalu.

Entah hanya perasaannya saja atau tidak. Langit menjadi pemurung setelah keluar dari rumah sakit. Alaska hanya berharap jika tidak akan terjadi apa-apa kedepannya terhadap keluarganya.

"Gue cuman berharap gak ada apa-apa kedepannya."

~•0•~

Langit mendung itu menghiasi kota Jakarta sore ini. Orang-orang berlarian mencari tempat berteduh karena hujan mulai turun. Lain lagi dengan Gibran yang memilih membasahi dirinya dengan guyuran air hujan.

Ia berdiri di dekat lampu lalu lintas. Menatap mobil-mobil yang berlalu lalang. Pikirannya kalut dengan ucapan orang itu, ia tak bisa berpikir jernih kali ini.

Gibran mengabaikan teriakan orang sekitar yang menyuruhnya untuk berteduh karena hujan semakin lebat. Ia memejamkan matanya, merasakan air hujan yang semakin menjadi dan membasahi tubuhnya.

Bumantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang