Sinar matahari itu menusuk matanya. Langit menggeliat tak nyaman, hingga akhirnya ia menarik selimutnya sampai menutupi seluruh tubuhnya.
Beberapa menit kemudian, seseorang menarik selimutnya membuat Langit mendengus kesal karena tidurnya terganggu. "Apa!" ucap Langit tak suka.
"Ikut enggak?" tanya Alaska pada Langit.
"Kemana?" Langit bertanya balik pada Alaska. Ia merutuki dirinya karena bertanya kembali pada Alaska, tapi jika ia tak bertanya ia tak akan mengetahui Alaska akan mengajaknya kemana.
"Ke luar. Cepet siap-siap kalau gak mau di tinggal." jawab Alaska santai setelah itu berjalan keluar dari kamar Langit.
Langit mendengus kesal. Kebiasaan Alaska selalu tak memberitahu jelas informasi yang diberikannya. Beberapa detik kemudia, ponselnya mengeluarkan suara pertanda ada pesan yang masuk.
Papah
Enggak lupa kan sama rencana yang kemarin? Dandan yang rapih, nanti Pak Ato jemput kalian.
Setelah membaca pesan itu, Langit berpikir sejenak. Apa yang direncanakannya dengan sang ayah ya? Seingatnya ia tak punya rencana untuk hari ini, mengingat jika hari ini hari libur membuatnya enggan beranjak dari kasur.
"Oh iya!" Setelah mengingatnya, Langit terburu-buru pergi ke kamar mandi.
Beberapa saat kemudian. Langit sudah rapih dengan pakaiannya, lalu berjalan keluar dari kamarnya dan menemukan Nadine dan Alaska yang ternyata sedang menunggunya.
"Begadang lagi?" tanya Nadine yang melihat guratan hitam dibawah kelopak mata Langit.
Mendengar itu, Langit tersenyum menampilkan deretan giginya yang putih. Setelah acara makan mie malam itu, Langit bermain ponselnya, hingga shubuh datang ia baru bisa tidur kembali.
Nadine menggeleng. Setelah itu mereka beriringan keluar dan menaiki mobil yang sama menuju studio Foto yang disana sudah ada Arga yang menunggu mereka.
~•0•~
Ia tatap jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 9 Pagi. Arga terus menunggu di depan pintu masuk, kadang kala ia mengecek ponselnya yang masih belum menunjukkan tanda-tanda pesan masuk.
Lama menunggu. Akhirnya yang ditunggu datang juga. Arga melihat senyum keluarganya, bahkan Alaska yang dulunya tak pernah tersenyum, kini bisa tersenyum dengan lebar berkat kehadiran Langit dan juga Arga.
"Darimana aja? Lama banget." ucap Arga menyambut kedatangan mereka.
Langit menyengir lebar. "Aku bangunnya telat pah, jadinya mereka juga telat." jawab Langit tersenyum malu ke arah Arga.
"Yaudah gapapa, nah sekarang kalian siap-siap yah. Kalian dibantu sama orang-orang yang di sana tuh." tunjuk Arga kepada sekumpulam orang yang sedang menunggu mereka.
Mereka mengangguk paham, dan mulai berjalan ke arah suatu ruangan untuk berhias. Tak lama, Langit keluar dengan kaca mata dan kemejanya yang sedikit dibuka.
Arga menatap takjub dengan gaya Langit. Ia menjadi teringat kenangan saat remaja, yang saat itu selalu memakai gaya yang nyentrik membuat orang-orang memandangnya sebelah mata.
"Kamu duluan aja, biar cepet." jelas Arga membuat Langit mengangguk paham.
Langit tampak sedang melakukan beberapa gaya di depan kamera layaknya model. Satu persatu dari mereka sudah melakukan foto individu yang dilanjut dengan foto keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumantara ✔
Teen FictionSeorang remaja yang bernama langit baskara, 17 tahun sudah ia hidup tanpa sosok seorang ayah. Hidup dalam dunia yang menurutnya kadang adil dan tak adil. "Kita punya masalah berbeda yang gabisa dianggap remeh, tapi mereka malah menganggap remeh masa...