Bab 20 Ekstubation

95 5 1
                                    

Setelah kejadian tadi Alaska terus mendumal. Sebenarnya ia masih bisa memintanya pada Arga, tapi ponsel itu ia dapatkan dari hasil jerih payahnya sendiri selama ini.

Sesampainnya dirumah, Alaska tak langsung memasuki kamarnya. Melainkan melimpir kedapur, mungkin sekaleng soda dapat mengurangi kekesalannya karena ponselnya yang dijambret. Alaska membawa kaleng soda itu masuk kedalam kamarnya tanpa sepengatahuan orang rumah, yah meskipun CCTV akan berhasil menangkap basah kelakuannya ini. Tapi Alaska tak peduli, yang terpenting bisa meredakan kekesalannya itu saja. Soal omongan panjang dari Nadine dan juga Arga ia bisa urus nanti.

Sesampiannya dikamar, Alaska langsung melemparkan dirinya ke atas sofa kamarnya. Petarungan tadi membuat energinya cukup terkuras, terlebih dahulu Alaska membuka jaketnya dan mengeluarkan kotak tadi. Sebelum itu ia menegak dulu soda yang sempat ia bawa tadi. Dilanjut ia menatap kotak yang ada di depannya kini, tak ada tanda dari pengirim? Yang benar aja, rugi dong. Masa iya ngirim paket tapi gak ada tanda siapa pengirimnya.

Lama ia memperhatikan kotak itu, akhirnya mendesah kecewa karena tak bisa berhasil menebak siapa pengirimnya. Merasa prustasi, akhirnya Alaska membuka kotak itu. Alaska tercengang ketika mengetahui isi dari kotak itu hanyalah sebuah secarik kertas dan sebuah permen mint.

"Kan bener Giveaway, aneh. Isengnya udah gak ketolong inimah." ketusnya tak terima. "Minimal ada uangnya kek, 100 ribu atau Blackcard gitu. Inimah apaan kertas sama permen doang, gua juga bisa bikin kalik." tuturnya tak terima, susah payah ia melindungi kotak itu sampai merelakan ponselnya yang dibawa oleh sekelompok pemuda tadi hanya demi secarik kertas dan sebuah permen? Yang bener aja, rugi dong.

Alaska menghempaskan punggungnya, menatap tak minat kotak yang baru saja ia buka. Lama ia menatapanya, sampai akhirnya ia menemukan keanehan dari kertas tersebut. Alaska kembali tertarik dengan isi dari kertas tersebut, merasa penasaran akhirnya ia membuka kertas tersebut.

Lain kali jangan dibiarin aja yah kertasnya kakak :) kalau gak dibaca takutnya nyesel lo dikemudian hari ;)
-F-

"Iya gue nyesel bacanya yang ternyata isinya cuma hal konyol." tegas Alaska kembali meneguk sodanya dan keluar dari kamarnya, harinya kali ini merasa dipermainkan oleh hal konyol pikirnya.

Tanpa Alaska sadari jika sedari tadi ada yang mendengarkan keluh kesahnya terhadap isi dari kotak itu. Ia duduk sembari mengamati monitornya yang sedari tadi merekam dumalan Alaska, lelaki bertubuh jangkung dengan paras yang cukup tampan yang mungkin semua orang juga kenal dengan namanya. "Ini bukan hal konyol kawan, ini baru permulaan. Karena permainan sebenarnya akan segera dimulai."

~•0•~

Langit memandang ruang rawatnya hampa, beralih menatap Nadine yang sedang membereska barang-barang kedalam sebuah lemari. Sudah 3 hari sejak kesadarannya dari koma selama 3 bulan.

Hari ini rencanya selang ventilatornya akan dicabut. Langit menatap dokter yang ada disampingnya, lalu beralih menatap Nadine dan Arga yang sedang memegangi lengan dan kakinya.

"Kau sudah siap?" tanya dokter Rizal. Langit mengangguk karena ia pun ingin bebas dari selang itu. "Dengar, jangan memberontak saat proses pencabutannya." tuturnya memperingati Langit.

Proses ekstubasi itu dimulai. Dokter Rizal terlebih dahulu membuka plester yang menahan selangnya, Langit meringis saat plester itu berhasil dicabut. Selang itu perlahan dicabut, Langit berusaha memberontak tapi tak bisa karena lengan dan kakinya ditahan oleh beberapa perawat dan juga Arga.

Bumantara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang