Dua hari sudah sejak kejadian itu. Sampai saat ini Langit belum sadarkan diri, hanya saja kondisinya yang mulai membaik dan sudah bisa di pindahkan ke ruangan biasa.
Nadine dengan telaten, menyeka lengan Langit dengan handuk kecil. Sampai akhirnya, Nadine melihat pergerakan dari Langit yang membuatnya tersenyum bahagia.
Perlahan mata itu terbuka. Wajah Nadine yang tengah tersenyum menjadi pemandangan pertama Langit setelah tertidur kurang lebih dua hari.
"Mah..."
Nadine tersenyum, mengusap kepala Lamgit dengan lembut. "Makasih karena udah mau kembali." Nadine mencium kening Langit, menyatukan keningnya dengan sang bungsu
~•0•~
Langit duduk bersandar, menunggu Nadine yang tengah pergi ke kantin. Karena bosan, ia akhirnya menonton televisi.
Saat sedang asik-asiknya menonton televisi. Pintu ruang rawatnya terbuka, menampilkan Arga juga Alaska di belakangnya. Melihat kedatangan mereka, Langit berusaha tak bertemu pandang dengan Alaska dan juga Arga.
Arga berjalan lalu duduk disamping ranjang Langit. "Gimana kondisi kamu? Udah baikkan?" Tanya Arga.
"Ya gitu, disebut baik juga lagi gak baik-baik aja." Jawab Langit menatap jendela kamarnya. Berusaha mengalihkan pandangannya dari keduanya.
Arga mengangguk paham. Hingga keheningan itu melanda mereka bertiga, bahkan Alaska yang sedari berdiri di sisi Arga tak berani mengeluarkan suaranya.
"Maaf."
Langit diam saat mendengar ucapan Arga. Ia masih enggan untuk menatap Ayah dan Kakaknya itu dengan terus menatap ke arah jendela kamar rawatnya.
"Maaf... Papah tau papah salah, Papah tau Langit marah sama Papah, Papah tau Langit kecewa sama Papah. Maaf, karena buat Langit sakit, maaf karena buat Langit menderita. Papah gak tau harus ngelakuin apa lagi saat itu, Papah bener-bener udah hilang akal jadiin anaknya sebagai eksperimen. Papah bener-bener minta maaf sama Langit, maaf dan maaf hanya itu yang bisa papah ucapin sekarang." Tutur Arga menunduk dalam menyesali perbuatannya kala itu. Bahkan ia berlutut di pinggir ranjang Langit.
Langit memejamkan matanya saat terus mendengar kata maaf yang di utarakan oleh Arga. Akhirnya Langit memberanikan diri untuk menatap Alaska dan juga Arga.
"Langit maafin papah."
Arga segera mendongak menatap terkejut Langit yang juga tengah menatapnya. Ada rasa sesak saat melihat tatapan tersirat yang diberikan oleh Langit.
"Langit maafin papah sama abang?" Langit mengangguk, tentu ia akan memaafkan itu.
Arga tersenyum bahagia, bangkit dari duduknya lantas langsung memeluk Langit dengan erat. Alaska ikut bergabung dalam pelukan itu.
"Aku tau yang papah lakuin adalah yang terbaik, karena papah juga aku masih bisa di sini." ucap Langit dalam pelukan itu.
Arga mengangguk semakin mengeratkan pelukan itu. Kebahagiaan itu tercipta di dalam ruangan itu, Nadine yang sedari tadi mengintip lewat celah pintu ikut bahagia melihatnya.
~•0•~
Hari ini Langit sudah dibolehkan pulang setelah 5 hari dirawat di rumah sakit. Di perjalanan, Langit terus memandangi hujan yang kini turun membasahi kota Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumantara ✔
Teen FictionSeorang remaja yang bernama langit baskara, 17 tahun sudah ia hidup tanpa sosok seorang ayah. Hidup dalam dunia yang menurutnya kadang adil dan tak adil. "Kita punya masalah berbeda yang gabisa dianggap remeh, tapi mereka malah menganggap remeh masa...