03. Mencoba Menjadi Selona.

38.3K 2K 56
                                    

○●○Veel Plezier○●○

Selona kembali pulang setelah dirawat beberapa hari lagi. Perempuan itu kini berjalan masuk ke sebuah rumah yang tampak sangat besar di depannya. Sesaat setelah berada di ambang pintu masuk, langkah perempuan itu terhenti kala melihat beberapa orang perempuan dan lelaki kini berjejer menanti mereka berdua.

Mereka semuanya serentak menunduk ke bawah saat dia masuk dengan Raymond. Tampaknya mereka adalah para pekerja di rumah besar ini.

Sungguh Nona muda yang sangat beruntung.

Dahulu saat menjadi Nomia, merasakan seorang pembantu saja di rumah mertuanya meskipun hanya sebentar sudah begitu membuatnya kesenangan. Dan saat itu dia bisa-bisanya berpikiran bahwa Nomia dahulu begitu beruntung karena telah menjadi istri dari seorang Heros.

Tanpa sadar, Selona tertawa kecil dan membuat Raymond menjadi kebingungan. Namun, mengingat bahwa Selona memang selalu bertindak norak ketika didekatnya, Raymond mencoba memaklumi untuk tidak peduli.

Selona terhenti ketika melihat Raymond berhenti berjalan dan kini telah melihat ke arahnya.

"Kupikir aku perlu memperjelasnya lagi, sayang. Untuk satu bulan ke depan, kamu tinggal di rumahku. Namun setelahnya, kamu bisa ikut orang tuamu ke Jepang. Ataupun kau bisa kembali ke kediaman keluargamu dan tinggal di sana sendirian. Itu pilihanmu. Sebenarnya sih aku tidak peduli ke mana kamu akan pergi. Kau tahu sendiri bukan, bahwa aku tidak menyukai terikat sebuah hubungan"

Alis Selona terangkat mendengar penuturan itu. Setelah beberapa detik, akhirnya dia hanya meresponnya dengan anggukan mantap.

"Baiklah, Sayang. Kau sekarang sangat perlu beristirahat. Kulihat kau belum pulih dengan baik. Mau kuantarkan ke kamarmu?"

Dengan cepat Selona mengangguk. Tentu saja itu perlu. Melihat luasnya rumah ini, Selona menjadi yakin bahwa dia akan tersesat begitu menjelajahinya.

Raymond langsung membawa Selona menaiki anakan tangga dengan sangat hati-hati. Perlakuan lelaki itu kepada Selona begitu lembut dan manis. Hal itu tentunya akan membuat siapapun jatuh hati.

Namun, kali ini Selona bukanlah seorang perempuan yang akan mengemis cinta. Bagaimanapun, Nomia sudah telah lama menjalani masa-masa sulit yang Selona baru lalui ini. Setelahnya, dia akan selalu membentangi diri dari Raymond atau lelaki seperti Heros.

Selona kini masuk disebuah kamar yang sangat besar. Ruangan ini dua kali lipat lebih besar daripada kamarnya bersama Heros dulu. Nuansanya begitu hangat dengan warna cat dasar cream. Matanya memandangi sekelilingnya, lalu tersenyum senang tanpa sadar.

"Jika kau lupa, Ini adalah kamarmu. Aku berusaha membuatnya terlihat persis seperti kamar di kediamanmu, agar kau bisa menjadi nyaman dan leluasa. Aku dengar dari pelayan di sini, bahwa kau sangat kesulitan menyesuaikan diri di tempat baru"

Selona melirik Raymond sekilas lalu berterima kasih sembari tersenyum tulus. "Tidak, aku sangat mudah menyesuaikan diri. Terimakasih banyak, Mondy"

Raymond balas tersenyum sembari mengusap kepala Selona dengan lembut. "Tentu, sayang. Ah ya, dan juga aku hampir lupa, ini ponselmu. Perawat perempuan itu menemukannya di atap rumah sakit dan memberikannya langsung kepadaku"

Selona mengerjap ketika melihat ponsel itu dan mulai mengambilnya. "Terimakasih"

Raymond keluar setelah memastikan semua kebutuhan Selona telah terpenuhi.

Di kamarnya, Selona kebingungan membuka ponsel itu. Tampaknya Selona menyukai sesuatu yang ribet ketika melihat ponsel itu tidak memakai face ID ataupun sensor sidik jari. Padahal ponsel ini merupakan keluaran terbaru dan bernilai dua puluhan juta. Selona merasa cukup kecewa dan kembali menyimpan ponsel itu ke samping.

Selona menjelajahi sekelilingnya dengan mata berbinar. Tampaknya hobi dia dan Selona sama. Melihat perpustakaan mini di ujung ruangan dan itu lamgsung berhadapan dengan piano besar, itu sungguh berhasil memukau nya.

Jangan lupakan televisi berukuran besar dan lengkap dengan sofa mini untuk dua orang. Di depannya terdapat meja, dan mic yang sangat indah.

Pandangan Selona kini tertuju kepada kulkas mini di dekat televisi itu. Lagi-lagi Selona termangu ketika melihat isinya begitu lengkap dengan minuman dan beberapa camilan. Terdapat buah juga. Sungguh, itu sebuah surga baginya saat ini.

Di dekat pintu keluar kamar, terdapat juga sebuah pintu lain tepat di sampingnya. Tanpa ragu, Selona mulai membukanya dan itu lagi-lagi membuatnya tercengang. Ruangan berganti pakaian itu begitu luas dan di isi oleh baju-baju dari merek terkenal. Bahkan satu bajunya bernilai puluhan juta rupiah. Terdapat beberapa patung juga dengan gaun indah ditubuhnya dan itu membuat Selona kembali berdecak kagum.

Seberapa kaya keluarga Selona dan Raymond?

Hanya satu ruangan ini saja tapi bisa membuatnya menebak-nebak.

Meskipun Nomia juga terlahir dari keluarga kaya. Namun semasa hidupnya menjadi Nomia, dia tidak pernah diperlakukan seperti tuan putri oleh keluarganya maupun keluarga suaminya. Alih-alih tuan putri, dia biasanya diperlakukan layaknya pembantu di rumahnya sendiri.

Selona hendak keluar dari sana dan langsung saja mendapati lemari kecil di dekat pintu keluar, dengan beberapa laci di dalamnya. Di atas lemari itu terdapat sebuah bingkai foto Selona bersama Raymond.

Tanpa ragu, Selona mulai membuka laci-laci itu. Dan langsung mendapati beberapa buku harian di dalamnya.

Selona membawa itu menuju perpustakaan mini di kamarnya.  Perempuan itu mulai duduk dengan beralaskan karpet bulu yang sangat lembut di bawahnya.

Beberapa kali Selona tersenyum geli ketika membacanya lalu beberapa saat kemudian akan termenung. Banyak kisah-kisah menyenangkan dan juga menyedihkan yang Selona tulis di dalam buku harian nya. Setelah membaca semua buku harian itu, tampaknya Selona kini mengeri mengapa perempuan itu memilih untuk bunuh diri.

Selona selalu tidak begitu diperhatikan oleh kedua orang tuanya. Bahkan ketika dirawat di rumah sakit malam itu, kedua orang tua Selona hanya mampir sebentar, lalu pergi lagi setelahnya. Kehidupan indah sepertinya tidak benar-benar ada.

Pantas saja perempuan itu begitu mengemis cinta dari lelaki yang memberinya perhatian dan kenyamanan.

Selona mengembalikan buku harian itu pada tempatnya lalu keluar kamar dan mencoba berjalan-jalan di dalam rumah besar milik Raymond. Ketika akan menuruni anakan tangga, langkah Selona seketika terhenti usai mendapati Raymond tengah berciuman panas di sofa ruang tamu dengan seorang perempuan.

Bahkan pakaian perempuan itu telah hilang entah kemana dan hanya menyisakan pakaian dalamnya saja. Selona mengerjapkan kedua matanya kala bertatapan langsung dengan mata sipit Raymond.

Tidak berbeda dengan perempuan itu, Raymond juga saat ini tengah bertelanjang dada dan hanya menyisakan celana panjangnya saja.

Raymond tersenyum miring ke arahnya dan hal itu sukses membuat Selona jijik di tempatnya. Raut wajahnya berubah datar mendapati perbuatan tidak senonoh Raymond.

Tanpa berlama-lama lagi, Selona mulai berjalan kembali menuju kamarnya dan segera menutup pintunya secara perlahan.

Kali ini Selona baru, tidak akan teperdaya lagi oleh tindakan-tindakan manis lelaki itu. Sudah sepantasnya Selona, baik yang dulu maupun sekarang tidak menaruh hati kepada lelaki bermasalah itu sejak awal.

○●○Veel Plezier○●○

I'm Selona [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang