28. Lebih Buruk Daripada Itu.

19.2K 1.1K 5
                                    

○●○Veel Plezier○●○

Selona akhirnya telah kembali ke kediaman milik Raymond setelah dua hari dirawat di rumah sakit. Hanya saja setiap tiga hari sekali, dia harus kembali ke rumah sakit untuk terapi dan perawatan terkait penyakit mentalnya. Dan benar saja, dokter psikiater itu menepati janjinya. Dia benar-benar tidak memberitahukannya pada Raymond tentang penyebab dia mengalami penyakit tersebut. Dan itu membuatnya merasa lega.

Di dalam kamarnya saat ini, Selona tengah tidur di atas ranjang dengan posisi tubuh terbalik, dengan kepala yang biasanya dia tempatkan untuk kakinya dan kakinya sedang berada di atas bantalnya.

Kedua matanya kini menatap lekat-lekat pada film horor yang ditampilkan oleh televisi itu.

Melihat hantu dengan penampilan yang sangat buruk, ditambah kondisi wajahnya yang memprihatinkan dengan luka di mana-mana. Selona termenung sesaat.

Sembari mengunyah keripiknya, Selona mulai meringis. "Apa aku dulu lebih buruk dari itu?" tanyanya sendiri, pada dirinya.

Ketika begitu serius dengan film horornya, tiba-tiba ponselnya berdering. Awalnya Selona hanya meliriknya tanpa berniat menjawab panggilannya. Dia bermaksud mengabaikannya. Namun, dering ponsel itu tidak berhenti juga, hal itu yang menyebabkan Selona cukup sebal dan mulai bangun untuk mengambil ponselnya di atas meja nakas.

Itu Wenon.

Selona segera menjawabnya sembari menjeda film horor nya.

"Ya, ada apa Wenon?"

"Aku sejak kemarin mencoba meneleponmu, tapi kau tidak menjawabnya. Aku juga datang ke rumah tunanganmu tapi kata Pelayan kau tidak di rumah"

Selona terus mendengarkan sembari mengangguk-angguk. "Sekarang aku sudah di sini, Wenon. Ada apa?"

"Terkait toko kuemu, developer menghubungi ku kemarin untuk bertanya desain yang kemungkinan akan kau sukai. Tapi jika kau masih belum puas, aku mengenal perusahaan desain yang akan sangat membantumu"

Selona menatap pada layar televisi sembari memikirkan perkataan dari Wenon. Ah ya, desain toko itu sangat penting. Selona hampir mengabaikannya. Untung saja Wenon mengingatkannya.

"Coba kirimkan aku contoh desain dari developer itu. Nanti akan aku coba bandingkan dengan contoh dari perusahaan desain yang kau maksud tadi"

"Akan aku kirimkan segera. Tapi Lona, bagaimana dengan keadaanmu?"

Selona tersenyum tipis dan segera menjawabnya. "Aku sudah merasa jauh lebih baikan, Wenon"

"Benarkah? Kau tidak sedang berbohong kan? Terakhir kali juga kau mengatakan baik-baik saja padahal kondisi tubuhmu berkata lain"

Selona sedikit menjauhkan ponselnya. Tampak dahinya mengkerut dengan alisnya yang naik.

"Aku tidak berbohong, Wenon. Aku sungguh baik-baik saja"

"Oke-oke Lona. Sekarang kau turunlah, aku sekarang ada di luar rumah tunanganmu"

Perkataan itu lantas membuat Selona melebarkan matanya dengan mulut yang menganga. Dia terkejut, tentu saja. Terlebih hari ini dia tidak ingin diganggu siapapun, termasuk Wenon sekalipun.

"Aku-aku tidak di rumah, Wenon" ucapnya beralasan.

Di seberang sana, Wenon yang baru saja turun dari mobilnya untuk bertanya pada penjaga lantas saja mengernyit. Dia tahu Selona sedang berbohong.

"Bisa kau katakan di mana kau saat ini?"

Wenon tersenyum puas ketika Selona tidak kunjung juga menjawabnya. Dapat laki-laki itu pastikan bahwa Selona saat ini sedang kebingungan mencari alasan lain.

"Aku sedang di rumah Ibu Larissa. Sudah dulu ya, Ibu Larissa memanggilku. Oh iya, jangan lupa untuk mengirimkan gambarnya ya. Hati-hati di perjalanan pulangmu, Wenon"

Setelahnya, panggilan itu terputus. Wenon mengulas senyuman sembari menatap ke dalam rumah, tepatnya pada atas kamar Selona.

Baiklah, dia akan mencoba lagi dan kembali keesokan harinya.

○●○●○●

Selona meregangkan tubuhnya ketika telah lama menghabiskan waktu di dalam kamar. Perempuan itu bahkan menonton lima film horor sekaligus, tanpa merasa takut. Tampaknya setelah menjadi Selona, dia menjadi sangat terobsesi dengan film horor.

Ketika pandangannya tidak sengaja melihat jam, Selona sontak terkejut. Dia benar-benar sampai lupa waktu.

Setelah menimbang-nimbang, Selona akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamarnya dengan membawa ponselnya. Saat berada di luar rumah, kakinya melangkah pergi tanpa keraguan. Dia berniat berjalan-jalan sebentar.

Melihat berbagai rumah besar di dalam kompleks, membuatnya sangat tertarik untuk menebak-nebak harga dari bangunan tersebut. Mengetahui orang-orang yang tinggal di sini juga memiliki latar belakang yang hebat. Pastinya harga bangunan itu bernilai ratusan miliar.

Ketika terlalu sibuk melihat rumah lain, Selona tampak tidak menyadari akan kehadiran mobil Raymond yang menepi di sisi jalan. Lelaki itu lantas merasa heran dengan tingkah Selona yang lebih terlihat seperti seorang pengintai. Bahkan pakaian serba hitamnya juga turut mendukung aksinya kali ini.

Karena tidak ingin membuat orang lain berpikiran buruk dengan tingkah aneh Selona, Raymond kemudian memanggil perempuan itu.

"Selona!"

Selona bergeming dan langsung saja berbalik. Mendapati Raymond tengah melambai-lambai padanya dengan kepala yang menyembul di balik kaca mobil. Entah kenapa itu malah menimbulkan kesan lucu dan tanpa sadar dia mulai tersenyum.

Saat Selona sudah berada di hadapannya, lelaki itu segera bertanya dengan nada yang berbisik. "Kau tidak berniat untuk merampok ke dalam rumah itu, kan?"

"Menurutmu?" balas Selona dengan balik bertanya. Hal itu membuat Raymond mengernyit karena perempuan itu bertanya dengan wajah yang datar.

Segera saja Raymond mengubah topik pembicaraan mereka.

"Kau ingin ke mana?"

Selona melirik ke arah jalan sekejap. Lalu kembali melihat Raymond yang terus saja memerhatikannya.

"Aku ingin ke minimarket di depan sana"

"Mau ku antar?"

Kali ini Selona yang mengernyit dengan penuh keheranan. Padahal minimarket itu tidaklah jauh. Hanya sekitar 300 meter di depannya. Dan perempuan itu merasa jaraknya terlalu dekat untuk menumpang pada mobil lelaki itu.

"Tidak perlu. Aku ingin berjalan kaki saja"

Raymond merasa tidak puas akan jawaban dari Selona. Dia pun segera turun untuk mengambil satu tangan milik Selona dan membawanya masuk ke dalam mobil. Tidak lupa juga lelaki itu memasangkan sabuk pengamannya. Agar perempuan itu memerlukan sedikit waktu jika tiba-tiba ingin melarikan dirinya.

Dan benar saja, ketika dia telah mengitari mobilnya untuk masuk ke dalamnya. Terlihat Selona telah berhasil membuka sabuk pengamannya dan bersiap akan keluar tapi pergerakannya segera tertahan oleh tangannya.

"Kau tampaknya terlalu tidak nyaman jika berada di dekatku, sayang" cibir Raymond dengan kembali memasangkan sabuk pengaman untuk perempuan itu.

"Apa kau tidak merasa aneh naik mobil ke depan sana yang jaraknya saja terlalu dekat?"

Oh jadi itu maksudnya, Raymond lantas mengangguk-angguk dengan seringaian nakalnya. Tanpa tahu di sebelahnya sudah merasakan perasaan yang tidak enak ketika melihatnya demikian. Pasalnya Raymond saat ini lebih terlihat seperti om-om penculik dibandingkan tunangannya sendiri.

○●○Veel Plezier○●○

I'm Selona [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang