○●○Veel Plezier○●○
"Senang pergi liburan tanpaku, sayang?"
Selona terkejut dengan kehadiran Raymond, terlebih karena lelaki itu kini berada di dalam kamarnya. Perempuan itu dengan jelas menunjukkan ketidaksukaannya, apalagi saat dia yang begitu sibuk menelepon laki-laki itu, tapi dengan sengajanya tidak pernah dijawab. Selona masih kesal. Bahkan sejak masuk ke dalam dan menyimpan tasnya, Selona tidak juga menanggapi perkataan dari Raymond.
"Kenapa tidak dijawab, hm?"
Selona heran. Mengapa beberapa hari terakhir ini, Raymond terus saja berusaha mencari masalah dengannya. Padahal dia merasa tidak melakukan kesalahan.
Selona melangkah untuk mengambil handuk dan berniat ke ruang mandi, tetapi Raymond sepertinya tidak akan melepaskan nya kali ini.
Dengan memegang pergelangan tangan Selona, Raymond terus saja menuntut agar pertanyaannya dijawab.
"Apa kau tidak malu? Keluar bersama lelaki lain dan pulang saat larut malam?"
Selona tertawa kecil. Tampaknya perempuan itu harus segera membawa Raymond menghadap pada cermin. Kalau berkata, lelaki itu seperti tidak sadar diri.
"Kau berkata seperti tidak melihat dirimu sendiri, Mondy"
Rahang lelaki itu semakin mengeras dengan wajahnya yang memerah.
"Jadi kau senang pergi bersama lelaki itu? Bahkan sekarang aku ragu jika kau tidak tidur dengannya"
Selona sontak terpaku dengan pemikiran gila lelaki itu. Padahal dia hanya bertemu dengan Ifya untuk terapi penyembuhannya dan Wenon yang menawarkan untuk mengajaknya ke pantai. Bisa-bisanya lelaki itu menyamakan dirinya dengan dia. Kemudian, Selona bertanya untuk memastikan, "Kau menyukaiku?"
Raymond tidak mengatakan apa-apa dalam waktu yang lama, tetapi tangannya semakin mengerat pada pergelangan tangan Selona. Hal itu membuat Selona memejamkan mata. Sungguh cenkeraman tangan Raymond begitu menyakitkan.
"Aku tidak menyukaimu"
Selona segera membuka matanya dan tersenyum sinis. "Lalu apa hakmu untuk marah-marah seperti itu?"
"Memangnya itu salah?"
Selona terperangah sesaat ketika mendengar balasan dari Raymond. Dia kemudian memalingkan wajahnya. Lelaki itu sungguh egois dan hanya bisa mementingkan dirinya sendiri.
Kemudian dia berusaha menyentak tangan Raymond agar terlepas. Namun, lelaki itu malah semakin mencenkeramnya hingga membuat Selona meringis kesakitan.
"Lepaskan tanganmu, Mondy. Kau menyakitiku"
Raymond tidak mengindahkannya, lelaki itu malah mendorong Selona ke belakang dengan cukup keras, hingga membuat isi dalam rak buku di belakangnya menjadi berjatuhan.
Saat terlalu dekat dengan Raymond, Selona baru menyadari lelaki itu mabuk ketika mencium bau alkohol pada napas Raymond.
"Kau mabuk"
Raymond tersenyum miring dengan wajah yang terus mendekat, berniat mencium bibir Selona. Bahkan kedua tangannya telah naik dan dengan tidak sopannya malah menyentuh area sensitif dari perempuan itu.
Sontak kedua mata Selona melebar. Bahkan satu tangannya telah naik untuk menampar pipi Raymond dengan sangat keras.
Plak!
"Kau terlalu berani, sayang"
Raymond tersenyum remeh dengan mata berkilatkan amarah. Lelaki itu segera menghimpit tubuh Selona pada sisi samping rak buku. Satu tangannya lantas terangkat untuk menyentuh dagu milik perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Selona [END]
FantasyKematian yang sungguh mengenaskan membuat jiwa Nomia menjadi tidak tenang dan hal itu membuatnya berakhir memasuki tubuh seorang perempuan yang telah mati akibat bunuh diri. Mungkin semesta memberinya kesempatan kedua untuk membuatnya menjalani kehi...